Béatrice Coron: Stories cut from paper

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: TED Translators admin

(Applause)

(Tepuk tangan)

(Applause)

(Tepuk tangan)

I am a papercutter.

Saya seorang pemotong kertas.

(Laughter)

(Tawa)

I cut stories.

Saya memotong cerita.

So my process is very straightforward.

Prosesnya sangat mudah.

I take a piece of paper,

Saya mengambil secarik kertas,

I visualize my story,

membayangkan cerita saya,

sometimes I sketch, sometimes I don't.

terkadang saya membuat sketsa, terkadang tidak.

And as my image

Dan karena gambar saya

is already inside the paper,

sudah ada di dalam kertas itu,

I just have to remove

saya hanya perlu membuang

what's not from that story.

apa yang bukan cerita itu.

So I didn't come to papercutting

Saya tidak menjadi seorang pemotong kertas

in a straight line.

secara langsung.

In fact,

Sebenarnya,

I see it more as a spiral.

saya lebih melihatnya seperti spiral.

I was not born

Saya tidak terlahir

with a blade in my hand.

dengan pedang di tangan.

And I don't remember papercutting as a child.

Saya tidak ingat pernah memotong kertas saat anak-anak.

As a teenager,

Sebagai remaja,

I was sketching, drawing,

saya membuat sketsa, menggambar,

and I wanted to be an artist.

dan saya ingin menjadi seniman.

But I was also a rebel.

Namun saya juga seorang pemberontak.

And I left everything

Saya meninggalkan semua itu

and went for a long series of odd jobs.

dan melakukan serangkaian pekerjaan-pekerjaan aneh.

So among them,

Di antaranya,

I have been a shepherdess,

saya pernah menjadi gembala,

a truck driver,

supir truk,

a factory worker,

buruh pabrik,

a cleaning lady.

tukang bersih-bersih,

I worked in tourism for one year

Saya bekerja di bidang pariwisata selama 1 tahun

in Mexico,

di Meksiko,

one year in Egypt.

1 tahun di Mesir.

I moved for two years

Saya pindah selama 2 tahun

in Taiwan.

di Taiwan.

And then I settled in New York

Lalu saya menetap di New York

where I became a tour guide.

dimana saya menjadi pemandu wisata.

And I still worked as a tour leader,

Dan saya masih bekerja sebagai pemandu wisata

traveled back and forth

bepergian bolak balik

in China, Tibet and Central Asia.

ke Cina, Tibet, dan Asia Tengah.

So of course, it took time, and I was nearly 40,

Tentu saja, itu memakan waktu dan saat menjelang usia 40 tahun

and I decided it's time

saya memutuskan sudah waktunya

to start as an artist.

untuk mulai menjadi seniman.

(Applause)

(Tepuk tangan)

I chose papercutting

Saya memilih memotong kertas

because paper is cheap,

karena kertas itu murah,

it's light,

ringan,

and you can use it

dan dapat digunakan

in a lot of different ways.

dengan berbagai cara berbeda.

And I chose the language of silhouette

Dan saya menggunakan bahasa siluet (silhouette)

because graphically it's very efficient.

karena sangat efisien secara grafis.

And it's also just getting to the essential of things.

Hingga sampai kepada hal-hal yang mendasar.

So the word "silhouette"

Jadi kata "silhouette"

comes from a minister of finance,

berasal dari menteri keuangan,

Etienne de Silhouette.

Etienne de Silhouette.

And he slashed so many budgets

Dia memangkas anggaran begitu banyak

that people said they couldn't afford

sehingga orang-orang berkata mereka tidak sanggup

paintings anymore,

membuat gambar lagi,

and they needed to have their portrait

dan harus membuat lukisan diri mereka

"a la silhouette."

"a la silhouette."

(Laughter)

(Tawa)

So I made series of images, cuttings,

Saya membuat serangkaian gambar, potongan,

and I assembled them in portfolios.

dan saya memasangnya dalam portepel.

And people told me --

Dan orang-orang berkata --

like these 36 views of the Empire State building --

seperti pemandangan surealis dari Empire State building ini --

they told me, "You're making artist books."

Mereka berkata, "Kau membuat buku seniman."

So artist books have a lot of definitions.

