Why Gender Equality Is Good for Everyone — Men Included | Michael Kimmel | TED Talks

Translator: Ashika Paramita Reviewer: Prameswari Rahmanu

I'm here to recruit men to support gender equality.

Saya di sini untuk merekrut para pria untuk mendukung kesetaraan gender.

(Cheers)

(Tepuk tangan)

Wait, wait. What?

Tunggu, tunggu. Apa?

What do men have to do with gender equality?

Apa kaitan pria dengan kesetaraan gender?

Gender equality is about women, right?

Kesetaraan gender 'kan tentang wanita?

I mean, the word gender is about women.

Maksud saya, kata gender identik dengan wanita.

Actually, I'm even here speaking as a middle class white man.

Sebetulnya, saya di sini bicara sebagai pria kulit putih dari kelas menengah.

Now, I wasn't always a middle class white man.

Nah, dulu saya bukan pria kulit putih kelas menengah.

It all happened for me about 30 years ago when I was in graduate school,

Hal itu terjadi sekitar 30 tahun lalu saat saya masih di sekolah pascasarjana,

and a bunch of us graduate students got together one day,

dan suatu hari saya dan beberapa mahsiswa pascasarjana berkumpul,

and we said, you know, there's an explosion

dan kami berkata, kau tahu, sedang ada (ledakan) tulisan

of writing and thinking in feminist theory,

dan pemikiran di bidang teori feminis,

but there's no courses yet.

tapi belum ada kuliah tentang itu.

So we did what graduate students typically do in a situation like that.

Jadi, seperti mahasiswa pascasarjana kebanyakan di situasi macam itu,

We said, OK, let's have a study group.

kami bilang, OK, mari kita buat kelompok belajar

We'll read a text, we'll talk about it,

Kita akan baca sebuah teks, kita akan mendiskusikannya,

we'll have a potluck dinner.

kita makan malam urun masakan.

(Laughter)

(Tawa)

So every week, 11 women and me got together.

Jadi setiap minggu, saya dan 11 perempuan berkumpul.

(Laughter)

(Tawa)

We would read some text in feminist theory and have a conversation about it.

Kami baca teks tentang teori feminis lalu membicarakannya.

And during one of our conversations,

Dan dalam salah satu diskusi kami,

I witnessed an interaction that changed my life forever.

saya menyaksikan sebuah interaksi yang mengubah hidup saya selamanya.

It was a conversation between two women.

Terjadi sebuah percakapan antara dua perempuan.

One of the women was white, and one was black.

Satu adalah wanita kulit putih, dan satunya berkulit hitam.

And the white woman said --

Si wanita kulit putih bilang--

this is going to sound very anachronistic now --

ini akan terdengar sangat menyalahi jaman --

the white woman said, "All women face the same oppression as women.

kata si wanita kulit putih , "Semua wanita mengalami opresi yang sama sebagai wanita.

All women are similarly situated in patriarchy,

Semua wanita berada di situasi yang sama dalam patriarki,

and therefore all women have a kind of intuitive solidarity or sisterhood."

maka semua wanita memiliki semacam solidaritas atau persaudaraan intuitif."

And the black woman said, "I'm not so sure.

Dan si wanita kulit hitam berkata, "Saya tidak begitu yakin.

Let me ask you a question."

Saya ingin menanyakan sesuatu padamu."

So the black woman says to the white woman,

Si wanita kulit hitam berkata, pada si wanita kulit putih

"When you wake up in the morning and you look in the mirror,

"Saat kau bangun tidur dan bercermin, apa yang kau lihat?"

what do you see?"

Kata si wanita kulit putih, "Seorang perempuan."

And the white woman said, "I see a woman."

And the black woman said, "You see, that's the problem for me.

Wanita kulit hitam menjawab, "Itu masalahnya.

Because when I wake up in the morning and I look in the mirror," she said,

Karena saat saya bangun tidur dan bercermin,

"I see a black woman.

Aku melihat wanita kulit hitam.

To me, race is visible. But to you, race is invisible. You don't see it."

Buatku, ras tampak nyata. Tapi untukmu tidak."

And then she said something really startling.

