Chris Burkard: The joy of surfing in ice-cold water

Translator: Abe Felisa Reviewer: Amelia Josephine

So if I told you that this was the face of pure joy,

Jadi jika saya bilang pada Anda ini adalah wajah kegembiraan yang sesungguhnya,

would you call me crazy?

apakah Anda akan bilang saya gila?

I wouldn't blame you,

Saya takkan menyalahkan Anda,

because every time I look at this Arctic selfie, I shiver just a little bit.

karena tiap kali saya melihat selfie di Kutub Utara ini, saya sedikit menggigil.

I want to tell you a little bit about this photograph.

Saya ingin menceritakan Anda sedikit tentang foto ini.

I was swimming around in the Lofoten Islands in Norway,

Saya sedang berenang di sekitar Pulau Lofoten di Norwegia,

just inside the Arctic Circle,

di bagian dalam lingkar Kutub Utara,,

and the water was hovering right at freezing.

dan suhu air berkisar di titik beku.

The air? A brisk -10 with windchill,

Udaranya? Mendekati -10 dengan angin yang dingin,

and I could literally feel the blood trying to leave my hands,

dan saya betul-betul dapat merasakan darah mencoba meninggalkan tangan saya,

feet and face, and rush to protect my vital organs.

kaki dan wajah saya, dan mengalir deras untuk melindungi organ-organ vital saya.

It was the coldest I've ever been.

Itu saat terdingin yang pernah saya alami.

But even with swollen lips, sunken eyes, and cheeks flushed red,

Tapi bahkan dengan bibir bengkak, mata sembab, dan pipi memerah,

I have found that this place right here is somewhere I can find great joy.

Saya menemukan bahwa inilah tempat di mana saya menemukan suka cita yang luar biasa.

Now, when it comes to pain, psychologist Brock Bastian

Sekarang, mengenai rasa sakit, psikolog Brock Bastian

probably said it best when he wrote,

mungkin tepat mengungkapkan saat dia menuliskan,

"Pain is a kind of shortcut to mindfulness.

"Rasa sakit adalah jalan pintas menuju kesadaran.

It makes us suddenly aware of everything in the environment.

Membuat kita tiba-tiba sadar akan semua hal di sekitar kita.

It brutally draws us in

Dengan brutal menarik kita

to a virtual sensory awareness of the world much like meditation."

ke dunia kesadaran sensor maya yang mirip seperti meditasi."

If shivering is a form of meditation, then I would consider myself a monk.

Jika menggigil adalah bentuk meditasi, maka saya rasa saya adalah biksu.

(Laughter)

(Tertawa)

Now, before we get into the why

Sekarang, sebelum kita bertanya mengapa

would anyone ever want to surf in freezing cold water?

apakah ada yang ingin berselancar di air dingin yang membeku?

I would love to give you a little perspective

Saya dengan senang hati memberikan Anda sedikit pandangan

on what a day in my life can look like.

seperti apa kelihatannya satu hari dalam hidup saya.

(Music)

(Musik)

(Video) Man: I mean, I know we were hoping for good waves,

(Video) Pria: Maksudnya, saya tahu kita mengharapkan ombak yang bagus,

but I don't think anybody thought that was going to happen.

tapi saya tidak berpikir siapapun akan mengira ini akan terjadi.

I can't stop shaking.

Saya tak dapat berhenti gemetar.

I am so cold.

Saya sangat kedinginan.

(Music)

(Musik)

(Applause)

(Tepuk tangan)

Chris Burkard: So, surf photographer, right?

Chris Burkard: Jadi, fotograger selancar, kan?

I don't even know if it's a real job title, to be honest.

Saya bahkan tidak pernah tahu nama profesi itu nyata, sejujurnya.

My parents definitely didn't think so

Orang tua saya pasti juga tidak berpikir demikian

when I told them at 19 I was quitting my job to pursue this dream career:

waktu saya bilang di umur 19 tahun bahwa saya berhenti kerja demi karir impian ini:

blue skies, warm tropical beaches, and a tan that lasts all year long.

langit biru, pantai tropis yang hangat, dan kulit sawo matang sepanjang tahun.

I mean, to me, this was it. Life could not get any better.

