How to fix a broken education system ... without any more money | Seema Bansal

Translator: Mathius Lungkin Reviewer: Dewi Barnas

So we all have our own biases.

Kita semua punya bias masing-masing.

For example, some of us tend to think

Contohnya, beberapa dari kita cenderung untuk berpikir

that it's very difficult to transform failing government systems.

bahwa sangat sulit untuk mengubah sistem pemerintahan yang gagal.

When we think of government systems,

Ketika memikirkan tentang sistem pemerintahan,

we tend to think that they're archaic, set in their ways,

kita cenderung berpikir mereka kolot, terpaku dengan cara mereka,

and perhaps, the leadership is just too bureaucratic

dan mungkin, pemimpin mereka terlalu birokratik

to be able to change things.

dan tidak mampu mengubah sesuatu.

Well, today, I want to challenge that theory.

Hari ini, saya ingin menantang teori ini.

I want to tell you a story of a very large government system

Saya ingin bercerita tentang sebuah sistem pemerintahan yang sangat besar,

that has not only put itself on the path of reform

yang tidak hanya menempatkan dirinya pada jalur perubahan

but has also shown fairly spectacular results

namun juga telah menunjukkan hasil yang cukup spektakuler

in less than three years.

dalam waktu kurang dari tiga tahun.

This is what a classroom in a public school in India looks like.

Ini adalah sebuah ruang kelas di sekolah negeri di India.

There are 1 million such schools in India.

Ada 1 juta sekolah seperti ini di India.

And even for me, who's lived in India all her life,

Dan bahkan bagi saya, yang tinggal di India selama hidup saya,

walking into one of these schools is fairly heartbreaking.

memasuki salah satu sekolah ini cukup memilukan hati.

By the time kids are 11,

Pada usia 11 tahun,

50 percent of them have fallen so far behind in their education

50 persen anak-anak India sudah ketinggalan jauh pendidikannya,

sehingga mereka tidak punya harapan untuk mengejarnya kembali.

that they have no hope to recover.

11-year-olds cannot do simple addition,

Anak usia 11 tahun tidak dapat melakukan penjumlahan sederhana,

they cannot construct a grammatically correct sentence.

mereka tidak bisa membuat sebuah kalimat dengan tata bahasa yang benar.

These are things that you and I would expect an 8-year-old

Inil adalah sesuatu yang Anda dan saya harapkan dari anak 8 tahun

to be able to do.

untuk mereka kuasai.

By the time kids are 13 or 14,

Pada usia 13 atau 14 tahun,

they tend to drop out of schools.

banyak anak-anak India yang putus sekolah.

In India, public schools not only offer free education --

Di India, sekolah negeri tidak hanya menawarkan pendidikan gratis --

they offer free textbooks, free workbooks, free meals,

mereka juga menawarkan buku pelajaran, buku catatan, dan makanan gratis,

sometimes even cash scholarships.

kadang bahkan beasiswa tunai.

And yet, 40 percent of the parents today

Tapi tetap saja, 40 persen dari orangtua

are choosing to pull their children out of public schools

memilih untuk menarik anak mereka dari sekolah negeri

and pay out of their pockets to put them in private schools.

dan membiayai sendiri pendidikan anak mereka di sekolah swasta.

As a comparison, in a far richer country, the US,

Untuk perbandingan, di sebuah negara yang jauh lebih kaya, Amerika Serikat,

that number is only 10 percent.

hanya 10 persen yang memilih sekolah swasta.

That's a huge statement on how broken the Indian public education system is.

Itu adalah satu pernyataan besar yang menunjukkan

betapa rusaknya sistem pendidikan di sekolah negeri di India.

So it was with that background that I got a call in the summer of 2013

Jadi itulah latar belakangnya saya mendapatkan panggilan

di musim panas 2013

from an absolutely brilliant lady called Surina Rajan.

dari seorang wanita yang sangat cerdas

bernama Surina Rajan.

