Dan Barasch: A park underneath the hustle and bustle of New York City

Translator: Bagus D Ramadhan Reviewer: handarmin -

My dream is to build the world's first

Impianku adalah membangun taman bawah tanah

underground park in New York City.

petama di dunia di kota New York.

Now, why would someone want to build an underground park,

Sekarang, mengapa seseorang ingin membangun taman bawah tanah,

and why in New York City?

dan mengapa di kota New York?

These three tough little buggers

Tiga orang itu adalah pengacau kecil

are, on the left, my grandmother, age five,

di kiri, nenekku, berumur lima tahun,

and then her sister and brother,

kemudian kakak perempuan dan laki-lakinya,

ages 11 and nine.

umur 11 dan 9 tahun.

This photo was taken just before they left

Foto ini diambil tepat sebelum mereka pergi

from Italy to immigrate to the United States,

dari Italia bermigrasi ke Amerika Serikat,

just about a century ago.

sekitar satu abad lalu.

And like many immigrants at the time,

Dan seperti kebanyakan imigran saat itu,

they arrived on the Lower East Side

mereka tiba di sisi timur

in New York City

kota New York

and they encountered a crazy melting pot.

dan mereka menemukan sebuah perpaduan budaya yang gila.

What was amazing about their generation

Yang luar biasa dari generasi mereka

was that they were not only building new lives

adalah mereka tidak hanya membangun kehidupan baru

in this new, unfamiliar area,

di area baru yang tidak familiar,

but they were also literally building the city.

tapi mereka juga membangun kota.

I've always been fascinated by those decades

Aku selalu terpesona dengan dekade-dekade itu

and by that history,

dan juga sejarah itu,

and I would often beg my grandmother

dan aku sering merengek pada nenekku

to tell me as many stories as possible

untuk menceritakan ceritanya sebanyak mungkin

about the old New York.

tentang New York yang lama.

But she would often just shrug it off,

Tapi dia sering hanya mengacuhkannya,

tell me to eat more meatballs, more pasta,

menyuruhku untuk memakan lebih banyak bakso, pasta

and so I very rarely got

dan aku sangat jarang mendengar

any of the history that I wanted to hear about.

sejarah yang aku ingin dengarkan.

The New York City that I encountered

Kota New York yang aku tahu

felt pretty built up.

serasa dibangun cukup baik.

I always knew as a kid that I wanted

Aku sebagai anak kecil selalu merasa ingin

to make a difference, and to somehow

membuat perbedaan dan entah bagaimana

make the world more beautiful, more interesting

membuat dunia lebih indah, lebih menarik

dan lebih adil

and more just.

I just didn't really know how.

Hanya aku tidak tahu bagaimana.

Awalnya, aku pikir aku ingin bekerja ke luar negeri,

At first, I thought I wanted to go work abroad,

so I took a job with UNICEF in Kenya.

jadi aku bekerja dengan UNICEF di Kenya.

But it felt weird to me that I knew more about

Tapi aku merasa aneh kalau aku tahu lebih banyak

local Kenyan politics than the politics of my own hometown.

tentang politik lokal Kenya daripada politik kampung halamanku.

I took a job with the City of New York,

Aku mengambil pekerjaan di kota New York,

but very quickly felt frustrated

tapi dengan cepat merasa frustasi

with the slowness of government bureaucracy.

dengan lambatnya birokrasi pemerintah.

I even took a job at Google,

Aku bahkan bekerja di Google,

where very fast I drank the Kool-Aid

yang aku langsung meminum Kool-Aid

and believed almost wholeheartedly

dan percaya sepenuhnya

that technology could solve all social problems.

bahwa teknologi bisa menyelesaikan masalah sosial.

But I still didn't feel like I was making the world a better place.

Tapi aku masih tidak merasa membuat dunia semakin baik.

It was in 2009 that my friend

Waktu itu tahun 2009 ketika temanku

and now business partner James Ramsey

dan sekarang partner bisnisku James Ramsey

alerted me to the location of a pretty spectacular site,

mengingatkanku pada lokasi yang sangat spektakuler,

which is this.

yaitu disini.