Kemudian dia mengatakan sesuatu yang amat mengejutkan.

She said, "That's how privilege works.

Katanya, "Seperti itulah hak istimewa.

Privilege is invisible to those who have it."

Tidak kelihatan bagi yang memilikinya."

It is a luxury, I will say to the white people sitting in this room,

Itulah kenyamanan bagi orang kulit putih yang ada di sini,

not to have to think about race every split second of our lives.

tidak perlu memikirkan soal ras setiap waktu.

Privilege is invisible to those who have it.

Hak istimewa itu tak terlihat bagi yang memilikinya.

Now remember, I was the only man in this group,

Waktu itu saya satu-satunya pria di situ,

so when I witnessed this, I went, "Oh no."

jadi waktu menyaksikan hal ini, saya berpikir, "Oh, tidak."

(Laughter)

(Tawa)

And somebody said, "Well what was that reaction?"

Dan seseorang berkata, "Reaksi macam apa itu?"

And I said, "Well, when I wake up in the morning and I look in the mirror,

Saya jawab, "Yah, saat saya bangun dan melihat ke kaca,

I see a human being.

saya melihat seorang manusia.

I'm kind of the generic person.

Saya orang yang general.

You know, I'm a middle class white man. I have no race, no class, no gender.

Saya pria kulit putih kelas menengah. Tanpa ras, kelas, gender.

I'm universally generalizable."

Saya dapat digeneralisasikan secara universal."

(Laughter)

(Tawa)

So I like to think that was the moment I became a middle class white man,

Jadi saya rasa saat itulah saya mulai menjadi pria kulit putih kelas menengah,

that class and race and gender were not about other people,

bahwa kelas dan ras dan gender bukan tentang orang lain,

they were about me.

tapi tentang saya.

I had to start thinking about them,

Saya harus mulai memikirkan masalah itu,

and it had been privilege that had kept it invisible to me for so long.

dan selama ini hak istimewa lah yang menjadikan hal itu tak tampak.

Now, I wish I could tell you this story ends 30 years ago

Saya ingin berkata cerita ini berakhir 30 tahun lalu

in that little discussion group,

dalam kelompok diskusi itu,

but I was reminded of it quite recently at my university where I teach.

tapi belum lama ini saya diingatkan di universitas tampat saya mengajar.

I have a colleague, and she and I both teach the sociology of gender course

Ada seorang kolega, kami sama-sama mengajar kuliah gender sosiologi

on alternate semesters.

berseling setiap dua semester.

So she gives a guest lecture for me when I teach.

Dia menjadi dosen tamu di kelas saya.

I give a guest lecture for her when she teaches.

Dan saya menjadi dosen tamu di kelasnya.

So I walk into her class to give a guest lecture,

Waktu itu saya masuk ke kelasnya untuk memberi kuliah tamu,

about 300 students in the room,

ada kira-kira 300 mahasiswa di ruang itu,

and as I walk in, one of the students looks up and says,

dan waktu saya masuk, salah satu dari mereka berkata,

"Oh, finally, an objective opinion."

"Oh, akhirnya, opini yang objektif."

All that semester, whenever my colleague opened her mouth,

Sepanjang semester itu, setiap kali kolega saya membuka mulut,

what my students saw was a woman.

para mahasiswa saya melihat seorang perempuan.

I mean, if you were to say to my students,

Kalau kalian berkata pada mereka,

"There is structural inequality based on gender in the United States,"

"Ada ketidakadilan struktural berdasar gender di Amerika Serikat,"

they'd say, "Well of course you'd say that.

mereka akan jawab, "Jelas menurutmu begitu.

You're a woman. You're biased."

Kau wanita. Kau berat sebelah."

When I say it, they go, "Wow, is that interesting.

Jika itu pendapat saya, reaksi mereka, "Wow, menarik ya.

Is that going to be on the test? How do you spell 'structural'?"

Apa itu akan masuk ujian? Bagaimana cara mengeja 'struktural'?"

(Laughter)

(Tawa)

So I hope you all can see,

Jadi saya harap kalian bisa mengerti,

this is what objectivity looks like.

seperti inilah yang namanya objektivitas.