She was, at that time, the head of the Department of School Education

Ketika itu, dia adalah pimpinan Departemen Pendidikan Sekolah

in a state called Haryana in India.

di negara bagian Haryana di India.

So she said to us, "Look, I've been heading this department

Dia berkata pada kami,

"Saya sudah memimpin departemen ini selama dua tahun terakhir.

for the last two years.

I've tried a number of things, and nothing seems to work.

Saya sudah mencoba bermacam cara dan sepertinya tidak ada yang berhasil.

Can you possibly help?"

Mungkinkah kamu dapat membantu?"

Let me describe Haryana a little bit to you.

Mari saya gambarkan sedikit tentang Haryana untuk Anda.

Haryana is a state which has 30 million people.

Haryana adalah sebuah negara bagian dengan 30 juta penduduk.

It has 15,000 public schools

Negara bagian ini mempunyai 15.000 sekolah negeri

and 2 million plus children in those public schools.

dengan lebih dari 2 juta siswa.

So basically, with that phone call,

Jadi pada dasarnya, melalui telepon,

I promised to help a state and system

saya berjanji untuk membantu sebuah negara dan sistem

which was as large as that of Peru or Canada transform itself.

seukuran Peru atau Kanada untuk mengubah dirinya sendiri.

As I started this project, I was very painfully aware of two things.

Ketika saya memulai proyek ini, saya sangat menyadari dua hal.

One, that I had never done anything like this before.

Satu, saya tidak pernah melakukan sesuatu seperti ini sebelumnya.

And two, many others had, perhaps without too much success.

Dan dua, banyak yang sudah mencoba,

tapi mungkin tidak terlalu berhasil.

As my colleagues and I looked across the country

Ketika rekan kerja saya dan saya melihat di seluruh negeri

and across the world,

dan seluruh dunia,

we couldn't find another example

kami tidak bisa menemukan contoh lain

that we could just pick up and replicate in Haryana.

yang dapat kami contoh dan tiru di Haryana.

We knew that we had to craft our own journey.

Kami tahu bahwa kami harus merancang perjalanan kami sendiri.

But anyway, we jumped right in and as we jumped in,

Namun demikian, kami segera memulai dan seketika itu,

all sorts of ideas started flying at us.

berbagai ide bermunculan.

People said, "Let's change the way we recruit teachers,

Ada yang bilang, "Mari kita ubah cara kita merekrut para guru,

let's hire new principals and train them

mari pekerjakan kepala sekolah baru dan latih mereka

dan kirim mereka ke seminar pendidikan internasional,

and send them on international learning tours,

let's put technology inside classrooms."

mari bawa teknologi ke dalam kelas."

By the end of week one, we had 50 ideas on the table,

Pada akhir minggu pertama, kami punya 50 ide,

all amazing, all sounded right.

semuanya luar biasa, semuanya terdengar benar.

There was no way we were going to be able to implement 50 things.

Tapi tidak mungkin bagi kami untuk dapat menerapkan 50 ide itu.

So I said, "Hang on, stop.

Jadi saya katakan, "Tunggu sebentar, stop.

Let's first at least decide what is it we're trying to achieve."

Mari setidaknya kita tentukan apa sebenarnya yang ingin kita capai."

So with a lot of push and pull and debate,

Jadi dengan banyak tarik-menarik dan perdebatan,

Haryana set itself a goal which said: by 2020,

Haryana menentukan target untuk:

we want 80 percent of our children to be at grade-level knowledge.

pada tahun 2020,

kami ingin 80 persen anak-anak kami memiliki pengetahuan sesuai standar.

Now the specifics of the goal don't matter here,

Detail dari tujuan itu tidak begitu penting disini,

but what matters is how specific the goal is.

yang penting adalah seberapa spesifik tujuannya.

Because it really allowed us to take all those ideas

Karena itu akan memungkinkan kami

untuk menelaah semua ide

which were being thrown at us

yang kami punya

and say which ones we were going to implement.

dan memutuskan mana yang akan diimplementasikan.

Does this idea support this goal? If yes, let's keep it.

