Achenyo Idachaba: How I turned a deadly plant into a thriving business | TED

Translator: Prameswari Rahmanu Reviewer: Mardiyanto Saahi

Welcome to Bayeku,

Selamat datang di Bayeku,

a riverine community in Ikorodu, Lagos --

sebuah komunitas sungai di Ikorodu, Lagos--

a vivid representation of several riverine communities across Nigeria,

satu representasi nyata dari beberapa komunitas sungai di Nigeria,

communities whose waterways have been infested

komunitas yang jalur airnya dipenuhi gulma air yang invasif;

by an invasive aquatic weed;

communities where economic livelihoods have been hampered:

komunitas dimana aktivitas ekonomi seperti

memancing, transportasi air dan perdagangan terhambat,

fishing, marine transportation

and trading;

communities where fish yields have diminished;

komunitas dimana tangkapan ikannya telah berkurang;

communities where schoolchildren are unable to go to school

komunitas di mana anak sekolah tidak bisa pergi ke sekolah

for days, sometimes weeks, on end.

selama berhari-hari, kadang berminggu-minggu, berturut-turut.

Who would have thought that this plant

Siapa yang menyangka tanaman ini,

with round leaves, inflated stems, and showy, lavender flowers

dengan daun bulat, tangkai menggelembung dan bunga ungu yang mencolok,

dapat menyebabkan malapetaka di komunitas ini.

would cause such havoc in these communities.

The plant is known as water hyacinth

Tanaman ini dikenal sebagai eceng gondok

dan nama ilmiahnya adalah Eichhornia crassipes.

and its botanical name, Eichhornia crassipes.

Interestingly, in Nigeria, the plant is also known by other names,

Menariknya, tanaman ini juga dikenal dengan nama lain di Nigeria,

names associated with historical events,

nama yang berhubungan dengan peristiwa sejarah dan juga mitos.

as well as myths.

In some places, the plant is called Babangida.

Di beberapa tempat, tanaman ini disebut Babangida.

When you hear Babangida, you remember the military and military coups.

Saat mendengar Babangida, yang teringat adalah militer dan kudeta militer.

And you think: fear, restraint.

Anda lalu terpikir: rasa takut, terkekang.

In parts of Nigeria in the Niger Delta, the plant is also known as Abiola.

Di beberapa tempat di Delta Niger, tanaman ini dikenal juga sebagai Abiola.

When you hear Abiola, you remember annulled elections

Saat mendengar Abiola, yang teringat adalah pemilu yang dibatalkan

dan Anda berpikir: harapan yang hancur.

and you think: dashed hopes.

In the southwestern part of Nigeria,

Di bagian Barat Daya Nigeria, tanaman ini dikenal sebagai Gbe'borun.

the plant is known as Gbe'borun.

Gbe'borun is a Yoruba phrase

Gbe'borun adalah ungkapan bahasa Yoruba, artinya "gosip" atau "pembawa cerita."

which translates to "gossip," or "talebearer."

When you think of gossip, you think: rapid reproduction, destruction.

Saat Anda memikirkan gosip,

Anda terpikir reproduksi yang cepat, kehancuran.

And in the Igala-speaking part of Nigeria,

Dan di wilayah Nigeria yang berbahasa Igala

the plant is known as A Kp'iye Kp'oma,

tanaman ini dikenal sebagai A Kp'iye Kp'oma.

And when you hear that, you think of death.

Saat Anda mendengarnya, Anda terpikir kematian.

It literally translates to "death to mother and child."

Secara harfiah artinya "kematian bagi ibu dan anak."

I personally had my encounter with this plant in the year 2009.

Saya bertemu tanaman ini pada tahun 2009,

It was shortly after I had relocated from the US to Nigeria.

tak lama setelah saya pindah dari Amerika ke Nigeria.

