How Pakistani women are taking the internet back | Nighat Dad

Translator: Fitria Aida Marfuaty Reviewer: Ade Indarta

Imagine waking up to a stranger --

Bayangkan bangun tidur lalu menemukan orang asing --

sometimes multiple strangers --

kadang tak hanya satu orang asing --

questioning your right to existence

mempertanyakan hak Anda untuk hidup

for something that you wrote online,

untuk sesuatu yang Anda tulis online,

waking up to an angry message,

bangun lalu menemukan pesan marah,

scared and worried for your safety.

takut dan khawatir akan keselamatan Anda.

Welcome to the world of cyberharassment.

Selamat datang di dunia pelecehan cyber.

The kind of harassment that women face in Pakistan is very serious

Jenis pelecehan yang para wanita hadapi di Pakistan sangatlah serius

and leads to sometimes deadly outcomes.

dan kadang menghasilkan akibat yang mematikan.

This kind of harassment keeps women from accessing the internet --

Pelecehan semacam ini menahan wanita dari mengakses internet --

essentially, knowledge.

pada dasarnya, pengetahuan.

It's a form of oppression.

Ini merupakan salah satu bentuk penindasan.

Pakistan is the sixth most populous country in the world,

Pakistan adalah negara terpadat keenam di dunia,

with 140 million people having access to mobile technologies,

dengan 140 juta orang punya akses ke teknologi seluler,

and 15 percent internet penetration.

dan 15 persen ke penetrasi internet.

And this number doesn't seem to go down with the rise of new technologies.

Dan angka ini sepertinya tidak akan turun dengan munculnya teknologi baru.

Pakistan is also the birthplace of the youngest Nobel Peace Prize winner,

Pakistan juga merupakan tempat kelahiran pemenang Hadiah Nobel Perdamaian termuda,

Malala Yousafzai.

Malala Yousafzai.

But that's just one aspect of Pakistan.

Tapi itu hanyalah satu aspek dari Pakistan.

Another aspect is where the twisted concept of honor

Aspek lain adalah di mana konsep kehormatan yang tak wajar

is linked to women and their bodies;

dikaitkan dengan wanita dan tubuh mereka;

where men are allowed to disrespect women

di mana para lelaki diizinkan untuk meremehkan wanita

and even kill them sometimes

bahkan kadang untuk membunuh mereka

in the name of so-called "family honor";

atas nama "kehormatan keluarga";

where women are left to die right outside their houses

di mana wanita dibiarkan mati tepat di luar rumah mereka

for speaking to a man on a mobile phone,

karena berbicara kepada laki-laki di telepon,

in the name of "family honor."

atas nama "kehormatan keluarga."

Let me say this very clearly:

Saya katakan dengan jelas:

it's not honor;

ini bukan sebuah kehormatan;

it's a cold-blooded murder.

tapi pembunuhan berdarah dingin.

I come from a very small village in Punjab, Pakistan,

Saya datang dari desa yang sangat kecil di Punjab, Pakistan,

where women are not allowed to pursue their higher education.

di mana wanita tidak diperbolehkan untuk mengejar pendidikan tinggi mereka.

The elders of my extended family didn't allow their women

Tetua dari keluarga besar saya tidak mengizinkan wanita mereka

to pursue their higher education or their professional careers.

untuk mengejar pendidikan tinggi mereka atau karier profesional mereka.

However, unlike the other male guardians of my family,

Tetapi, tak seperti halnya wali lelaki di keluarga saya,

my father was one who really supported my ambitions.

ayah saya adalah orang yang benar-benar mendukung ambisi saya.

To get my law degree,

Untuk mendapat gelar sarjana hukum,

of course, it was really difficult,

tentunya, itu sangatlah sulit,

and [there were] frowns of disapproval.

dan [terdapat] kerutan ketidaksetujuan.

But in the end, I knew it's either me or them,

Tapi pada akhirnya, saya tahu itu pilihan antara saya atau mereka,

and I chose myself.

dan saya pilih saya sendiri.