Apakah ide ini mendukung tujuannya? Jika ya, mari kita simpan.

But if it doesn't or we're not sure, then let's put it aside.

Tapi jika tidak atau kami tidak yakin, maka mari kita sisihkan.

As simple as it sounds, having a very specific goal right up front

Meski terdengar sederhana, memiliki tujuan yang jelas di depan

has really allowed us to be very sharp and focused

sangat memungkinkan kami untuk bisa tajam dan fokus

in our transformation journey.

dalam perjalanan transformasi ini.

And looking back over the last two and a half years,

Dan melihat kembali dua setengah tahun terakhir,

that has been a huge positive for us.

hal ini sangat positif bagi kami.

So we had the goal,

Jadi kami memiliki sebuah tujuan,

and now we needed to figure out what are the issues, what is broken.

dan sekarang kami perlu mencari tahu apa masalahnya, apa yang rusak.

Before we went into schools, a lot of people told us

Sebelum kami pergi ke sekolah-sekolah,

that education quality is poor

banyak orang memberitahu kami bahwa kualitas pendidikan buruk

because either the teachers are lazy, they don't come into schools,

karena guru-gurunya malas, mereka tidak datang ke sekolah,

or they're incapable, they actually don't know how to teach.

atau mereka tidak mampu mengajar, tidak tahu cara mengajar.

Well, when we went inside schools, we found something completely different.

Ketika kami datang ke sekolah,

kami menemukan sesuatu yang sangat berbeda.

On most days, most teachers were actually inside schools.

Seringkali, hampir semua guru ada di sekolah.

And when you spoke with them,

Dan ketika kami berbicara dengan mereka,

you realized they were perfectly capable of teaching elementary classes.

kami menyadari mereka sangat mampu untuk mengajar di tingkat SD.

But they were not teaching.

Tapi mereka tidak mengajar.

I went to a school

Saya datang di sebuah sekolah

where the teachers were getting the construction of a classroom

dimana para gurunya mengawasi pembangunan

and a toilet supervised.

sebuah ruang kelas dan sebuah toilet.

I went to another school

Saya pergi ke sekolah lainnya

where two of the teachers had gone to a nearby bank branch

dimana dua dari guru-gurunya pergi ke sebuah bank sekitar

to deposit scholarship money into kids' accounts.

untuk menyetorkan uang beasiswa ke rekening anak-anak.

At lunchtime, most teachers were spending all of their time

Pada waktu makan siang,

kebanyakan guru menghabiskan semua waktu mereka

getting the midday meal cooking, supervised and served to the students.

mengawasi proses memasak makan siang dan penyajiannya kepada para siswa.

So we asked the teachers,

Jadi kami bertanya pada guru-guru itu,

"What's going on, why are you not teaching?"

"Apa yang terjadi, kenapa Anda tidak mengajar?"

And they said, "This is what's expected of us.

Dan mereka berkata,

"Inilah yang diharapkan dari kami.

When a supervisor comes to visit us,

Ketika seorang pengawas datang mengunjungi kami,

these are exactly the things that he checks.

hal-hal yang seperti inilah yang ia periksa.

Has the toilet been made, has the meal been served.

Apa toilet sudah dibangun, apa makanan sudah disajikan.

When my principal goes to a meeting at headquarters,

Ketika kepala sekolah saya pergi untuk rapat di kantor pusat,

these are exactly the things which are discussed."

hal-hal seperti inilah yang dibahas."

You see, what had happened was, over the last two decades,

Jadi, Anda lihat, yang terjadi selama dua dekade terakir adalah,

India had been fighting the challenge of access, having enough schools,

India menghadapi tantangan untuk mendapatkan akses,

memiliki sekolah yang cukup, pendaftaran siswa,

and enrollment, bringing children into the schools.

membawa anak-anak ke sekolah.

So the government launched a whole host of programs

Jadi pemerintah meluncurkan sejumlah program

to address these challenges,

untuk mengatasi tantangan-tantangan ini

and the teachers became the implicit executors of these programs.

dan para guru menjadi pelaksana implisit dari semua program ini.

