How we read each other's minds | Rebecca Saxe

Translator: Usep Syaripudin Reviewer: Antonius Yudi Sendjaja

Today I'm going to talk to you about the problem of other minds.

Hari ini, saya akan berbicara tentang masalah pemikiran orang lain

And the problem I'm going to talk about

Dan masalah yang akan saya bahas

is not the familiar one from philosophy,

bukanlah sesuatu yang lazim dari bidang filsafat,

which is, "How can we know

seperti, "Bagaimana kita dapat mengetahui

whether other people have minds?"

apakah orang lain memiliki pikiran?"

That is, maybe you have a mind,

Yakni, mungkin Anda memiliki pikiran,

and everyone else is just a really convincing robot.

sementara orang lain hanyalah robot.

So that's a problem in philosophy,

Seperti itulah masalah pikiran dalam bidang filsafat.

but for today's purposes I'm going to assume

Namun hari ini, saya akan menganggap bahwa

that many people in this audience have a mind,

banyak orang yang hadir disini memiliki pikiran,

and that I don't have to worry about this.

dan saya tak perlu khawatir tentang itu.

There is a second problem that is maybe even more familiar to us

Masalah kedua yang akan saya bahas mungkin lebih akrab dengan kita

as parents and teachers and spouses

sebagai orang tua, guru, dan pasangan,

and novelists,

serta para novelis.

which is, "Why is it so hard

Yakni, "Mengapa sulit sekali

to know what somebody else wants or believes?"

mengetahui apa yang orang lain inginkan atau yakini?"

Or perhaps, more relevantly,

Atau, mungkin secara lebih relevannya lagi,

"Why is it so hard to change what somebody else wants or believes?"

"Mengapa sulit untuk mengubah apa yang orang lain inginkan dan yakini?'

I think novelists put this best.

Saya pikir para novelis mampu melakukan ini dengan sangat baik.

Like Philip Roth, who said,

Seperti Philip Roth, yang berkata,

"And yet, what are we to do about this terribly significant business

"Lalu, apa yang akan kita lakukan terhadap masalah orang lain

of other people?

yang sangat buruk ini?"

So ill equipped are we all,

Jadi, kita semua memiliki keterbatasan kemampuan

to envision one another's interior workings

untuk menerka apa yang ada dalam pikiran

and invisible aims."

dan tujuan orang lain."

So as a teacher and as a spouse,

Sebagai seorang guru, dan seorang pasangan,

this is, of course, a problem I confront every day.

tentunya hal tersebut merupakan masalah yang setiap hari kita hadapi.

But as a scientist, I'm interested in a different problem of other minds,

Namun sebagai seorang ilmuwan, saya tertarik pada sebuah masalah berbeda

and that is the one I'm going to introduce to you today.

tentang pikiran orang lain, dan masalah itulah yang akan saya bahas hari ini.

And that problem is, "How is it so easy

Masalah tersebut adalah, "Bagaimana begitu mudahnya

to know other minds?"

mengetahui pikiran orang lain?"

So to start with an illustration,

Saya akan memulainya dengan sebuah ilustrasi,

you need almost no information,

Anda bahkan tak memerlukan informasi,

one snapshot of a stranger,

sebuah foto orang asing,

to guess what this woman is thinking,

untuk menebak apa yang dipikirkan wanita ini,

or what this man is.

atau pria ini.

And put another way, the crux of the problem is

Dengan kata lain, masalah utamanya adalah

the machine that we use for thinking about other minds,

mesin yang kita gunakan untuk memikirkan pikiran orang lain,

our brain, is made up of pieces, brain cells,

yakni otak kita, terdiri dari bagian-bagian, sel-sel otak,

that we share with all other animals, with monkeys

yang memiliki kesamaan seperti pada binatang lainnya, misalnya monyet,

and mice and even sea slugs.

tikus, dan bahkan siput laut.

And yet, you put them together in a particular network,

Dan, Anda menyatukan semua bagian dan sel tersebut pada sebuah jaringan khusus,

and what you get is the capacity to write Romeo and Juliet.

dan apa yang Anda peroleh adalah kemampuan untuk menulis Romeo dan Juliet.