Maksudnya, bagi saya, inilah dia. Hidup tidak dapat lebih baik dari ini.

Sweating it out, shooting surfers in these exotic tourist destinations.

Berkeringat, memotret peselancar di destinasi turis yang eksotis.

But there was just this one problem.

Tapi ada satu masalah.

You see, the more time I spent traveling to these exotic locations,

Anda lihat, semakin sering saya bepergian ke lokasi-lokasi eksotis ini,

the less gratifying it seemed to be.

semakin terasa tidak memuaskan.

I set out seeking adventure, and what I was finding was only routine.

Saya pergi untuk mencari petualangan, dan yang saya temukan hanyalah rutinitas.

It was things like wi-fi, TV, fine dining, and a constant cellular connection

Hal-hal seperti wi-fi, TV, santapan mewah, dan koneksi seluler yang selalu ada

that to me were all the trappings of places heavily touristed

itu bagi saya adalah jebakan tempat-tempat yang banjir turis

in and out of the water,

yang masuk dan keluar dari air,

and it didn't take long for me to start feeling suffocated.

dan tidak butuh waktu lama bagi saya untuk mulai merasa sesak.

I began craving wild, open spaces,

Saya mulai mencari ruang-ruang terbuka yang liar,

and so I set out to find the places others had written off

dan saya berangkat untuk mencari tempat yang telah dicoret oleh orang lain

as too cold, too remote, and too dangerous to surf,

seperti terlalu dingin, terlalu terpencil, dan terlalu berbahaya untuk berselancar,

and that challenge intrigued me.

dan tantangan itu memikat saya.

I began this sort of personal crusade against the mundane,

Saya mulai menyangkal diri melawan kefanaan ini,

because if there's one thing I've realized,

karena jika ada satu hal yang saya sadari,

it's that any career,

bahwa karir apapun,

even one as seemingly glamorous as surf photography,

bahkan yang sepertinya mempesona seperti fotografi selancar,

has the danger of becoming monotonous.

ada bahaya menjadi begitu-begitu saja.

So in my search to break up this monotony, I realized something:

Dalam pencarian saya untuk memecahkan kebosanan ini, saya menyadari:

There's only about a third of the Earth's oceans that are warm,

Hanya ada sekitar sepertiga lautan di bumi ini yang hangat,

and it's really just that thin band around the equator.

dan hanya segaris kecil di sekitar ekuator.

So if I was going to find perfect waves,

Jadi jika saya akan mencari ombak-ombak yang sempurna,

it was probably going to happen somewhere cold,

mungkin akan terjadi di suatu tempat yang dingin,

where the seas are notoriously rough,

di mana lautan itu terkenal keras,

and that's exactly where I began to look.

dan di situlah saya mulai mencari.

And it was my first trip to Iceland

Dan waktu itu adalah trip pertama saya ke Islandia

that I felt like I found exactly what I was looking for.

saya merasa saya menemukan tepat seperti apa yang saya cari.

I was blown away by the natural beauty of the landscape,

Saya terpukau oleh keindahan alamnya,

but most importantly, I couldn't believe we were finding perfect waves

tapi yang paling penting, saya tak percaya kami menemukan ombak yang sempurna

in such a remote and rugged part of the world.

di bagian dunia yang terpencil dan keras.

At one point, we got to the beach

Pada suatu waktu, kami sampai di pantai

only to find massive chunks of ice had piled on the shoreline.

menemukan bongkahan es besar menumpuk di bibir pantai.

Mereka menciptakan halangan antara kami dan peselancar,

They created this barrier between us and the surf,

and we had to weave through this thing like a maze

kami harus mengitari bongkahan ini seperti labirin

just to get out into the lineup.

untuk keluar dari barisan es.

and once we got there,

Dan waktu tiba,

we were pushing aside these ice chunks trying to get into waves.

kami menyingkirkan bongkahan es ini mencoba untuk mencapai ombak.