I'd quit my job in corporate America

Saya berhenti dari pekerjaan saya di perusahaan besar di AS

and decided to take this big leap of faith,

dan memutuskan untuk melakukan lompatan besar ini,

a leap of faith that came out of a deep sense of conviction

karena saya amat sangat yakin

bahwa banyak yang harus dilakukan

that there was a lot of work to do in Nigeria

di sektor pembangunan berkelanjutan di Nigeria.

in the area of sustainable development.

And so here I was in the year 2009,

Jadi pada tahun 2009,

actually, at the end of 2009,

sebenarnya, di akhir tahun 2009,

saya berada di Lagos, di Third Mainland Bridge.

in Lagos on the Third Mainland Bridge.

And I looked to my left and saw this very arresting image.

Saya melihat ke kiri dan saya melihat pemandangan yang sangat mencekat.

It was an image of fishing boats

Saya melihat perahu-perahu nelayan

that had been hemmed in by dense mats of water hyacinth.

yang dikepung oleh hamparan eceng gondok yang (tumbuh) rapat.

And I was really pained by what I saw

Pemandangan itu sangat menyakitkan bagi saya,

because I thought to myself,

waktu itu saya berpikir,

"These poor fisherfolk,

"Bagaimana para nelayan yang malang itu akan menjalani aktivitas keseharian mereka

how are they going to go about their daily activities

with these restrictions."

dengan hambatan ini."

And then I thought, "There's got to be a better way."

Kemudian saya berpikir, "Pasti ada jalan yang lebih baik."

A win-win solution whereby the environment is taken care of

Solusi yang saling menguntungkan

dimana lingkungan terjaga dengan dibersihkannya gulma

by the weeds being cleared out of the way

and then this being turned into an economic benefit

yang lalu dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi

for the communities whose lives are impacted the most

komunitas-komunitas paling terdampak

by the infestation of the weed.

oleh wabah gulma tersebut.

That, I would say, was my spark moment.

Menurut saya, itu adalah momen yang menginspirasi saya.

And so I did further research to find out more

Saya melakukan riset lebih lanjut untuk mencari tahu pemanfaatan gulma ini.

about the beneficial uses of this weed.

Dari beberapa manfaat eceng gondok, ada satu yang membuat saya terkesan.

Out of the several, one struck me the most.

It was the use of the plant for handicrafts.

yaitu penggunaannya untuk kerajinan.

And I thought, "What a great idea."

Saya pikir, "Ini adalah ide bagus."

Personally, I love handicrafts,

Secara pribadi, saya suka kerajinan,

especially handicrafts that are woven around a story.

terutama kerajinan yang dirajut dari sebuah cerita.

Jadi saya pikir, "Ini bisa diterapkan dengan mudah pada masyarakat

And so I thought, "This could be easily deployed within the communities

without the requirement of technical skills."

tanpa membutuhkan keterampilan teknis."

And I thought to myself, "Three simple steps to a mega solution."

Saya berkata pada diri saya sendiri, "Tiga langkah mudah untuk solusi besar."

Langkah pertama: Turun ke air dan memanen eceng gondok.

First step: Get out into the waterways and harvest the water hyacinth.

That way, you create access.

Dengan begitu, kita menciptakan akses.

Secondly, you dry the water hyacinth stems.

Kedua, keringkan batang eceng gondok.

And thirdly, you weave the water hyacinth into products.

Ketiga, rajut eceng gondok menjadi produk.

The third step was a challenge.

Langkah ketiga adalah tantangan.

See, I'm a computer scientist by background

Latar belakang saya adalah ahli komputer

and not someone in the creative arts.

dan bukan seorang yang bekerja pada kesenian kreatif.

And so I began my quest

Jadi, saya mulai pencarian saya

untuk mencari tahu bagaimana saya bisa belajar cara merajut.

to find out how I can learn how to weave.

Pencarian ini membawa saya ke sebuah komunitas di Ibadan, tempat saya tinggal,

And this quest took me to a community in Ibadan, where I lived,

called Sabo.

namanya Sabo.

Sabo translates to "strangers' quarters."

Sabo artinya "tempat orang asing."