Or to say, as Alan Greenspan did,

Atau mengatakan, seperti yang dikatakan Alan Greenspan,

"I know you think you understand what you thought I said,

"Saya tahu, kamu pikir kamu bisa memahami apa maksud perkataan saya,

but I'm not sure you realize that what you heard

namun saya tak yakin kamu menyadari bahwa apa yang kamu dengar itu

is not what I meant."

bukanlah apa yang saya maksud."

(Laughter)

(Tertawa)

So, the job of my field of cognitive neuroscience

Jadi, tugas bidang ilmu syaraf kognitif yang saya tekuni ini adalah

is to stand with these ideas,

menelaah ide-ide seperti itu,

one in each hand.

satu per satu.

And to try to understand how you can put together

Dan untuk memahami bagaimana Anda dapat menyatukan bagian-bagian sederhana,

simple units, simple messages over space and time, in a network,

pesan-pesan sederhana pada ruang dan waktu, pada sebuah jaringan, dan

and get this amazing human capacity to think about minds.

mendorong kemampuan manusia yang luar biasa ini untuk berpikir tentang pikiran.

So I'm going to tell you three things about this today.

Saya akan menyajikan tiga hal kepada Anda hari ini.

Obviously the whole project here is huge.

Proyek yang saya jalankan ini sangat besar.

And I'm going to tell you just our first few steps

Saya akan menyajikan kepada Anda beberapa tahapan awal

about the discovery of a special brain region

tentang penemuan sebuah bagian khusus dalam otak

for thinking about other people's thoughts.

yang berfungsi untuk menelaah pikiran orang lain.

Some observations on the slow development of this system

Beberapa pengamatan tentang lambannya pertumbuhan sistem ini

as we learn how to do this difficult job.

ketika kami mempelajari bagaimana melakukan pekerjaan sulit ini.

And then finally, to show that some of the differences

Dan akhirnya, kami ingin menunjukkan bahwa,

between people, in how we judge others,

beberapa perbedaan antara manusia, tentang bagaimana kita menilai orang lain,

can be explained by differences in this brain system.

dapat dijelaskan dengan cara-cara berbeda pada sistem otak ini.

So first, the first thing I want to tell you is that

Ya, hal pertama yang ingin saya sampaikan kepada Anda adalah bahwa

there is a brain region in the human brain, in your brains,

terdapat satu bagian dalam otak manusia, dalam otak Anda,

whose job it is to think about other people's thoughts.

yang tugasnya adalah menelaah pikiran orang lain.

This is a picture of it.

Inilah gambarnya.

It's called the Right Temporo-Parietal Junction.

Bagian tersebut dinamakan the Right Temporo-Parietal Junction.

It's above and behind your right ear.

Bagian itu terletak pada bagian atas di belakang telinga kanan Anda.

And this is the brain region you used when you saw the pictures I showed you,

Dan ini adalah bagian otak yang Anda gunakan ketika Anda melihat gambar

or when you read Romeo and Juliet

yang saya tunjukkan, atau ketika Anda membaca Romeo dan Juliet,

or when you tried to understand Alan Greenspan.

atau ketika Anda mencoba memahami Alan Greenspan.

And you don't use it for solving any other kinds of logical problems.

Dan Anda tidak menggunakan bagian tersebut untuk memecahkan masalah lain.

So this brain region is called the Right TPJ.

Bagian otak ini disebut dengan RTPJ.

And this picture shows the average activation

Dan gambar ini menunjukan rata-rata tindakan

in a group of what we call typical human adults.

pada sebuah kelompok yang kami sebut dengan manusia dewasa pada umumnya.

They're MIT undergraduates.

Mereka adalah mahasiswa S1 di MIT

(Laughter)

(Tertawa)

The second thing I want to say about this brain system

Hal kedua yang ingin saya sampaikan tentang sistem otak ini adalah

is that although we human adults

bahwa meskipun kita manusia dewasa

are really good at understanding other minds,

memiliki kemampuan untuk memahami pikiran orang lain,

we weren't always that way.

sebenarnya kita tidak selalu seperti itu.

It takes children a long time to break into the system.

Anak kecil membutuhkan waktu lama untuk memasuki sistem tersebut.

I'm going to show you a little bit of that long, extended process.

Saya akan menunjukan sedikit tentang lama dan panjangnya proses itu.