It was an incredible experience, one I'll never forget,

Pengalaman yang luar biasa, salah satu yang takkan pernah saya lupakan

because amidst those harsh conditions,

karena di tengah kondisi yang berat itu,

I felt like I stumbled onto one of the last quiet places,

Saya merasa terjerembap pada salah satu tempat sunyi yang tersisa,

somewhere that I found a clarity and a connection with the world

suatu tempat di mana saya menemukan pencerahan dan keterpautan dengan dunia

I knew I would never find on a crowded beach.

yang saya tahu tidak akan pernah saya dapatkan di pantai yang ramai.

I was hooked. I was hooked. (Laughter)

Saya ketagihan. Saya ketagihan. (Tertawa)

Cold water was constantly on my mind,

Air yang dingin terus berada di pikiran saya,

and from that point on,

dan mulai saat itu,

my career focused on these types of harsh and unforgiving environments,

karir saya berfokus pada lingkungan yang keras dan tiada ampun semacam ini,

and it took me to places like Russia, Norway, Alaska, Iceland, Chile,

membawa saya ke tempat-tempat seperti Rusia, Norwegia, Alaska, Islandia, Chili,

the Faroe Islands, and a lot of places in between.

Kepulauan Faroe, dan banyak tempat di antaranya.

And one of my favorite things about these places

Dan salah satu hal yang saya suka pada tempat-tempat ini

was simply the challenge and the creativity it took just to get there:

hanyalah tantangan dan kreatifitas untuk mencapainya:

hours, days, weeks spent on Google Earth

berjam-jam, harian, mingguan melihat Google Earth

trying to pinpoint any remote stretch of beach or reef we could actually get to.

mencoba mencari bentangan pantai terpencil atau karang yang memungkinkan kami capai.

And once we got there, the vehicles were just as creative:

Dan sesampainya kami di sana, kendaraannya juga tidak kalah kreatif:

snowmobiles, six-wheel Soviet troop carriers,

mobil salju, kendaraan pasukan Soviet enam-roda,

and a couple of super-sketchy helicopter flights.

dan sepasang helikopter awut-awutan.

(Laughter)

(Tertawa)

Helicopters really scare me, by the way.

Helikopter sangat menakutkan saya, omong-omong.

There was this one particularly bumpy boat ride

Suatu kali ada tumpangan perahu yang berguncang

up the coast of Vancouver Island to this kind of remote surf spot,

di bagian atas Pulau Vancouver ke lokasi selancar terpencil ini,

where we ended up watching helplessly from the water

di mana akhirnya kami melihat dengan tak berdaya dari air

as bears ravaged our camp site.

selagi beruang-beruang merusak perkemahan kami.

They walked off with our food and bits of our tent,

Mereka pergi dengan makanan kami dan sebagian tenda kami,

clearly letting us know that we were at the bottom of the food chain

dengan jelas memberitahu kami bahwa kami berada di bawah rantai makanan

and that this was their spot, not ours.

dan ini adalah tempat mereka, bukan milik kami.

But to me, that trip

Tapi bagi saya, perjalanan itu

was a testament to the wildness I traded for those touristy beaches.

merupakan perjanjian pertukaran alam liar dengan pantai-pantai berturis itu.

Now, it wasn't until I traveled to Norway -- (Laughter) --

Sekarang, sampai waktu saya pergi ke Norwegia -- (Tertawa) --

that I really learned to appreciate the cold.

saya belajar menghargai udara dingin.

So this is the place

Jadi inilah tempat

where some of the largest, the most violent storms in the world

di mana badai yang terbesar dan terganas di dunia

send huge waves smashing into the coastline.

mengirimkan ombak besar yang memecah di bibir pantai.

We were in this tiny, remote fjord, just inside the Arctic Circle.

Kami berada di dalam fyord kecil dan terpencil di dalam Lingkar Kutub Utara.

It had a greater population of sheep than people,

Fyord itu punya populasi domba lebih banyak dari manusia,

so help if we needed it was nowhere to be found.

jadi bantuan di kala kami membutuhkannya sulit dicari.

I was in the water taking pictures of surfers,

Saya berada dalam air memotret peselancar,

and it started to snow.

dan waktu itu mulai bersalju.

And then the temperature began to drop.

Dan suhu udara mulai turun.

And I told myself, there's not a chance you're getting out of the water.

Dan saya bergumam, kamu tidak boleh keluar dari air.