And the community is predominantly made up of people

Sebagian besar komunitas itu terdiri atas orang-orang

from the northern part of the country.

dari bagian Utara Nigeria.

So I literally took my dried weeds in hand,

Jadi saya membawa beberapa gulma kering di tangan saya

there were several more of them,

dan berkunjung dari rumah ke rumah

and went knocking from door to door to find out who could teach me

untuk mencari seseorang yang bisa mengajar saya

how to weave these water hyacinth stems into ropes.

untuk merajut batang eceng gondok menjadi tali.

And I was directed to the shed of Malam Yahaya.

Saya diarahkan ke gubuk Malam Yahaya.

The problem, though, is that Malam Yahaya doesn't speak English

Masalahnya, Malam Yahaya tidak bisa berbahasa Inggris

and neither did I speak Hausa.

dan saya tidak bisa berbahasa Hausa.

But some little kids came to the rescue

Tapi ada beberapa anak kecil yang membantu menerjemahkan.

and helped translate.

Dan itulah awal perjalanan saya untuk belajar merajut

And that began my journey of learning how to weave

and transform these dried water hyacinth stems

dan mengubah batang eceng gondok kering

into long ropes.

menjadi tali panjang.

With my long ropes in hand,

Dengan tali panjang di tangan,

I was now equipped to make products.

saya siap untuk membuat produk.

And that was the beginning of partnerships.

Dan itu adalah awal dari kemitraan.

Bermitra dengan pembuat keranjang rotan untuk menghasilkan produk.

Working with rattan basket makers to come up with products.

So with this in hand, I felt confident

Dengan ini, saya merasa percaya diri

bahwa saya bisa membawa pulang pengetahuan ini

that I would be able to take this knowledge

back into the riverine communities

ke komunitas-komunitas sungai

and help them to transform their adversity into prosperity.

dan membantu mereka mengubah kesulitan mereka menjadi kesejahteraan.

So taking these weeds and actually weaving them

Jadi menggunakan gulma dan merajutnya

menjadi produk yang bisa dijual.

into products that can be sold.

So we have pens, we have tableware,

Kami membuat pulpen, alat makan,

we have purses, we have tissue boxes.

dompet, kotak tisu.

Thereby, helping the communities

Dan dengan demikian membantu masyarakat

to see water hyacinth in a different light.

melihat eceng gondok secara berbeda.

Melihat eceng gondok sebagai tanaman yang bernilai,

Seeing water hyacinth as being valuable,

being aesthetic, being durable, tough, resilient.

indah, tahan lama, kuat, dan fleksibel.

Changing names, changing livelihoods.

Mengubah nama, mengubah penghidupan.

From Gbe'borun, gossip,

Dari Gbe'borun, gosip,

menjadi Olusotan, penutur cerita.

to Olusotan, storyteller.

And from A Kp'iye Kp'oma, which is "killer of mother and child,"

Dan dari A Kp'iye Kp'oma, "pembunuh ibu dan anak"

menjadi Ya du j'ewn w'Iye kp'Oma, "penyedia makanan bagi ibu dan anak."

to Ya du j'ewn w'Iye kp'Oma,

"provider of food for mother and child."

And I'd like to end with a quote by Michael Margolis.

Saya ingin mengakhiri dengan sebuah kutipan dari Michael Margolis.

He said, "If you want to learn about a culture, listen to the stories.

Beliau berkata, "Jika Anda ingin belajar suatu budaya, dengar cerita-cerita mereka.

And if you want to change a culture, change the stories."

Dan jika Anda ingin mengubah suatu budaya, ubah cerita-cerita mereka."

And so, from Makoko community, to Abobiri, to Ewoi,

Demikianlah, dari komunitas Makoko, ke Abobiri, ke Ewoi,

ke Kolo, lalu Owahwa, Esaba,

to Kolo, to Owahwa, Esaba,

we have changed the story.

kami telah mengubah cerita.

Thank you for listening.

Terima kasih sudah mendengarkan.

(Applause)

(Tepuk tangan)