The first thing I'm going to show you is a change between age three and five,

Hal pertama yang akan saya tunjukkan adalah sebuah perubahan yang terjadi

as kids learn to understand

antara usia tiga dan lima tahun, ketika anak belajar memahami bahwa

that somebody else can have beliefs that are different from their own.

orang lain dapat memiliki keyakinan yang berbeda dengannya.

So I'm going to show you a five-year-old

Saya akan menunjukan kepada Anda seorang anak berusia lima tahun

who is getting a standard kind of puzzle

yang menebak sebuah teka-teki sederhana

that we call the false belief task.

yang kami sebut dengan tebakan keyakinan.

Rebecca Saxe (Video): This is the first pirate. His name is Ivan.

Video: Ini adalah bajak laut pertama. Namanya Ivan.

And you know what pirates really like?

Kamu tahu seperti apa bajak laut itu?

Child: What? RS: Pirates really like cheese sandwiches.

Bajak laut sangat suka sandwich keju.

Child: Cheese? I love cheese!

Anak: Keju? Saya suka keju!

RS: Yeah. So Ivan has this cheese sandwich,

R.S.: Yah, lalu Ivan memegang sandwich ini, dan dia berkata

and he says, "Yum yum yum yum yum!

"Nyam nyam nyam nyam nyam!

I really love cheese sandwiches."

Saya suka sekali sandwich keju."

And Ivan puts his sandwich over here, on top of the pirate chest.

Lalu Ivan meletakan sandwich-nya di sini, di atas peti bajak laut.

And Ivan says, "You know what? I need a drink with my lunch."

Dia berkata, "Hmm, saya ingin minum."

And so Ivan goes to get a drink.

Lalu Ivan pergi mengambil minuman.

And while Ivan is away

Ketika Ivan pergi,

the wind comes,

angin berhembus,

and it blows the sandwich down onto the grass.

dan meniup sandwichnya hingga jatuh ke tanah.

And now, here comes the other pirate.

Lalu, datang bajak laut yang lain.

This pirate is called Joshua.

Namanya Joshua.

And Joshua also really loves cheese sandwiches.

Joshua juga sangat suka sandwich keju.

So Joshua has a cheese sandwich and he says,

Joshua mempunyai sandwich keju, dan dia berkata,

"Yum yum yum yum yum! I love cheese sandwiches."

"Nyam nyam nyam nyam nyam! Saya suka sandwich keju."

And he puts his cheese sandwich over here on top of the pirate chest.

Lalu dia meletakan sandwichnya di atas kotak ini.

Child: So, that one is his.

Anak: Jadi, yang ini adalah punya Joshua.

RS: That one is Joshua's. That's right.

R.S.: Benar, yang ini punya Joshua.

Child: And then his went on the ground.

Anak: Sandwich Ivan jatuh ke tanah.

RS: That's exactly right.

R.S.: Benar sekali.

Child: So he won't know which one is his.

Anak: Jadi, dia tidak akan tahu yang mana sandwichnya.

RS: Oh. So now Joshua goes off to get a drink.

R.S.: Oh, lalu Joshua juga pergi mengambil minum.

Ivan comes back and he says, "I want my cheese sandwich."

Ivan kembali dan berkata, "Aku ingin sandwich kejuku."

So which one do you think Ivan is going to take?

Menurutmu, sandwich yang mana yang akan diambil Ivan?

Child: I think he is going to take that one.

Anak: Sepertinya dia akan mengambil yang ini.

RS: Yeah, you think he's going to take that one? All right. Let's see.

R.S.: Yah, menurut kamu dia akan mengambil yang ini? Baiklah, Mari kita lihat.

Oh yeah, you were right. He took that one.

Oh ya, kamu benar. Dia mengambil yang ini.

So that's a five-year-old who clearly understands

Jadi, anak usia lima tahun dengan jelas memahami bahwa

that other people can have false beliefs

orang lain dapat memiliki kesalahan dalam meyakini sesuatu

and what the consequences are for their actions.

dan apa akibat dari tindakannya itu.

Now I'm going to show you a three-year-old

Saya akan menunjukan seorang anak berusia tiga tahun

who got the same puzzle.

yang diberikan teka-teki yang sama.

RS: And Ivan says, "I want my cheese sandwich."