(Laughter) (Applause)

(Tawa) (Tepuk tangan)

Disembodied Western rationality.

Rasionalitas Barat yang tak berwujud.

(Laughter)

(Tawa)

And that, by the way, is why I think men so often wear ties.

Dan menurutku itulah mengapa pria sering sekali mengenakan dasi.

(Laughter)

(Tawa)

Because if you are going to embody disembodied Western rationality,

Karena kalau kau mau menjelma menjadi rasionalitas barat yang tak berwujud,

you need a signifier,

kau perlu sebuah penanda,

and what could be a better signifier of disembodied Western rationality

dan penanda apa yang lebih baik untuk rasionalitas Barat yang tak berwujud

than a garment that at one end is a noose and the other end points to the genitals?

dari pakaian yang satu ujungnya menjerat dan ujung lainnya menunjuk ke kelamin?

(Laughter) (Applause)

(Tawa) (Tepuk tangan)

That is mind-body dualism right there.

Itulah dualisme pikiran dan tubuh.

So making gender visible to men

Jadi membuat gender tampak nyata bagi para pria

is the first step to engaging men to support gender equality.

adalah langkah pertama mengajak mereka untuk mendukung kesetaraan gender.

Now, when men first hear about gender equality,

Kali pertama pria mendengar kesetaraan gender,

when they first start thinking about it,

kali pertama mereka mulai memikirkannya,

they often think, many men think,

mereka sering berpikir, banyak pria yang berpikir,

well, that's right, that's fair, that's just,

yah, itu benar, itu adil, seperti itulah seharusnya

that's the ethical imperative.

itu hal yang etis dan sangat penting.

But not all men.

Tapi tidak semua pria begitu.

Some men think -- the lightning bolt goes off,

Sebagian berpikir-- seperti tersambar petir,

and they go, "Oh my God, yes, gender equality,"

"Ya Tuhan, ya, kesetaraan gender,"

and they will immediately begin to mansplain to you your oppression.

dan mereka langsung menjelaskan tentang opresi dari sudut pandang mereka.

They see supporting gender equality something akin to the cavalry,

Mereka menganggap mendukung kesetaraan gender sama dengan kavaleri,

like, "Thanks very much for bringing this to our attention, ladies,

seperti, "Terima kasih banyak telah menyadarkan kami tentang ini,

we'll take it from here."

kami akan ambil alih sekarang."

This results in a syndrome that I like to call 'premature self-congratulation.'

Hal ini menghasilkan sindrom yang saya sebut 'penghargaan diri prematur.'

(Laughter) (Applause)

(Tawa) (Tepuk tangan)

There's another group, though, that actively resists gender equality,

Tapi ada kelompok lain yang secara aktif menolak kesetaraan gender,

that sees gender equality as something that is detrimental to men.

mereka melihat hal itu sebagai sesuatu yang merugikan bagi pria.

I was on a TV talk show opposite four white men.

Saya pernah ada di acara bincang-bincang di TV bersama empat pria kulit putih.

This is the beginning of the book I wrote, 'Angry White Men.'

Ini awal mula buku yang saya tulis, 'Amarah Pria Kulit Putih.'

These were four angry white men

Empat pria kulit putih yang marah

who believed that they, white men in America,

yang percaya bahwa mereka, pria kulit putih di Amerika,

were the victims of reverse discrimination in the workplace.

adalah korban diskriminasi terbalik di tempat kerja.

And they all told stories about how they were qualified for jobs,

Mereka bercerita bahwa mereka cukup berkualitas untuk bekerja,

qualified for promotions,

untuk naik pangkat,

they didn't get them, they were really angry.

mereka tidak mendapatkannya, mereka marah betul.

And the reason I'm telling you this is I want you to hear the title

Dan saya menceritakan hal ini karena saya ingin kalian mendengar

of this particular show.

judul acara ini.

It was a quote from one of the men,

Ini kutipan ucapan salah satu dari mereka,

and the quote was,

dan kutipan ini adalah,

"A Black Woman Stole My Job."

"Wanita Kulit Hitam Mencuri Pekerjaanku."