Not explicitly, but implicitly.

Tidak secara tersurat, tapi tersirat.

And now, what was actually needed was not to actually train teachers further

Dan sekarang, apa yang sebenarnya dibutuhkan

bukan untuk meningkatkan pelatihan guru

or to monitor their attendance

atau memastikan kehadiran mereka

but to tell them that what is most important

tapi untuk memberitahu mereka bahwa yang paling penting

is for them to go back inside classrooms and teach.

adalah agar mereka kembali ke dalam kelas dan mengajar.

They needed to be monitored and measured and awarded

Mereka perlu diawasi dan dinilai dan dihargai

berdasarkan pada kualitas mengajar mereka

on the quality of teaching

and not on all sorts of other things.

dan bukan berdasarkan hal lainnya.

So as we went through the education system,

Jadi saat kami menelusuri sistem pendidikan itu,

as we delved into it deeper, we found a few such core root causes

dan menelitinya lebih dalam lagi,

kami menemukan beberapa akar persoalan utama

which were determining, which were shaping how people behaved in the system.

yang menentukan dan membentuk

tingkah laku orang-orang dalam sistem tersebut.

And we realized that unless we change those specific things,

Dan kami menyadari bahwa kecuali kami mengubah hal tersebut,

we could do a number of other things.

kami dapat melakukan banyak hal lain.

We could train, we could put technology into schools,

Kami bisa melatih, membawa teknologi ke sekolah,

but the system wouldn't change.

tapi sistem itu tidak akan berubah.

And addressing these non-obvious core issues

Dan menjawab permasalahan inti yang tak begitu terlihat ini,

became a key part of the program.

menjadi kunci dari (keberhasilan) program ini.

So, we had the goal and we had the issues,

Jadi, kami mempunyai tujuan dan kami mengetahui masalahnya,

and now we needed to figure out what the solutions were.

dan sekarang kami perlu untuk mencari tahu apa solusinya.

We obviously did not want to recreate the wheel,

Tentu saja kami tidak ingin mengulangi roda (kesalahan) itu,

so we said, "Let's look around and see what we can find."

jadi kami katakan,

"Mari kita lihat sekeliling dan lihat apa yang kita temukan."

And we found these beautiful, small pilot experiments

Dan kami menemukan beberapa eksperimen percontohan kecil yang bekerja

all over the country and all over the world.

di seluruh India dan di seluruh dunia.

Hal-hal kecil yang dilakukan LSM dan yayasan,

Small things being done by NGOs, being done by foundations.

But what was also interesting was that none of them actually scaled.

Tapi yang juga menarik adalah,

tak satu pun yang dilakukan dalam skala (besar).

All of them were limited to 50, 100 or 500 schools.

Semuanya terbatas pada 50, 100 atau 500 sekolah.

And here, we were looking for a solution for 15,000 schools.

Dan kami mencari sebuah solusi untuk 15.000 sekolah.

So we looked into why,

Jadi kami mencari tahu kenapa,

if these things actually work, why don't they actually scale?

kalau metode ini memang berhasil, kenapa mereka tidak dapat diperbesar?

What happens is that when a typical NGO comes in,

Yang terjadi adalah ketika sebuah LSM masuk,

they not only bring in their expertise

mereka tidak hanya membawa keahlian mereka

but they also bring in additional resources.

tapi mereka juga membawa sumber daya tambahan.

So they might bring in money,

Mungkin mereka membawa uang,

they might bring in people,

mungkin tenaga ahli/pengajar,

they might bring in technology.

mungkin teknologi.

And in the 50 or 100 schools that they actually operate in,

Dan dalam 50 atau 100 sekolah dimana mereka beroperasi,

those additional resources actually create a difference.

sumber daya tambahan itu sungguh membuat perubahan.

But now imagine that the head of this NGO

Tapi bayangkan, jika pimpinan LSM ini

goes to the head of the School Education Department

pergi menemui kepala Departemen Pendidikan Sekolah

and says, "Hey, now let's do this for 15,000 schools."

dan berkata, "Sekarang mari kita lakukan hal ini untuk 15.000 sekolah."