Buku seniman memiliki banyak pengertian.

They come in a lot of different shapes.

Buku artis memiliki banyak bentuk berbeda.

But to me,

Namun bagi saya,

they are fascinating objects

ini adalah objek yang luar biasa

to visually narrate a story.

untuk mengisahkan cerita itu.

They can be with words

Cerita itu dapat disertai kata-kata

or without words.

atau tanpa kata-kata.

And I have a passion

Dan saya memiliki gairah

for images and for words.

akan gambar dan kata-kata.

I love pun

Saya suka permainan kata

and the relation to the unconscious.

dan hubungannya dengan alam bawah sadar.

I love oddities of languages.

Saya suka keganjilan dari bahasa.

And everywhere I lived, I learned the languages,

Dan di mana pun saya tinggal, saya mempelajari bahasa itu

but never mastered them.

namun tidak pernah menguasainya.

So I'm always looking

Jadi saya selalu mencari

for the false cognates

kata-kata serupa

or identical words in different languages.

dengan pengertian berbeda dalam bahasa berbeda.

So as you can guess, my mother tongue is French.

Seperti yang bisa Anda duga, bahasa ibu saya adalah Bahasa Perancis.

And my daily language is English.

Dan bahasa sehari-hari saya adalah Bahasa inggris.

So I did a series of work

Jadi saya melakukan serangkaian pekerjaan

where it was identical words

untuk mencari kata-kata serupa

in French and in English.

dalam Bahasa Inggris dan Perancis.

So one of these works

Salah satu pekerjaan ini

is the "Spelling Spider."

adalah "Spelling Spider."

So the Spelling Spider

Spelling Spider (laba-laba)

is a cousin of the spelling bee.

adalah sepupu kompetisi "spelling bee."

(Laughter)

(Tawa)

But it's much more connected to the Web.

Namun lebih terhubung ke internet.

(Laughter)

(Tawa)

And this spider

Dan laba-laba ini

spins a bilingual alphabet.

memutar huruf-huruf dwibahasa.

So you can read "architecture active"

Sehingga ini dapat dibaca "architecture active"

or "active architecture."

atau "active architecture."

So this spider goes through the whole alphabet

Laba-laba itu melalui seluruh huruf

with identical adjectives and substantives.

dengan kata sifat dan kata benda yang serupa.

So if you don't know one of these languages,

Jadi jika Anda tidak mengerti salah satu bahasa ini,

it's instant learning.

ini menjadi proses belajar instan.

And one ancient form of the book

Dan salah satu bentuk buku kuno

is scrolls.

adalah gulungan.

So scrolls are very convenient,

Gulungan benar-benar cocok

because you can create a large image

karena kita dapat membuat gambar yang besar

on a very small table.

di atas meja yang kecil.

So the unexpected consequences of that

Akibat yang tidak diinginkan adalah

is that you only see one part of your image,

Anda hanya dapat melihat sebagian gambarnya,

so it makes a very freestyle architecture.

walaupun semuanya menjadi arsitektur yang sangat bebas.

And I'm making all those kinds of windows.

Saya membuat semua lubang seperti jendela itu,

So it's to look beyond the surface.

agar kita tidak hanya melihat permukaannya saja.

It's to have a look

Kita dapat melihat

at different worlds.

pada berbagai dunia berbeda.

And very often I've been an outsider.

Dan sering saya menjadi orang luar.

So I want to see how things work

Jadi saya ingin melihat bagaimana keadaannya

and what's happening.

dan apa yang terjadi.

So each window

Jadi setiap jendela itu

is an image

adalah gambar

and is a world

dan merupakan dunia

that I often revisit.

yang sering saya kunjungi kembali.

And I revisit this world

Dan saya kembali mengunjungi dunia ini

thinking about the image

memikirkan tentang gambar

or cliché about what we want to do,

atau klise tentang apa yang ingin kita lakukan,

and what are the words, colloquialisms,

dan apakah kata-kata, ucapan sehari-hari,

that we have with the expressions.

yang kita miliki tentang ekspresi seperti itu.

It's all if.

Semuanya tentang jika.

So what if we were living in balloon houses?

Bagaimana jika kita tinggal di dalam rumah balon?