(Applause)

(Tepuk tangan)

My family's traditions and expectations for a woman

Tradisi dan harapan keluarga saya terhadap seorang wanita

wouldn't allow me to own a mobile phone until I was married.

tak akan mengizinkan saya memiliki ponsel hingga saya menikah.

And even when I was married,

Dan bahkan ketika saya sudah menikah,

this tool became a tool for my own surveillance.

alat ini menjadi alat untuk pengawasan saya sendiri.

When I resisted this idea of being surveilled by my ex-husband,

Ketika saya menolak ide bahwa saya diawasi oleh mantan suami saya,

he really didn't approve of this

dia tidak menyetujuinya

and threw me out of his house,

dan melempar saya keluar dari rumahnya,

along with my six-month-old son, Abdullah.

bersama dengan anak saya yang berumur enam bulan, Abdullah.

And that was the time when I first asked myself, "Why?

Dan itulah pertama kali saya bertanya pada diri sendiri, "Mengapa?

Why are women not allowed to enjoy the same equal rights

Mengapa wanita tidak diizinkan untuk menikmati hak yang setara

enshrined in our Constitution?

yang diabadikan di Konstitusi kami?

While the law states that a woman has the same equal access

Sementara hukum menegaskan bahwa seorang wanita memiliki akses yang setara

to the information,

untuk informasi,

why is it always men -- brothers, fathers and husbands --

mengapa selalu lelaki -- saudara, ayah dan suami --

who are granting these rights to us,

yang memberikan hak ini kepada kami,

effectively making the law irrelevant?"

secara efektif membuat hukum menjadi tidak relevan?"

So I decided to take a step,

Saya putuskan untuk mengambil langkah

instead of keep questioning these patriarchal structures

dari pada tetap menanyakan struktur patriarki ini

and societal norms.

dan norma sosial.

And I founded the Digital Rights Foundation in 2012

Dan saya mendirikan Digital Rights Foundation pada 2012

to address all the issues and women's experiences in online spaces

untuk mengatasi semua masalah dan pengalaman perempuan di ruang online

and cyberharassment.

dan pelecehan cyber.

From lobbying for free and safe internet

Dari melobi untuk internet gratis dan aman

to convincing young women

hingga meyakinkan wanita muda

that access to the safe internet is their fundamental, basic, human right,

bahwa mengakses internet yang aman adalah hak fundamental, dasar, manusia mereka,

I'm trying to play my part in igniting the spark

Saya mencoba memainkan bagian saya dalam memicu semangat

to address the questions that have bothered me all these years.

untuk menjawab pertanyaan yang telah mengganggu saya selama ini.

With a hope in my heart,

Dengan harapan dalam hati saya,

and to offer a solution to this menace,

dan untuk menawarkan sebuah solusi untuk masalah ini,

I started Pakistan's and the region's first cyberharassment help line

Saya memulai saluran bantuan pelecehan cyber pertama di Pakistan dan di wilayah

in December 2016 --

pada Desember 2016 --

(Applause)

(Tepuk tangan)

to extend my support to the women who do not know who to turn to

untuk memperluas dukungan saya pada wanita yang tidak tahu harus berpaling pada siapa

when they face serious threats online.

ketika mereka menerima ancaman serius online.

I think of the women who do not have the necessary support

Saya memikirkan para wanita yang tidak punya dukungan yang dibutuhkan

to deal with the mental trauma when they feel unsafe in online spaces,

untuk menghadapi trauma mental ketika mereka merasa tidak aman di ruang online,

and they go about their daily activities,

dan mereka melakukan kegiatan sehari-hari,

thinking that there is a rape threat in their in-box.

memikirkan bahwa ada ancaman pemerkosaan di inbox mereka.

Safe access to the internet is an access to knowledge,

Akses yang aman ke internet merupakan sebuah akses ke pengetahuan,

and knowledge is freedom.

dan pengetahuan adalah kebebasan.

When I fight for women's digital rights,

Saat saya berjuang untuk hak digital wanita,

I'm fighting for equality.

Saya berjuang untuk kesetaraan.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)