Video: R.S.: Ivan berkata, "Aku ingin sandwich kejuku."

Which sandwich is he going to take?

Yang mana yang akan Ivan ambil?

Do you think he's going to take that one? Let's see what happens.

Menurut kamu dia akan ambil yang ini? Mari kita lihat apa yang akan terjadi.

Let's see what he does. Here comes Ivan.

Mari kita lihat yang mana yang dia ambil. Dan Ivan datang.

And he says, "I want my cheese sandwich."

Dia berkata, "Aku ingin sandwich kejuku."

And he takes this one.

Dan dia mengambil yang ini.

Uh-oh. Why did he take that one?

Oh, mengapa dia mengambil yang ini?

Child: His was on the grass.

Anak: Sandwichnya jatuh ke tanah.

So the three-year-old does two things differently.

R.S.: Ya, anak berusia tiga tahun melakukan dua hal berbeda.

First, he predicts Ivan will take the sandwich

Pertama, dia menebak bahwa Ivan akan mengambil sandwich

that's really his.

yang memang benar punya dia.

And second, when he sees Ivan taking the sandwich where he left his,

Kedua, ketika dia melihat Ivan mengambil sandwich yang ada di atas kotak,

where we would say he's taking that one because he thinks it's his,

yang menurut kita, dia mengambil sandwich itu sebab dia pikir itu adalah sandwichnya,

the three-year-old comes up with another explanation:

maka anak berusia tiga tahun punya penjelasan lain.

He's not taking his own sandwich because he doesn't want it,

Yakni, dia tidak mengambil sandwichnya sebab dia tak menginginkannya,

because now it's dirty, on the ground.

karena kotor dan jatuh di tanah.

So that's why he's taking the other sandwich.

Oleh karena itu dia mengambil sandwich yang lain.

Now of course, development doesn't end at five.

Tentunya, pertumbuhan tidak berhenti pada usia lima tahun.

And we can see the continuation of this process

Kita dapat melihat kelanjutan proses belajar memahami

of learning to think about other people's thoughts

pikiran orang lain dengan cara

by upping the ante

meningkatkan taraf kesulitan teka-tekinya

and asking children now, not for an action prediction,

dan menanyakan kepada anak, bukan tentang prediksi tindakan,

but for a moral judgment.

melainkan tentang penilaian moral.

So first I'm going to show you the three-year-old again.

Pertama-tama saya akan menunjukan kepada Anda seorang anak berusia tiga tahun.

RS.: So is Ivan being mean and naughty for taking Joshua's sandwich?

Video: R.S.: Jadi, Ivan nakal karena mengambil sandwich Joshua?

Child: Yeah.

Anak: Ya

RS: Should Ivan get in trouble for taking Joshua's sandwich?

R.S.: Apakah Ivan akan dapat masalah karena mengambil sandwich Joshua?

Child: Yeah.

Anak: Ya.

So it's maybe not surprising he thinks it was mean of Ivan

R.S.: Jadi, mungkin tak mengherankan jika anak itu beranggapan Ivan nakal

to take Joshua's sandwich,

karena mengambil sandwich Joshua.

since he thinks Ivan only took Joshua's sandwich

Sebab dia berpikir bahwa Ivan mengambil sandwich Joshua karena

to avoid having to eat his own dirty sandwich.

dia tak mau memakan sandwichnya yang kotor.

But now I'm going to show you the five-year-old.

Dan sekarang saya akan menunjukan kepada Anda anak berusia lima tahun.

Remember the five-year-old completely understood

Ingat, anak usia lima tahun memahami dengan jelas

why Ivan took Joshua's sandwich.

mengapa Ivan mengambil sandwich Joshua.

RS: Was Ivan being mean and naughty

Video: R.S.: Apakah Ivan nakal karena mengambil

for taking Joshua's sandwich?

sandwich punya Joshua?

Child: Um, yeah.

Anak: Um, iya.

And so, it is not until age seven

R.S.: Jadi, hanya ketika anak berusia tujuh tahun

that we get what looks more like an adult response.

di mana kita akan melihat pola pikir yang lebih mirip orang dewasa.

RS: Should Ivan get in trouble for taking Joshua's sandwich?

Video: R.S.: Apakah Ivan akan kena masalah karena mengambil sandwich Joshua?