Where is that guy or girl going to find the money

Dari mana mereka akan bisa mendapatkan

to actually scale this up to 15,000 schools?

dana untuk menerapkan metode ini di 15.000 sekolah?

He doesn't have the additional money,

Dia tidak punya uang sebesar itu,

he doesn't have the resources.

ataupun sumber daya sebanyak itu.

And hence, innovations don't scale.

Dan itulah mengapa inovasi tidak dapat diperbesar.

So right at the beginning of the project, what we said was,

Jadi, sejak permulaan proyek, yang kami katakan adalah,

"Whatever we have to do has to be scalable,

"Apapun yang kita lakukan harus dapat diperbesar,

it has to work in all 15,000 schools."

cara itu harus berhasil di keseluruhan 15.000 sekolah."

And hence, it has to work within the existing budgets

Jadi, cara itu harus bisa berhasil dengan dana yang tesedia

and resources that the state actually has.

dan sumber daya yang dimiliki oleh negara bagian ini.

Much easier said than done.

Jauh lebih mudah bicara daripada praktik.

(Laughter)

(Tertawa)

I think this was definitely the point in time

Saya rasa ini adalah satu titik

when my team hated me.

ketika tim saya membenci saya.

We spent a lot of long hours in office, in cafés,

Kami menghabiskan banyak waktu di kantor, kafe, kadang bahkan di bar,

sometimes even in bars,

menggaruk kepala dan berkata, "Dimana solusinya,

scratching out heads and saying,

"Where are the solutions, how are we going to solve this problem?"

bagaimana kita akan memecahkan masalah ini?"

Pada akhirnya, saya pikir kami dapat menemukan solusi

In the end, I think we did find solutions to many of the issues.

untuk banyak masalah.

Saya akan memberikan Anda sebuah contoh.

I'll give you an example.

In the context of effective learning,

Dalam konteks pembelajaran efektif,

one of the things people talk about is hands-on learning.

salah satu cara yang didiskusikan adalah belajar praktik.

Children shouldn't memorize things from books,

Anak-anak harusnya tidak menghapal dari buku.

they should do activities,

mereka harus beraktivitas, yang merupakan cara lebih efektif untuk belajar.

and that's a more effective way to learn.

Which basically means giving students things

Yang intinya berarti memberi siswa benda

like beads, learning rods, abacuses.

seperti manik-manik, alat bantu belajar, sempoa.

But we did not have the budgets to give that

Tapi kami tidak mempunyai dana untuk

to 15,000 schools, 2 million children.

menyediakannya untuk 15.000 sekolah, 2 juta anak.

We needed another solution.

Kami perlu solusi lain.

We couldn't think of anything.

Kami tidak dapat menemukan solusinya.

One day, one of our team members went to a school

Satu hari, seorang anggota tim kami pergi ke sebuah sekolah

and saw a teacher pick up sticks and stones from the garden outside

dan melihat seorang guru mengambil ranting dan batu dari taman

and take them into the classroom

dan membawanya ke dalam kelas

and give them to the students.

dan memberikannya pada para siswa.

That was a huge eureka moment for us.

Itu adalah momen pencerahan kami.

So what happens now in the textbooks in Haryana

Jadi sekarang, dalam buku pelajaran di Haryana,

is that after every concept, we have a little box

untuk setiap konsep, kami punya satu kotak kecil

which are instructions for the teachers which say,

yang berisi instruksi untuk guru yang mengatakan,

"To teach this concept, here's an activity that you can do.

"Untuk mengajarkan konsep ini, inilah aktivitas yang dapat Anda lakukan.

And by the way, in order to actually do this activity,

Dan omong-omong, untuk dapat melakukan aktivitas ini,

here are things that you can use from your immediate environment,

berikut benda-benda yang dapat Anda dapatkan di sekitar Anda,

whether it be the garden outside or the classroom inside,

baik dari taman luar atau di dalam kelas,

yang bisa digunakan sebagai alat bantu belajar bagi anak-anak."

which can be used as learning aids for kids."