And they all told their stories,

Dan mereka semua bercerita,

qualified for jobs, qualified for promotions,

berkualitas untuk dipekerjakan, naik pangkat,

didn't get it, really angry.

tidak diterima, amat marah.

And then it was my turn to speak,

Lalu saat giliran saya untuk bicara,

and I said, "I have just one question for you guys,

saya berkata, "Saya punya satu pertanyaan untuk kalian,

and it's about the title of the show,

dan ini tentang judul acara ini,

'A Black Woman Stole My Job.'

'Wanita Kulit Hitam Mencuri Pekerjaanku.'

Actually, it's about one word in the title.

Sebenarnya ini tentang satu kata dalam judul itu.

I want to know about the word 'my.'

Saya penasaran tentang kata 'ku.'

Where did you get the idea it was your job?

Kenapa kalian merasa itu pekerjaan kalian?

Why isn't the title of the show, 'A Black Woman Got the Job?'

Kenapa judul acara ini bukan 'Wanita Kulit Hitam Dapat Pekerjaan Itu?'

or 'A Black Woman Got A Job?'"

atau 'Wanita Kulit Hitam Dapat Kerja?'"

Because without confronting men's sense of entitlement,

Karena tanpa menantang rasa memiliki hak yang dimiliki lelaki,

I don't think we'll ever understand why so many men resist gender equality.

Saya rasa kita tidak akan pernah mengerti alasan pria menolak kesetaraan gender.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Look, we think this is a level playing field,

Begini, kami rasa ini beginilah posisi medan bermainnya,

so any policy that tilts it even a little bit,

jadi jika ada yang mengubahnya sedikit saja,

we think, "Oh my God, water's rushing uphill.

kami pikir, "Ya Tuhan, air mengalir ke atas.

It's reverse discrimination against us."

Ini diskriminasi terbalik melawan kami."

(Laughter)

(Tawa)

So let me be very clear:

Maka saya perjelas, ya:

white men in Europe and the United States

pria kulit putih di Eropa dan Amerika Serikat

are the beneficiaries of the single greatest affirmative action program

adalah penerima program aksi afirmasi yang paling besar

in the history of the world.

dalam sejarah dunia.

It is called "the history of the world."

Nama program itu adalah "sejarah dunia."

(Laughter) (Applause)

(Tawa) (Tepuk tangan)

So, now I've established some of the obstacles to engaging men,

Jadi, saya sudah menjelaskan sebagian rintangan dalam mengajak pria,

but why should we support gender equality?

tapi kenapa kita harus mendukung kesetaraan gender?

Of course, it's fair, it's right and it's just.

Tentu saja, hal itu adil, dan memang seperti itu seharusnya.

But more than that,

Tapi lebih dari itu,

gender equality is also in our interest as men.

kesetaraan gender juga merupakan kepentingan kita sebagai pria.

If you listen to what men say about what they want in their lives,

Kalau kalian dengar apa yang dikatakan pria tentang keinginan mereka,

gender equality is actually a way for us to get the lives we want to live.

sebenarnya kesetaraan gender adalah sebuah cara meraih kehidupan yang kita inginkan.

Gender equality is good for countries.

Kesetaraan gender baik untuk negara.

It turns out, according to most studies,

Ternyata, menurut banyak riset,

that those countries that are the most gender equal

negara yang memiliki kesetaraan gender

are also the countries that score highest on the happiness scale.

merupakan negara yang paling bahagia.

And that's not just because they're all in Europe.

Dan bukan cuma karena negara-negara itu di Eropa.

(Laughter)

(Tawa)

Even within Europe, those countries that are more gender equal

Bahkan di Eropa, negara yang lebih memiliki kesetaraan gender

also have the highest levels of happiness.

juga memiliki tingkat kebahagiaan yang paling tinggi.

It is also good for companies.

Hal ini juga baik bagi perusahaan.

Research by Catalyst and others has shown conclusively

Riset oleh Catalyst dan lainnya telah memastikan bahwa

that the more gender-equal companies are,

semakin tinggi kesetaraan gender dalam sebuah perusahaan,

the better it is for workers,

semakin baik kondisi bagi para pekerja,

the happier their labor force is.

semakin bahagia juga tenaga kerjanya.