It would make a very uplifting world.

Dunia ini akan sangat mengasyikkan.

And we would leave a very low footprint on the planet.

Dan jejak kita di planet ini akan sangat sedikit.

It would be so light.

Semuanya akan sangat ringan.

So sometimes I view from the inside,

Terkadang saya melihat dari dalam

like EgoCentriCity

seperti egosentrisme,

and the inner circles.

dan lingkaran dalamnya.

Sometimes it's a global view,

Terkadang juga menjadi pemandangan global

to see our common roots

untuk melihat akar kita bersama

and how we can use them to catch dreams.

dan bagaimana kita dapat menggunakannya untuk mencapai impian.

And we can use them also

Dan kita juga dapat menggunakannya

as a safety net.

sebagai jaring pengaman.

And my inspirations

Dan inspirasi saya

are very eclectic.

sangat pemilih.

I'm influenced by everything I read,

Saya terpengaruh oleh semua yang saya baca,

everything I see.

semua yang saya lihat.

I have some stories that are humorous,

Ada beberapa cerita yang lucu,

like "Dead Beats."

seperti "Pecundang."

(Laughter)

(Tawa)

Other ones are historical.

Yang lainnya adalah sejarah.

Here it's "CandyCity."

Inilah "Kota Permen."

It's a non-sugar-coated

Ini adalah sejarah gula

history of sugar.

yang dilapisi hal yang tidak bergula.

It goes from slave trade

Sejarah ini bermula dari perdagangan budak

to over-consumption of sugar

hingga konsumsi gula berlebihan

with some sweet moments in between.

dengan beberapa kejadian manis diantaranya.

And sometimes I have an emotional response to news,

Terkadang saya menanggapi berita dengan emosional,

such as the 2010 Haitian earthquake.

seperti gempa bumi di Haiti tahun 2010.

Other times, it's not even my stories.

Pada saat lainnya, ini bahkan bukan cerita saya.

People tell me their lives,

Orang-orang menceritakan kehidupan mereka,

their memories, their aspirations,

kenangan mereka, aspirasi mereka,

and I create a mindscape.

dan saya membuat pemandangan pikiran.

I channel their history

Saya menyalurkan sejarah mereka

[so that] they have a place to go back

sehingga mereka dapat kembali

to look at their life and its possibilities.

untuk melihat kehidupan mereka dan kemungkinan yang ada.

I call them Freudian cities.

Saya menyebutnya kota-kota freudian.

I cannot speak for all my images,

Saya tidak dapat membicarakan semua gambar saya,

so I'll just go through a few of my worlds

jadi saya akan membahas beberapa dunia saya

just with the title.

hanya dengan judulnya.

"ModiCity."

"Kekerdilan."

"ElectriCity."

"Kelistrikan."

"MAD Growth on Columbus Circle."

"Pertumbuhan Aneh dari Lingkaran Colombus."

"ReefCity."

"Kota Karang."

"A Web of Time."

"Jaringan Waktu."

"Chaos City."

"Kota Kacau."

"Daily Battles."

"Pertempuran Sehari-hari."

"FeliCity."

"Kebahagiaan."

"Floating Islands."

"Pulau Terapung."

And at one point,

Dan pada suatu saat,

I had to do "The Whole Nine Yards."

saya harus membuat "9 Yard (Pekarangan)."

So it's actually a papercut that's nine yards long.

Dan sebenarnya panjangnya "9 yard."

(Laughter)

(Tawa)

So in life and in papercutting,

Jadi dalam kehidupan dan memotong kertas,

everything is connected.

semuanya berhubungan.

One story leads to another.

Satu cerita membawa cerita lainnya.

I was also interested

Saya juga tertarik

in the physicality of this format,

pada fisik dari bentuk seperti ini,

because you have to walk to see it.

karena Anda harus berjalan untuk melihatnya.

And parallel to my cutting

Dan bersamaan dengan potongan saya

is my running.

ada perjalanan saya.

I started with small images,

Saya mulai dengan gambar-gambar kecil,

I started with a few miles.

dengan beberapa mil.

Larger images, I started to run marathons.

Gambar yang besar, saya mulai berlari maraton.

Then I went to run 50K, then 60K.

Lalu saya berlari 50, lalu 60 km.