And we see teachers all over Haryana

Dan kami melihat semua guru di Haryana

using lots of innovative things to be able to teach students.

menggunakan banyak benda inovatif untuk dapat mengajar para siswa.

So in this way, whatever we designed,

Jadi dengan cara ini, apapun yang kami rancang,

we were actually able to implement it

kami benar-benar bisa melaksanakannya

across all 15,000 schools from day one.

pada keseluruhan 15.000 sekolah dari hari pertama.

Now, this brings me to my last point.

Ini membawa saya ke poin terakhir.

How do you implement something across 15,000 schools

Bagaimana kami bisa mengimplementasikan sesuatu pada 15.000 sekolah

and 100,000 teachers?

dan 100.000 guru?

Departemen ini biasanya punya sebuah proses

The department used to have a process

which is very interesting.

yang sangat menarik.

I like to call it "The Chain of Hope."

Saya menyebutnya "Rantai Harapan."

They would write a letter from the headquarters

Mereka menulis sebuah surat dari kantor pusat

and send it to the next level,

dan mengirimkannya ke tingkat selanjutnya,

which was the district offices.

yaitu kantor wilayah.

They would hope that in each of these district offices,

Mereka berharap bahwa pada setiap kantor wilayah,

an officer would get the letter, would open it, read it

seorang petugas akan menerima suratnya, membukanya, membacanya

and then forward it to the next level,

dan kemudian mengirimkan suratnya pada level selanjutnya,

which was the block offices.

yaitu kantor RW.

And then you would hope that at the block office,

Dan kemudian kita berharap di kantor RW itu

somebody else got the letter,

seseorang akan mendapatkan surat itu,

opened it, read it and forwarded it eventually to the 15,000 principals.

membukanya, membacanya, dan melanjutkannya sehingga sampai ke 15.000 kepala sekolah.

And then one would hope that the principals

Dan kita kemudian berharap para kepala sekolah itu

got the letter, received it, understood it

menerima surat itu, memahami isinya,

and started implementing it.

dan mulai melakukannya.

It was a little bit ridiculous.

Agak konyol.

Now, we knew technology was the answer,

Kami tahu teknologi bisa menyampaikan pesan ini dengan lebih baik,

but we also knew that most of these schools

tapi kami juga tahu kebanyakan sekolah

don't have a computer or email.

tidak punya komputer atau email.

However, what the teachers do have are smartphones.

Namun, para gurunya punya ponsel pintar.

They're constantly on SMS, on Facebook and on WhatsApp.

Mereka aktif menggunakan SMS, Facebook dan WhatsApp.

So what now happens in Haryana is,

Jadi yang terjadi di Haryana sekarang adalah,

all principals and teachers are divided into hundreds of WhatsApp groups

seluruh kepala sekolah dan guru dikelompokkan dalam ratusan grup Whatsapp

and anytime something needs to be communicated,

dan setiap saat kami perlu menyampaikan sesuatu,

it's just posted across all WhatsApp groups.

akan kami kirimkan ke semua grup WhatsApp tersebut.

It spreads like wildfire.

Pesannya menyebar seperti kebakaran hutan.

You can immediately check who has received it,

Anda bisa segera memeriksa siapa yang telah menerima pesan itu,

who has read it.

siapa yang telah membacanya.

Teachers can ask clarification questions instantaneously.

Para guru dapat mengklarifikasi dan dan bertanya sesegera mungkin.

And what's interesting is,

Dan yang menarik adalah,

it's not just the headquarters who are answering these questions.

tidak hanya kantor pusat yang menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

Another teacher from a completely different part of the state

Seorang guru dari wilayah lain

will stand up and answer the question.

akan angkat bicara dan menjawab pertanyaannya.

Everybody's acting as everybody's peer group,

Setiap orang bersikap seperti anggota satu kelompok

and things are getting implemented.

dan segalanya (segera) dikerjakan.