You traveled all this way, and this is exactly what you've been waiting for:

Kamu pergi sejauh ini, dan inilah yang selama ini kamu nantikan:

freezing cold conditions with perfect waves.

kondisi dingin membeku dengan ombak yang sempurna.

And although I couldn't even feel my finger to push the trigger,

Dan meski saya tidak merasakan jari untuk menekan tombol kamera,

I knew I wasn't getting out.

saya tahu saya takkan keluar.

So I just did whatever I could. I shook it off, whatever.

Jadi saya lakukan apa pun. Saya mengguncangnya, apapun itu.

But that was the point that I felt

Tapi di situlah saya merasa

this wind gush through the valley and hit me,

ada angin bertiup melalui lembah dan menerpa saya,

and what started as this light snowfall quickly became a full-on blizzard,

dan yang tadinya salju ringan dengan cepat berubah menjadi badai salju,

and I started to lose perception of where I was.

dan saya mulai kehilangan kesadaran di mana saya berada.

I didn't know if I was drifting out to sea or towards shore,

Saya tidak tahu apakah saya terseret ke tengah laut atau ke pantai,

and all I could really make out was the faint sound of seagulls

dan yang hanya saya dapat dengar adalah suara samar burung camar

and crashing waves.

dan ombak yang pecah.

Now, I knew this place had a reputation for sinking ships and grounding planes,

Sekarang, saya tahu tempat ini berreputasi menenggelamkan kapal, menjatuhkan pesawat

and while I was out there floating, I started to get a little bit nervous.

dan selagi saya mengambang di sana saya mulai sedikit cemas.

Actually, I was totally freaking out --

Sebenarnya, saya sangat ketakutan --

(Laughter) -- and I was borderline hypothermic,

(Tertawa) -- dan saya hampir mengalami hipotermia,

and my friends eventually had to help me out of the water.

dan teman-teman saya akhirnya harus menyelamatkan saya keluar dari air.

And I don't know if it was delirium setting in or what,

Dan saya tidak tahu apakah saya mengigau atau apa,

but they told me later

tapi setelah itu mereka bilang

I had a smile on my face the entire time.

saya terus tersenyum.

Now, it was this trip

Nah, perjalanan inilah

and probably that exact experience where I really began to feel

dan mungkin pengalaman itulah di mana saya mulai merasa

like every photograph was precious,

seperti setiap foto sangat berharga,

because all of a sudden in that moment, it was something I was forced to earn.

karena tiba-tiba pada saat itu, adalah sesuatu yang harus saya raih.

And I realized, all this shivering had actually taught me something:

Dan saya sadar, perasaan menggigil ini sebenarnya mengajarkan sesuatu pada saya

In life, there are no shortcuts to joy.

Dalam hidup, tidak ada jalan pintas menuju kegembiraan.

Anything that is worth pursuing is going to require us to suffer

Apapun yang pantas untuk dikejar butuh penderitaan

just a little bit,

walaupun sedikit saja,

and that tiny bit of suffering that I did for my photography,

dan secuil penderitaan tersebut yang saya lakukan untuk fotografi saya,

it added a value to my work that was so much more meaningful to me

memberi nilai tambah pada pekerjaan saya yang lebih berarti untuk saya

than just trying to fill the pages of magazines.

daripada hanya untuk memenuhi halaman-halaman majalah.

See, I gave a piece of myself in these places,

Lihat, saya mengorbankan sebagian diri saya pada tempat-tempat ini,

and what I walked away with

dan apa yang saya bawa

was a sense of fulfillment I had always been searching for.

adalah rasa kepenuhan yang selalu saya cari.

So I look back at this photograph.

Jadi saya mengingat-ingat dari foto ini.

It's easy to see frozen fingers and cold wetsuits

Mudah untuk melihat jemari yang membeku dan baju selam yang dingin

and even the struggle that it took just to get there,

dan bahkan perjuangan yang dibutuhkan hanya untuk sampai di sana,

but most of all, what I see is just joy.

tapi yang paling penting, yang saya lihat hanyalah kegembiraan.

Thank you so much.

Terima kasih banyak.

(Applause)

(Tepuk tangan)