Child: No, because the wind should get in trouble.

Anak: Tidak, sebab anginlah yang seharusnya dipersalahkan.

He says the wind should get in trouble

R.S.: Dia berkata anginlah yang harusnya dipersalahkan

for switching the sandwiches.

karena menukar sandwich itu.

(Laughter)

(Tertawa)

And now what we've started to do in my lab

Apa yang kami mulai kerjakan di laboratorium saya adalah

is to put children into the brain scanner

melakukan pengamatan otak anak-anak

and ask what's going on in their brain

dan mencari tahu apa yang terjadi pada otak mereka

as they develop this ability to think about other people's thoughts.

ketika kemampuan untuk memahami pikiran orang lain berkembang.

So the first thing is that in children we see this same brain region, the Right TPJ,

Hal pertama adalah bahwa pada anak-anak, kami menemukan bagian otak yang sama,

being used while children are thinking about other people.

yakni RTPJ, digunakan ketika mereka memahami orang lain.

But it's not quite like the adult brain.

Namun tidak seperti pada otak orang dewasa.

So whereas in the adults, as I told you,

Pada orang dewasa, seperti yang saya katakan,

this brain region is almost completely specialized --

bagian otak tersebut hampir bersifat khusus.

it does almost nothing else except for thinking about other people's thoughts --

Bagian itu hampir tak melakukan hal lain, selain memahami pikiran orang lain.

in children it's much less so,

Pada anak-anak, tidak demikian,

when they are age five to eight,

ketika mereka berusia lima hingga delapan tahun,

the age range of the children I just showed you.

rentang usia anak yang seperti baru saja saya tunjukkan kepada Anda.

And actually if we even look at eight to 11-year-olds,

Dan ketika kami menelaah anak usia delapan hingga sebelas tahun,

getting into early adolescence,

yang mulai memasuki usia remaja,

they still don't have quite an adult-like brain region.

mereka masih tak memiliki bagian otak seperti orang dewasa.

And so, what we can see is that over the course of childhood

Jadi, apa yang kami temukan adalah bahwa pada masa anak-anak

and even into adolescence,

dan bahkan ketika remaja,

both the cognitive system,

baik sistem kognitif,

our mind's ability to think about other minds,

yakni kemampuan pikiran memahami pikiran orang lain,

and the brain system that supports it

maupun sistem otak yang mendukungnya,

are continuing, slowly, to develop.

terus berkembang secara perlahan.

But of course, as you're probably aware,

Namun tentu saja, seperti yang mungkin Anda sadari,

even in adulthood,

bahkan ketika dewasa,

people differ from one another in how good they are

orang memiliki kemampuan berbeda satu sama lain tentang

at thinking of other minds, how often they do it

seberapa baiknya mereka dapat memahami pikiran orang lain,

and how accurately.

seberapa sering mereka melakukannya, dan seberapa tepat

And so what we wanted to know was, could differences among adults

Dan yang ingin kami ketahui adalah, apakah perbedaan di antara orang dewasa

in how they think about other people's thoughts

dalam hal bagaimana mereka memahami pikiran orang lain,

be explained in terms of differences in this brain region?

dapat dijelaskan berdasarkan perbedaan pada bagian otak tersebut.

So, the first thing that we did is we gave adults a version

Hal pertama yang kami lakukan adalah kami menyajikan kepada orang dewasa

of the pirate problem that we gave to the kids.

sebuah teka-teki bajak laut versi lain, berbeda dari yang diberikan ke anak-anak.

And I'm going to give that to you now.

Saya akan memberikannya kepada Anda sekarang.

So Grace and her friend are on a tour of a chemical factory,

Grace dan temannya sedang mengikuti tour di sebuah pabrik kimia

and they take a break for coffee.

kemudian mereka beristirahat sambil minum kopi.

And Grace's friend asks for some sugar in her coffee.

Teman Grace meminta untuk menambahkan gula dalam kopinya.

Grace goes to make the coffee

Lalu Grace membuat kopi

and finds by the coffee a pot

dan dia melihat bahwa di samping wadah kopi

containing a white powder, which is sugar.

terdapat wadah berisi bubuk putih, yakni gula.