This is the former trolley terminal

Ini adalah bekas terminal trem

that was the depot for passengers

itu adalah stasiun untuk penumpang

traveling over the Williamsburg Bridge

yang bepergian melalui Jembatan Williamsburg

from Brooklyn to Manhattan,

dari Brooklyn ke Manhattan,

and it was open between 1908 and 1948,

dan digunakan sekitar tahun 1908 dan 1948,

just around the time when my grandparents were

saat-saat ketika kakek-nenekku

living right in the area.

masih tinggal disana.

And we learned also that the site

Dan kita belajar juga bahwa lokasi itu

was entirely abandoned in 1948.

sepenuhnya ditinggalkan tahun 1948.

Fascinated by this discovery,

Terkesima dengan penemuan ini,

we begged the authorities to draw us into the space,

kita meminta otoritas untuk mengantarkan kita ke daerah itu,

and we finally got a tour,

dan akhirnya kita mendapat tur,

and this is what we saw.

dan inilah yang kita lihat.

Now, this photo doesn't really do it justice.

Sekarang, foto ini tidak sepenuhnya adil.

It's kind of hard to imagine the unbelievably magical

Cukup sulit untuk membayangkan perasaan

feeling that you have when you get in this space.

magis yang kamu dapat saat kamu berada di daerah itu.

It's a football field of unused land

Ini adalah lahan tak terpakai sebesar lapangan bola

immediately below a very crowded area of the city,

tepat dibawah keramaian kota,

and it almost feels like you're Indiana Jones

dan terasa seperti kamu adalah Indiana Jones

on an archaeological dig,

dalam penggalian arkeologi,

and all the details are all still there.

dan semua detailnya masih ada di sana.

It's really pretty remarkable.

Sangat luar biasa.

Now, the site itself is located at the very heart

Sekarang, tempat ini terletak di pusat

of the Lower East Side,

bagian timur bawah,

and today it still remains one of the most

dan saat ini masih menjadi salah satu

crowded neighborhoods in the city.

pemukiman terpadat di kota.

New York City has two thirds the green space

New York memiliki dua per tiga lahan hijau

per resident as other big cities,

per penduduk dibandingkan dengan kota besar lainnya,

and this neighborhood as one tenth the green space.

dan pemukiman ini hanya memiliki sepersepuluh lahan hijau.

So we immediately started thinking about how we

Jadi kita mulai memikirkan bagaimana kita

could take this site and turn it into something

bisa mengambilnya dan membuatnya menjadi sesuatu

that could be used for the public,

untuk publik,

but also could potentially even be green.

juga bisa berpotensi menjadi lahan hijau.

Our plan, in a nutshell,

Rencana kami, singkatnya,

is to draw natural sunlight underground

adalah memancarkan cahaya matahari ke bawah tanah

using a simple system that harvests sunlight above the street,

dengan menggunakan sistem sederhana yang mengumpulkan cahaya di atas jalan,

directs it below the city sidewalks,

mengarahkannya kebawah trotoar,

and would allow plants and trees to grow

dan akan bisa memungkinkan tumbuhnya tanaman dan pohon

with the light that's directed underneath.

dengan cahaya yang diarahkan kebawah.

With this approach, you could take a site

Dengan pendekatan ini, kamu bisa membuat tempat

that looks like this today

yang terlihat seperti ini hari ini

and transform it into something

dan mengubahnya menjadi sesuatu

that looks like this.

seperti ini.

In 2011, we first released some of these images,

Di tahun 2011, pertama kali kita merilis gambar-gambar itu,

and what was funny was,

dan yang lucu adalah,

a lot of people said to us, "Oh, it kind of looks

banyak orang berkata pada kita, "oh, itu seperti

like the High Line underground."

jalur tol bawah tanah."

And so what our nickname ended up becoming,

Dan nama panggilan kami akhirnya terbentuk,

and what ended up sticking,

dan melekat,

was the Lowline, so the Lowline was born.

yaitu Lowline, begitulah lahirnya Lowline.

What was also clear was that people really wanted

Yang juga jelas adalah orang-orang ingin

to know a lot more about how the technology

mengerti tentang bagaimana teknologi

would look and feel,

itu terlihat dan terasa,

and that there was really much more interest in this

dan yang sungguh menarik disana

than we had ever thought possible.

lebih dari apa yang kita pernah bayangkan.

So, like a crazy person, I decided to quit my job

Jadi, seperti orang gila, aku memutuskan berhenti bekerja

and focus entirely on this project.

dan fokus sepenuhnya pada proyek ini.

