The science of falling in love - Shannon Odell

Translator: Syifa Sabrina Reviewer: Reno Kanti Riananda

Love is often described as heartwarming, heart-wrenching and even heartbreaking.

Cinta sering digambarkan sebagai hal yang mengharukan, memilukan,

bahkan menyakitkan.

So, what does the brain have to do with it?

Jadi, apa hubungannya dengan otak?

Everything!

Semuanya!

The journey from first spark to last tear is guided by a symphony

Perjalanan dari percikan pertama hingga air mata terakhir

dipandu oleh simfoni neurokimia dan sistem otak.

of neurochemicals and brain systems.

As you begin to fall for someone,

Ketika kamu mulai mencintai seseorang,

you may find yourself excessively daydreaming about them

kamu mungkin akan terus menerus membayangkannya

and wanting to spend more and more time together.

dan semakin ingin menghabiskan waktu bersamanya.

This first stage of love is what psychologists call infatuation,

Tahap pertama dari cinta ini disebut sebagai “tergila-gila” oleh psikolog,

or passionate love.

atau cinta yang menggebu-gebu.

Your new relationship can feel almost intoxicating,

Hubungan barumu dapat terasa hampir memabukkan,

and when it comes to the brain, that’s not far from the truth.

dan ketika berhubungan dengan otak, hal itu bisa saja benar.

Infatuated individuals show increased activation in the ventral tegmental area.

Orang yang sedang tergila-gila menunjukkan peningkatan aktivitas

pada area ventral tegmental (VTA).

The VTA is the reward-processing and motivation hub of the brain,

VTA adalah bagian otak yang memproses imbalan dan motivasi,

firing when you do things like eat a sweet treat, quench your thirst,

yang bekerja ketika kamu memakan kudapan manis, menahan rasa haus,

or in more extreme cases, take drugs of abuse.

atau pada kasus yang ekstrim, menyalahgunakan obat-obatan.

Activation releases the “feel good” neurotransmitter dopamine,

Aktivasinya melepaskan dopamin, senyawa pengantar rasa senang,

teaching your brain to repeat behaviors in anticipation

mengajarkan otak untuk mengulangi perilaku sebagai antisipasi

of receiving the same initial reward.

menerima penghargaan yang sama seperti yang pertama.

This increased VTA activity is the reason love's not only euphoric,

Peningkatan aktivitas VTA adalah alasan kenapa cinta bukan hanya menyenangkan,

but also draws you towards your new partner.

tetapi juga menarikmu ke partner barumu.

At this first stage, it may be hard to see any faults in your new perfect partner.

Di tahap pertama ini, akan sulit untuk menemukan kesalahan pada pasanganmu.

This haze is thanks to love’s influence

Kabut ini akibat dari pengaruh cinta

on higher cortical brain regions.

pada area kortikal otak bagian atas.

Some newly infatuated individuals show decreased activity

Beberapa orang yang baru tergila-gila menunjukkan penurunan aktivitas

in the brain’s cognitive center, the prefrontal cortex.

pada pusat kognitif otak, yaitu korteks prefrontal.

As activation of this region allows us to engage in critical thought

Karena aktifnya area ini membuat kita dapat berpikir kritis

and pass judgment,

dan memberi penilaian,

it’s not surprising we tend to see new relationships

tak heran kalau kita cenderung melihat hubungan baru

through rose-colored glasses.

seakan tak ada cela.

While this first stage of love can be

Meskipun tahap awal ini dapat terasa

an intense rollercoaster of emotions and brain activity,

seperti kereta luncur emosi dan aktivitas otak yang intens,

it typically only lasts a few months,

biasanya itu hanya bertahan beberapa bulan saja,

making way for the more long-lasting stage of love,

membuka jalan untuk tahap cinta yang lebih tahan lama,

known as attachment, or compassionate love.

yang disebut sebagai keterikatan, atau kasih sayang.

As your relationship develops,

Seiring berkembangnya hubungan,

kamu mungkin merasa lebih santai dan terikat pada pasanganmu

you may feel more relaxed and committed to your partner

thanks in large part to two hormones: oxytocin and vasopressin.

berkat peran besar dua hormon, oksitosin dan vasopresin.