So today, when you go to a school in Haryana,

Jadi, kalau Anda mengunjungi sebuah sekolah di Haryana hari ini,

things look different.

banyak hal terlihat berbeda.

The teachers are back inside classrooms,

Para guru kembali di dalam kelas,

they're teaching.

mereka mengajar.

Often with innovative techniques.

Seringkali dengan teknik yang inovatif.

When a supervisor comes to visit the classroom,

Ketika pengawas datang mengunjungi ruang kelas,

he or she not only checks the construction of the toilet

Ia tidak hanya memeriksa pembangunan toilet,

but also what is the quality of teaching.

tapi juga kualitas pengajaran.

Once a quarter, all students across the state

Setiap 3 bulan, seluruh siswa di negara bagian ini

are assessed on their learning outcomes

dievaluasi akan hasil belajar mereka

and schools which are doing well are rewarded.

dan sekolah yang bekerja dengan baik diberi penghargaan.

And schools which are not doing so well

Dan sekolah yang kurang baik

find themselves having difficult conversations.

harus menjawab banyak pertanyaan.

Of course, they also get additional support

Tentu, mereka juga mendapatkan dukungan tambahan

to be able to do better in the future.

untuk dapat mengajar lebih baik di masa depan.

In the context of education,

Dalam konteks pendidikan,

it's very difficult to see results quickly.

sangat sulit untuk melihat hasil dengan cepat.

When people talk about systemic, large-scale change,

Ketika orang berbicara tentang perubahan sistemik dan berskala besar,

they talk about periods of 7 years and 10 years.

yang mereka maksud adalah dalam periode 7 sampai 10 tahun.

But not in Haryana.

Tapi tidak di Haryana.

In the last one year, there have been three independent studies,

Dalam 1 tahun terakhir, sudah ada 3 studi independen,

all measuring student learning outcomes,

semua menilai hasil belajar siswa

which indicate that something fundamental,

yang mengindikasikan sesuatu yang mendasar,

something unique is happening in Haryana.

sesuatu yang unik sedang terjadi di Haryana.

Learning levels of children have stopped declining,

Tingkat pendidikan anak berhenti mengalami penurunan,

and they have started going up.

dan mulai meningkat.

Haryana is one of the few states in the country

Haryana adalah satu dari beberapa negara bagian di India

which is showing an improvement,

yang menunjukkan perbaikan,

and certainly the one that is showing the fastest rate of improvement.

dan bahkan salah satu yang paling cepat berkembang.

Ini semua masih tanda-tanda awal,

These are still early signs,

there's a long way to go,

perjalanan kami masih panjang,

but this gives us a lot of hope for the future.

tapi ini memberi kami banyak harapan untuk masa depan.

I recently went to a school,

Baru-baru ini saya berkunjung ke sekolah.

and as I was leaving,

dan ketika beranjak pergi

saya bertemu seorang wanita,

I ran into a lady,

her name was Parvati,

namanya Parvati,

she was the mother of a child,

Ia adalah seorang ibu,

and she was smiling.

dan ia sedang tersenyum.

And I said, "Why are you smiling, what's going on?"

Dan saya bertanya, "Kenapa Anda tersenyum, ada apa?"

And she said, "I don't know what's going on,

Dan ia berkata, "Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi,

but what I do know is that my children are learning,

tapi yang saya tahu anak-anak saya sedang belajar,

they're having fun,

mereka bersenang-senang,

and for the time being, I'll stop my search for a private school

dan untuk saat ini, saya akan berhenti mencari sekolah swasta

to send them to."

untuk anak-anak saya."

So I go back to where I started:

Jadi kembali lagi ke pertanyaan awal saya:

Can government systems transform?

Bisakah sistem pemerintah berubah?

I certainly believe so.

Saya sangat yakin bisa.

I think if you give them the right levers,

Menurut saya, kalau Anda memberi mereka tuas yang tepat,

they can move mountains.

mereka bisa memindahkan gunung.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)