Here is us with our team

Ini kita dengan tim

putting together a technology demonstration

bersama-sama melakukan demo teknologi

in a warehouse.

di sebuah gudang.

Here's the underbelly of this solar canopy

Ini bagian bawah dari kanopi panel surya

which we built to show the technology.

yang kita bangun untuk memperlihatkan teknologinya.

You can see the six solar collectors at the center there.

Kamu bisa lihat pengumpul cahaya di tengahnya.

And here's the full exhibit all put together

Dan inilah gambaran keseluruhannya

in this warehouse.

di gudang ini.

You can see the solar canopy overhead,

Kamu bisa lihat kanopi panel surya di atas,

the light streaming in,

cahaya masuk,

and this entirely live green space below.

dan ini sepenuhnya ruang hijau dibawahnya.

So in the course of just a few weeks,

Jadi dalam waktu beberapa minggu,

tens of thousands of people came to see our exhibit,

puluhan ribu orang datang untuk melihat pameran kita,

and since that time, we've grown

dan sejak saat itu, jumlah pendukung kita baik

our numbers of supporters both locally

baik lokal dan diantara penggemar desain di seluruh dunia.

and among design enthusiasts all over the world.

telah tumbuh

Here's a rendering of the neighborhood

Inilah gambaran pemukimanannya

just immediately above the Line's site,

tepat diatas lokasi Lowline,

and a rendering of how it will look

dan gambaran bagaimana itu akan terlihat

after major redevelopment that is coming

setelah pengembangan ulang

over the course of the next 10 years.

dalam waktu 10 tahun kedepan.

Notice how crowded the neighborhood still feels

Perhatikan bagaimana pemukiman padat masih terasa

and how there's really a lack of green space.

dan sangat kurang akan ruang hijau.

So what we're proposing is really something that will

Jadi yang kita ajukan adalah sesuatu yang akan

add one football field of green space

menambah ruang hijau sebesar lapangan bola

underneath this neighborhood, but more importantly

dibawah pemukiman ini, tapi yang terpenting

will introduce a really community-driven focus

adalah pengenalan fokus berbasis komunitas

in a rapidly gentrifying area.

dalam area yang berkembang cepat.

And right now, we're focusing very closely

Dan saat ini, kita fokus untuk

on how we engage with the City of New York

bagaimana merangkul Kota New York

on really transforming the overall ecosystem

untuk benar-benar mengubah ekosistem keseluruhan

in an integrated way.

dalam cara yang terintegrasi.

Here's our rendering of how we would actually

Ini gambaran dari bagaimana kita sebenarnya

invite people into the space itself.

mengundang orang-orang ke lokasi itu.

So here you see this iconic entrance

Jadi disini kamu lihat gerbang masuk ikonik

in which we would literally peel up the street

yang kita akan mengupas jalanan yang ada sekarang

and reveal the historical layers of the city,

dan membuka sisi sejarah dari kota,

and invite people into this warm underground space.

dan mengundang orang ke ruang bawah tanah yang hangat ini.

In the middle of winter, when it's absolutely freezing outside,

Di musim dingin, ketika sangat dingin di luar,

the last place you'd want to go would be

tempat terakhir yang kamu datangi pasti

an outdoor space or outdoor park.

ruang terbuka atau taman terbuka.

The Lowline would really be a four-season space

Lowline akan menjadi ruang empat musim

and a respite for the city.

dan ruang istirahat untuk kota.

So I like to think that the Lowline actually brings

Jadi aku ingin berfikir bahwa Lowline akan melengkapi

my own family's story full circle.

cerita keluargaku sepenuhnya.

If my grandparents and my parents were really

Jika kakek-nenekku dan orang tuaku telah

focused on building the city up and out,

berfokus membangun kota,

I think my generation is focused on reclaiming

aku pikir generasiku akan berfokus pada kembali mengklaim

the spaces that we already have,

ruang yang kita telah miliki,

rediscovering our shared history,

menemukan kembali sejarah kita,

and reimagining how we can make our communities

dan mencitrakan kembali bagaimana menciptakan komunitas kita

more interesting, more beautiful and more just.

lebih menarik, lebih indah dan lebih lagi.

Thanks.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk Tangan)