They have lower job turnover. They have lower levels of attrition.

Mereka memiliki tingkat pergantian kerja dan pengurangan yang rendah.

They have an easier time recruiting.

Mereka lebih mudah dalam merekrut pekerja.

They have higher rates of retention, higher job satisfaction,

Mereka memiliki daya ingat dan kepuasan kerja yang tinggi,

higher rates of productivity.

tingkat produktivitas yang lebih tinggi.

So the question I'm often asked in companies is,

Jadi pertanyaan yang sering saya dengar di perusahaan yaitu,

"Boy, this gender equality thing, that's really going to be expensive, huh?"

"Kesetaraan gender ini pasti akan banyak menghabiskan uang, ya?"

And I say, "Oh no, in fact, what you have to start calculating

Dan saya jawab, "Tidak, malahan yang harus mulai Anda hitung adalah

is how much gender inequality is already costing you.

seberapa banyak ketidaksetaraan gender telah merugikan Anda.

It is extremely expensive."

Itulah yang sangat mahal."

So it is good for business.

Jadi hal ini baik untuk bisnis.

And the other thing is, it's good for men.

Dan juga, hal ini baik untuk para pria.

It is good for the kind of lives we want to live,

Hal ini baik untuk hidup idaman kami,

because young men especially have changed enormously,

karena, terutama bagi para pemuda, sudah banyak yang berubah,

and they want to have lives that are animated

dan mereka ingin menjalani hidup

yang dihidupkan oleh hubungan baik dengan anak mereka.

by terrific relationships with their children.

They expect their partners, their spouses, their wives,

Mereka mengharapkan mitra mereka, pasangan mereka, istri mereka, untuk

to work outside the home

bekerja di luar rumah

and be just as committed to their careers as they are.

dan memiliki komitmen pada karir yang sama besarnya dengan mereka.

I was talking, to give you an illustration of this change --

Untuk memberi gambaran tentang perubahan ini --

Some of you may remember this.

Sebagian kalian mungkin masih ingat.

When I was a lot younger, there was a riddle that was posed to us.

Saat saya masih muda, ada sebuah teka-teki yang diberikan pada kami.

Some of you may wince to remember this riddle.

Sebagian kalian mungkin susah mengingat teka-teki ini.

This riddle went something like this.

Kira-kira bunyinya seperti ini.

A man and his son are driving on the freeway,

Seorang pria dan anaknya sedang berkendara di jalan raya,

and they're in a terrible accident,

lalu mereka mengalami kecelakaan parah,

and the father is killed,

dan si ayah tewas,

and the son is brought to the hospital emergency room,

dan si anak dibawa ke ruang gawat darurat,

and as they're bringing the son into the hospital emergency room,

dan saat mereka membawa anak itu ke ruang gawat darurat,

the emergency room attending physician sees the boy and says,

dokter jaga di sana melihat si anak lalu berkata,

"Oh, I can't treat him, that's my son."

"Oh, saya tidak bisa merawatnya, dia anak saya."

How is this possible?

Bagaimana mungkin hal ini terjadi?

We were flummoxed by this.

Kami semua bingung karena teka-teki ini.

We could not figure this out.

Kami tidak bisa memecahkannya.

(Laughter)

(Tawa)

Well, I decided to do a little experiment with my 16-year old son.

Lalu saya bereksperimen dengan putera saya yang berusia 16 tahun.

He had a bunch of his friends hanging out at the house

Dia sedang di rumah bersama beberapa temannya

watching a game on TV recently.

menonton pertandingan di TV baru-baru ini.

So I decided I would pose this riddle to them,

Jadi saya menanyakan teka-teki ini pada mereka,

just to see, to gauge the level of change.

saya hanya penasaran ingin mengukur tingkat perubahan yang ada.

Well, 16-year-old boys,

Nah, mereka pemuda 16 tahun,

they immediately turned to me and said, "It's his mom." Right?

mereka langsung menoleh dan berkata, "Dokter itu ibunya." Ya 'kan?

No problem. Just like that.