Then I ran 50 miles -- ultramarathons.

Lalu 50 mil -- ultramaraton.

And I still feel I'm running,

Dan saya masih merasa saya berlari.

it's just the training

Ini hanya latihan

to become a long-distance papercutter.

untuk menjadi pemotong kertas jarak jauh.

(Laughter)

(Tawa)

And running gives me a lot of energy.

Dan berlari memberikan saya banyak energi.

Here is a three-week papercutting marathon

Inilah maraton memotong kertas selama 3 minggu

at the Museum of Arts and Design

di Museum Seni dan Disain

in New York City.

di New York.

The result is "Hells and Heavens."

Hasilnya adalah "Neraka dan Surga,"

It's two panels 13 ft. high.

yang terdiri dari 2 panel setinggi 13 kaki.

They were installed in the museum on two floors,

Karya ini dipasang di museum di dua lantai,

but in fact, it's a continuous image.

namun sebenarnya, gambar ini saling bersambungan.

And I call it "Hells and Heavens"

Dan saya menyebutnya "Neraka dan Surga

because it's daily hells and daily heavens.

karena ini adalah neraka dan surga sehari-hari.

There is no border in between.

Tidak ada batas di antaranya.

Some people are born in hells,

Beberapa orang lahir di neraka

and against all odds, they make it to heavens.

dan berhasil mengatasinya dan mencapai surga.

Other people make the opposite trip.

Orang yang lain berjalan dalam arah sebaliknya.

That's the border.

Itu adalah batasnya.

You have sweatshops in hells.

Ada toko keringat di neraka.

You have people renting their wings in the heavens.

Ada orang-orang menyewakan sayapnya di surga.

And then you have all those individual stories

Lalu ada semua cerita-cerita pribadi itu

where sometimes we even have the same action,

di mana terkadang kita melakukan hal yang sama

and the result puts you in hells or in heavens.

dan hasilnya Anda bisa berada di neraka ataupun surga.

So the whole "Hells and Heavens"

Jadi semua "Neraka dan Surga" ini

is about free will

adalah tentang kehendak bebas

and determinism.

dan determinasi.

And in papercutting,

dan dalam memotong kertas,

you have the drawing as the structure itself.

gambaran Anda adalah struktur itu sendiri.

So you can take it off the wall.

Anda dapat mengambilnya dari dinding.

Here it's an artist book installation

Inilah pemasangan sebuah buku seniman

called "Identity Project."

berjudul "Proyek Identitas."

It's not autobiographical identities.

Ini bukan identitas tentang riwayat diri sendiri

They are more our social identities.

namun lebih kepada identitas sosial kita

And then you can just walk behind them

Anda dapat berjalan di belakangnya

and try them on.

dan mencobanya.

So it's like the different layers

Jadi ini seperti lapisan-lapisan berbeda

of what we are made of

yang menyusun kita

and what we present to the world

dan apa yang kita sajikan sebagai identitas kita

as an identity.

di dunia.

That's another artist book project.

Itulah proyek buku seniman lainnya.

In fact, in the picture, you have two of them.

Sebenarnya, dalam gambar ini, ada dua buku artis.

It's one I'm wearing

Satu yang saya pakai

and one that's on exhibition

dan satu yang dipamerkan

at the Center for Books Arts in New York City.

di Center for Books Arts di New York.

Why do I call it a book?

Mengapa saya menyebutnya buku?

It's called "Fashion Statement,"

Ini berjudul "Pernyataan Mode,"

and there are quotes about fashion,

dan ada kutipan-kutipan tentang mode

so you can read it,

yang dapat Anda baca,

and also,

dan juga

because the definition of artist book

karena pengertian buku seniman

is very generous.

benar-benar murah hati.

So artist books, you take them off the wall.

Buku seniman dapat dilepaskan dari dinding,

You take them for a walk.

dapat dibawa berjalan-jalan,

You can also install them as public art.

juga dapat dipasang sebagai kesenian publik.

Here it's in Scottsdale, Arizona,

Ini di Scottsdale, Arizona,

and it's called "Floating Memories."

dan diseut, "Kenangan Terapung."