Known as pair-bonding hormones,

Dikenal sebagai hormon pengikat pasangan,

they signal trust, feelings of social support and attachment.

hormon ini mengirimkan rasa percaya, rasa dukungan sosial dan kasih sayang.

In this way, romantic love is not unlike other forms of love,

Oleh karena itu, cinta romantis tidak seperti bentuk cinta yang lain,

as these hormones also help bond families and friendships.

karena hormon ini juga membantu hubungan keluarga dan pertemanan.

Further, oxytocin can inhibit the release of stress hormones,

Lalu, oksitosin dapat mencegah keluarnya hormon stres.

which is why spending time with a loved one can feel so relaxing.

Itulah mengapa menghabiskan waktu bersama orang tercinta terasa menenangkan.

As early love's suspension of judgment fades,

Saat penilaian yang ditangguhkan atas awal jatuh cinta memudar,

it can be replaced by a more honest understanding and deeper connection.

pemahaman yang lebih jujur dan hubungan yang lebih dalam mengambil alih.

Alternatively, as your rose-colored glasses begin to lose their tint,

Di sisi lain, karena kacamatamu mulai kehilangan warna merah mudanya,

problems in your relationship may become more evident.

masalah di hubunganmu juga akan mulai terlihat lebih nyata.

No matter the reason a relationship ends,

Apapun alasan suatu hubungan berakhir,

we can blame the pain that accompanies heartbreak on the brain.

kita bisa menyalahkan rasa sakit yang mengiringi sakit hati pada otak.

The distress of a breakup activates the insular cortex,

Kesedihan dari putus cinta mengaktifkan korteks insular,

a region that processes pain—

bagian otak yang memproses rasa sakit—

both physical, like spraining your ankle,

baik secara fisik, seperti kaki terkilir,

as well as social, like the feelings of rejection.

maupun secara sosial, seperti perasaan ditolak.

As days pass, you may find yourself once again daydreaming about

Seiring berjalannya waktu, kamu mungkin akan membayangkan mantanmu

or craving contact with your lost partner.

atau mendambakan sentuhan mantanmu.

The drive to reach out may feel overwhelming,

Hasrat untuk menghubungi mungkin membuatmu kewalahan,

like an extreme hunger or thirst.

seperti kelaparan atau kehausan yang besar.

When looking at photos of a former partner,

Ketika melihat foto mantan kekasih,

heartbroken individuals again show increased activity in the VTA,

orang yang patah hati akan menunjukkan peningkatan aktivitas pada VTA,

the motivation and reward center that drove feelings of longing

pusat motivasi dan penghargaan yang mengendalikan rasa rindu

during the initial stages of the relationship.

selama hubungan berada di tahap awal.

This emotional whirlwind also likely activates your body’s alarm system,

Badai emosi ini juga akan mengaktifkan sistem alarm pada tubuhmu,

the stress axis, leaving you feeling shaken and restless.

yaitu sumbu stres, yang membuatmu merasa terguncang dan resah.

As time goes on,

Seiring waktu berlalu,

higher cortical regions which oversee reasoning and impulse control,

area kortikal atas yang mengelola penalaran dan kontrol impuls,

can pump the brakes on this distress and craving signaling.

dapat mengatur kesedihan dan rasa mendamba itu.

Given that these regions are still maturing

Oleh karena area ini masih dalam pendewasaan

and making connections through adolescence,

dan membuat hubungan selama masa remaja,

it's no wonder that first heartbreak can feel particularly agonizing.

tak heran kalau patah hati pertama dapat terasa begitu menyiksa.

Activities like exercise, spending time with friends,

Aktivitas seperti berolahraga, menghabiskan waktu bersama teman,

or even listening to your favorite song

atau bahkan mendengarkan lagu kesukaanmu

can tame this heartbreak stress response,

dapat meredakan respons stres akibat patah hati,

while also triggering the release of feel good neurotransmitter dopamine.

yang juga memicu pelepasan senyawa dopamin.

And given time and the support,

Dan dengan waktu juga dukungan,

most can heal and learn from even the most devastating heartbreak.

benyak orang dapat pulih dan belajar bahkan dari patah hati paling menyedihkan.