Tidak ada masalah. Semudah itu.

Except for my son, who said, "Well, he could have two dads."

Kecuali anak saya, yang berkata, "Yah, bisa saja dia punya dua ayah."

(Laughter) (Applause)

(Tawa) (Tepuk tangan)

That's an index, an indicator of how things have changed.

Itu adalah sebuah penunjuk, indikator, seberapa banyak perubahan telah terjadi.

Younger men today expect to be able to balance work and family.

Pria muda masa kini ingin bisa menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga.

They want to be dual-career, dual-carer couples.

Mereka ingin menjadi pasangan yang sama-sama bekerja.

They want to be able to balance work and family with their partners.

Mereka ingin bisa menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga dengan pasangan.

They want to be involved fathers.

Mereka ingin menjadi ayah yang terlibat.

Now, it turns out

Nah, ternyata

that the more egalitarian our relationships,

jika hubungan kita semakin egaliter,

the happier both partners are.

masing-masing pasangan akan makin bahagia.

Data from psychologists and sociologists are quite persuasive here.

Data dari psikolog dan sosiolog tentang hal ini cukup meyakinkan.

I think we have the persuasive numbers, the data, to prove to men

Saya rasa kita punya angka yang persuasif, dalam data, untuk membuktikan pada pria

that gender equality is not a zero-sum game, but a win-win.

bahwa kesetaraan gender bukan tentang menang-kalah, tapi kemenangan bersama.

Here's what the data show.

Inilah yang ditunjukkan oleh data.

Now, when men begin the process of engaging

Saat pria mulai melibatkan diri dalam menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga,

with balancing work and family,

we often have two phrases that we use to describe what we do.

kami sering punya dua frase untuk menyebutkan apa yang kami lakukan.

We pitch in and we help out.

Kami turut serta dan membantu.

(Laughter)

(Tawa)

And I'm going to propose something a little bit more radical,

Dan saya ingin mengusulkan sesuatu yang agak lebih radikal, satu kata: "berbagi."

one word: "share."

(Laughter)

(Tawa)

Because here's what the data show:

Karena ini yang ditunjukkan data:

when men share housework and childcare,

saat pria berbagi tugas rumah dan urusan anak,

their children do better in school.

anak-anak mereka lebih berprestasi di sekolah.

Their children have lower rates of absenteeism,

Anak-anak mereka lebih jarang membolos,

higher rates of achievement.

tingkat sukses yang tinggi.

They are less likely to be diagnosed with ADHD.

Kecenderungan diagnosa ADHD mereka lebih rendah.

They are less likely to see a child psychiatrist.

Kecenderungan perlunya psikiater anak dan obat-obatan juga lebih rendah.

They are less likely to be put on medication.

So when men share housework and childcare,

Jadi saat pria berbagi tugas rumah dan urusan anak,

their children are happier and healthier,

anak-anak mereka lebih bahagia dan lebih sehat,

and men want this.

dan para pria menginginkan ini.

When men share housework and childcare,

Saat pria berbagi tugas rumah dan urusan anak,

their wives are happier. Duh.

istri mereka jelas lebih bahagia.

Not only that, their wives are healthier.

Tidak hanya itu, istri mereka pun lebih sehat.

Their wives are less likely to see a therapist,

Istri mereka cenderung tidak perlu terapis,

less likely to be diagnosed with depression,

kecenderungan diagnosa depresi lebih rendah,

less likely to be put on medication, more likely to go to the gym,

cenderung tak perlu obat-obatan, cenderung sering pergi ke gym,

report higher levels of marital satisfaction.

memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang lebih tinggi.

So when men share housework and childcare,

Jadi saat pria berbagi tugas rumah dan urusan anak,

their wives are happier and healthier,

istri mereka lebih bahagia dan sehat,

and men certainly want this as well.

dan jelas pria juga menginginkan ini.

When men share housework and childcare,

Saat pria berbagi tugas rumah dan urusan anak,

the men are healthier.

mereka sendiri lebih sehat.

They smoke less, drink less, take recreational drugs less often.

Mereka lebih sedikit merokok, minum, dan mengonsumsi plasebo.