So it's regional memories,

Jadi inilah kenangan regional

and they are just randomly moved by the wind.

yang bergerak secara acak karena angin.

I love public art.

Saya suka kesenian publik.

And I entered competitions

Dan saya ikut kejuaraan

for a long time.

untuk waktu yang lama.

After eight years of rejection,

Setelah delapan tahun selalu ditolak

I was thrilled to get my first commission

saya senang mendapat tugas pertama saya

with the Percent for Art in New York City.

untuk "Percent for Art" di New York.

It was for a merger station

Ini adalah tempat gabungan

for emergency workers and firemen.

bagi para pekerja gawat darurat dan pemadam kebakaran.

I made an artist book

Saya membuat buku seniman

that's in stainless steel

yang terbuat dari baja,

instead of paper.

bukan dari kertas.

I called it "Working in the Same Direction."

Saya menyebutnya, "Bekerja dengan Arah yang Sama."

But I added weathervanes on both sides

Saya menambahkan baling-baling cuaca di kedua sisinya

to show that they cover all directions.

untuk menunjukkan mereka bekerja di segala arah.

With public art,

Dengan kesenian publik,

I could also make cut glass.

saya dapat membuat potongan kaca.

Here it's faceted glass in the Bronx.

Inilah potongan kaca di Bronx.

And each time I make public art,

Dan setiap kali saya membuat kesenian publik,

I want something that's really relevant

saya ingin sesuatu yang benar-benar sesuai

to the place it's installed.

dengan tempat cerita itu dipasang.

So for the subway in New York,

Jadi di kereta bawah tanah New York

I saw a correspondence

saya melihat kecocokan

between riding the subway

antara mengendarai kereta bawah tanah

and reading.

dan membaca.

It is travel in time, travel on time.

Ini adalah perjalanan di waktu, perjalanan waktu.

And Bronx literature,

Dan literatur Bronx,

it's all about Bronx writers

semuanya tentang penulis-penulis Bronx

and their stories.

dan cerita-ceritanya.

Another glass project

Proyek kaca lainnya

is in a public library

adalah di perpustakaan umum

in San Jose, California.

di San Jose, California.

So I made a vegetable point of view

Saya mengambil satu sudut pandang

of the growth of San Jose.

dari pertumbuhan San Jose

So I started in the center

Saya mulai dari tengah

with the acorn

dengan benih

for the Ohlone Indian civilization.

dari peradaban Indian Ohlone.

Then I have the fruit from Europe

Lalu ada buah dari Eropa

for the ranchers.

bagi para penggembala

And then the fruit of the world for Silicon Valley today.

Lalu ada buah dari dunia saat ini yaitu Silicon Valley.

And it's still growing.

Dan semuanya masih tumbuh.

So the technique, it's cut,

Lalu tekniknya, memotong,

sandblasted, etched

menyemprot pasir, mengukur,

and printed glass into architectural glass.

dan mencetak kaca itu menjadi bentuk arsitektur.

And outside the library,

Dan di luarnya

I wanted to make a place to cultivate your mind.

saya ingin membuat tempat untuk menanam pikiran Anda

I took library material

Saya mengambil buku di perpustakaan

that had fruit in their title

yang judulnya mengandung buah-buahan

and I used them to make an orchard walk

dan menggunakannya untuk membuat kebun buah

with these fruits of knowledge.

dengan buah pengetahuan ini.

I also planted the bibliotree.

Saya juga menanam pohon daftar pustaka.

So it's a tree,

Ini adalah sebatang pohon

and in its trunk you have the roots of languages.

yang di dahannya ada akar dari bahasa.

And it's all about international writing systems.

Semua ini tentang sistem penulisan internasional.

And on the branches

Dan di rantingnya,

you have library material growing.

ada perpustakaan yang berkembang.

You can also have function and form

Ada juga manfaat dan bentuk

with public art.

dari kesenian publik.

So in Aurora, Colorado it's a bench.

Di Aurora, Colorado, ada sebuah bangku taman.

But you have a bonus with this bench.

Namun ada bonus dengan bangku ini.

Because if you sit a long time in summer in shorts,

Karena jika Anda duduk lama di musim panas dengan celana pendek

you will walk away

Anda akan pulang

with temporary branding of

dengan merek sementara

the story element on your thighs.

dari elemen cerita itu di paha Anda.

(Laughter)

(Tawa)

Another functional work,

Fungsi lainnya

it's in the south side of Chicago

ini di bagian selatan Chicago

for a subway station.

untuk stasiun kereta bawah tanah

And it's called "Seeds of the Future are Planted Today."

yang berjudul "Benih Masa Depan Ditanam Hari Ini."

It's a story about transformation

Ini adalah kisah tentang perubahan

and connections.

dan keterhubungan.

So it acts as a screen

Seni ini berfungsi sebagai layar

to protect the rail and the commuter,

untuk melindungi rel dan para penumpangnya

and not to have objects falling on the rails.

agar tidak ada benda yang jatuh ke rel.

To be able to change fences

Luar biasa karena kita dapat mengubah

and window guards into flowers,

pagar dan kaca pengamannya

it's fantastic.

menjadi bunga.

And here I've been working for the last three years

Dan selama 3 tahun terakhir saya telah bekerja

with a South Bronx developer

bersama pengembang Bronx Selatan

to bring art to life

untuk menghidupkan seni

to low-income buildings

pada gedung-gedung dan pemukiman

and affordable housing.

bagi masyarakat kelas bawah.

So each building has its own personality.

Dan setiap gedung memiliki kepribadian sendiri.

And sometimes it's about a legacy of the neighborhood,

Dan terkadang ini tentang peningggalan lingkungan itu

like in Morrisania, about the jazz history.

seperti Morrisania, tentang sejarah musik jazz.

And for other projects, like in Paris,

Dan dalam proyek lainnya, seperti di Paris,

it's about the name of the street.

ini berhubungan dengan nama jalan.

It's called Rue des Prairies -- Prairie Street.

Jalan ini disebut Rue de Prairie -- "jalan padang rumput."

So I brought back the rabbit,

Saya membawa kembali kelinci,

the dragonfly,

capung,

to stay in that street.

untuk tinggal di jalan tersebut.

And in 2009,

Dan pada tahun 2009,

I was asked to make a poster

saya diminta membuat poster

to be placed in the subway cars in New York City

untuk ditempatkan di kereta bawah tanah di New York

for a year.

selama 1 tahun.

So that was a very captive audience.

Sehingga penontonnya benar-benar terpenjara.

And I wanted to give them an escape.

Dan saya ingin memberi tempat pelarian.

I created "All Around Town."

Saya menciptakan "Sekeliling Kota."

It is a papercutting,

Ini adalah potongan kertas

and then after, I added color on the computer.

yang telah saya tambahkan warna di komputer.

So I can call it techno-crafted.

Saya bisa menyebutnya "kerajinan-tekno."

And along the way,

Dan dalam perjalanannya,

I'm kind of making papercuttings

saya seperti memotong kertas

and adding other techniques.

dan menambahkan teknik-teknik lainnya.

But the result is always to have stories.

Namun hasilnya selalu memiliki cerita.

So the stories, they have a lot of possibilities.

Cerita ini, ada banyak kemungkinan,

They have a lot of scenarios.

ada banyak skenario.

I don't know the stories.

Saya tidak tahu cerita-cerita ini,

I take images from our global imagination,

saya mengambilnya dari khayalan global,

from cliché, from things we are thinking about,

dari klise, dari hal-hal yang kita pikirkan,

from history.

dari sejarah.

And everybody's a narrator,

Dan semua orang bisa bercerita

because everybody has a story to tell.

karena semua orang memiliki cerita.

But more important

Namun yang lebih penting lagi

is everybody has to make a story

semua orang harus membuat cerita

to make sense of the world.

untuk mengerti dunia.

And in all these universes,

Dan dalam seluruh kesatuan ini,

it's like imagination is the vehicle

semuanya seperti khayalan yang menjadi kendaraan

to be transported with,

untuk bepergian,

but the destination is our minds

namun tujuannya adalah tujuan kita

and how we can reconnect

dan bagaimana kita dapat terhubung kembali

with the essential and with the magic.

dengan hal-hal dasar dan dengan keajaiban ini.

And it's what story cutting is all about.

Dan itulah arti dari pemotongan cerita.

(Applause)

(Tepuk tangan)