They are less likely to go to the ER

Mereka lebih jarang masuk ruang gawat darurat

but more like to go to a doctor for routine screenings.

tapi lebih sering pergi ke dokter untuk pemeriksaan rutin.

They are less likely to see a therapist,

Mereka lebih jarang perlu terapis,

less likely to be diagnosed with depression,

lebih jarang didiagnosa dengan depresi,

less likely to be taking prescription medication.

lebih jarang mengonsumsi obat-obatan.

So when men share housework and childcare,

Jadi saat urusan rumah dan anak dibagi

the men are happier and healthier.

mereka lebih bahagia dan lebih sehat.

And who wouldn't want that?

Dan siapa yang tidak mau?

And finally,

Akhirnya, saat pria berbagi tugas rumah dan urusan anak,

when men share housework and childcare,

they have more sex.

mereka lebih sering berhubungan seks.

(Laughter)

(Tawa)

Now, of these four fascinating findings,

Nah, dari keempat temuan yang menarik ini,

which one do you think Men's Health magazine put on its cover?

kira-kira mana yang ditampilkan Men's Health di sampulnya?

(Laughter)

(Tawa)

"Housework Makes Her Horny.

"Tugas Rumah Membuatnya Terangsang. (Saat Bukan Dia yang Mengerjakan.)"

(Not When She Does It.)"

(Laughter)

(Tawa)

Now, I will say,

Nah, saya akan mengatakan ini,

just to remind the men in the audience,

hanya untuk mengingatkan para penonton pria di sini,

these data were collected over a really long period of time,

data ini dikumpulkan dalam kurun waktu yang amat panjang,

so I don't want listeners to say,

jadi saya tidak mau dengar ada pendengar yang berkata,

"Hmm, OK, I think I'll do the dishes tonight."

"Hmm, oke, mungkin saya akan mencuci piring malam ini."

These data were collected over a really long period of time.

Data ini dikumpulkan dalam kurun waktu yang amat panjang.

But I think it shows something important,

Tapi saya rasa penting diperhatikan bahwa,

that when Men's Health magazine put it on their cover,

saat Men's Health menampilkan data ini di sampulnya,

they also called, you'll love this, "Choreplay."

hal ini disebut, kalian pasti suka, "Choreplay."

So, what we found is something really important,

Jadi kita menemukan sesuatu yang amat penting,

that gender equality

bahwa kesetaraan gender

is in the interest of countries,

adalah kepentingan negara,

of companies, and of men,

perusahaan, dan para pria,

and their children and their partners,

dan anak-anak dan pasangan mereka,

that gender equality is not a zero-sum game.

bahwa kesetaraan gender bukan soal menang atau kalah.

It's not a win-lose.

It is a win-win for everyone.

Kesetaraan gender adalah kemenangan untuk semua orang.

And what we also know

Dan kita juga tahu

is we cannot fully empower women and girls

bahwa kita tak bisa sepenuhnya memberi kuasa pada para wanita dan pemudi

unless we engage boys and men.

sebelum kita melibatkan para pemuda dan pria.

We know this.

Kita tahu hal ini.

And my position is

Dan kesimpulan saya adalah

that men need the very things that women have identified

pria memerlukan apa yang dituntut wanita

that they need to live the lives they say they want to live

wanita perlu menjalani hidup yang mereka inginkan

in order to live the lives that we say we want to live.

agar kita bisa menjalani hidup yang kita inginkan.

In 1915, on the eve of one of the great suffrage demonstrations

Pada tahun 1915, malam sebelum salah satu demonstrasi besar untuk hak pilih

down Fifth Avenue in New York City,

di Fifth Avenue di kota New York,

a writer in New York wrote an article in a magazine,

seorang penulis di New York menulis sebuah artikel di majalah,

and the title of the article was,

dan judul artikel itu adalah,

"Feminism for Men."

"Feminisme untuk Pria."

And this was the first line of that article:

Dan inilah baris pertama artikel itu:

"Feminism will make it possible for the first time for men to be free."

"Feminisme akan memberikan kebebasan bagi para pria untuk pertama kalinya."

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)