But the powder is labeled "Deadly Poison,"

Tapi, pada wadah gula tersebut ada tulisan "Racun Mematikan".

so Grace thinks that the powder is a deadly poison.

Jadi, Grace berpikir bahwa bubuk tersebut adalah racun mematikan.

And she puts it in her friend's coffee.

Tapi dia tetap memasukan bubuk itu ke dalam kopi temannya.

And her friend drinks the coffee, and is fine.

Temannya meminum kopi tersebut, dan dia baik-baik saja.

How many people think it was morally permissible

Berapa orang diantara Anda yang beranggapan bahwa apa yang Grace lakukan itu

for Grace to put the powder in the coffee?

dapat diterima secara moral, menuangkan bubuk itu ke dalam kopi?

Okay. Good. (Laughter)

Baik. Bagus. (Tertawa).

So we ask people, how much should Grace be blamed

Lalu kami tanyakan kepada orang-orang, apakah Grace harus disalahkan pada kasus ini,

in this case, which we call a failed attempt to harm?

yang kami sebut dengan sebuah usaha gagal untuk mencelakai.

And we can compare that to another case,

Dan kami dapat membandingkannya dengan kasus lain

where everything in the real world is the same.

di mana pada kenyataannya hasilnya sama.

The powder is still sugar, but what's different is what Grace thinks.

Bubuk itu adalah gula, namun yang berbeda adalah apa yang Grace pikirkan.

Now she thinks the powder is sugar.

Misalnya, dia berpikir bahwa bubuk itu adalah gula.

And perhaps unsurprisingly, if Grace thinks the powder is sugar

Mungkin tak mengherankan, jika Grace berpikir bubuk itu memang gula

and puts it in her friend's coffee,

dan memasukkannya ke dalam kopi temannya,

people say she deserves no blame at all.

maka orang akan berkata Grace tidak pantas disalahkan sama sekali.

Whereas if she thinks the powder was poison, even though it's really sugar,

Tapi jika dia berpikir bahwa bubuk itu adalah racun, meski sebenarnya itu adalah gula,

now people say she deserves a lot of blame,

maka orang akan berkata bahwa Grace sangat layak untuk dipersalahkan,

even though what happened in the real world was exactly the same.

meskipun pada kenyataannya akibatnya sama persis.

And in fact, they say she deserves more blame

Dan faktanya, mereka berkata Grace sangat layak untuk dipersalahkan

in this case, the failed attempt to harm,

yakni pada kasus ini, dia gagal untuk mencelakai,

than in another case,

sementara pada kasus lain,

which we call an accident.

hal itu adalah sebuah kecelakaan.

Where Grace thought the powder was sugar,

Ketika Grace beranggapan bahwa bubuk itu adalah gula,

because it was labeled "sugar" and by the coffee machine,

sebab pada wadahnya ada tulisan "Gula" dan terletak dekat wadah kopi,

but actually the powder was poison.

namun sesungguhnya bubuk itu adalah racun.

So even though when the powder was poison,

Meski jika bubuk itu memang racun

the friend drank the coffee and died,

dan temannya minum kopi itu dan meninggal,

people say Grace deserves less blame in that case,

orang berkata bahwa Grace tidak sepenuhnya pantas dipersalahkan

when she innocently thought it was sugar,

karena dia berpikir bahwa bubuk itu memang gula,

than in the other case, where she thought it was poison

berbeda dengan kasus lain di mana dia berpikir bahwa bubuk itu adalah racun

and no harm occurred.

meski tidak ada bahaya yang terjadi.

People, though, disagree a little bit

Orang memiliki perbedaan pendapat

about exactly how much blame Grace should get

tentang seberapa pantas Grace untuk disalahkan

in the accident case.

jika terjadi kecelakaan.

Some people think she should deserve more blame,

Beberapa orang berpikir Grace layak untuk lebih dipersalahkan,

and other people less.

sementara yang lain berpikir sebaliknya.

And what I'm going to show you is what happened when we look inside

Apa yang ingin saya tunjukkan adalah apa yang terjadi ketika kita melihat ke dalam

the brains of people while they're making that judgment.

otak manusia ketika mereka melakukan penilaian seperti itu.

So what I'm showing you, from left to right,

Jadi, apa yang saya tunjukkan kepada Anda, bagian grafik dari kiri ke kanan,

is how much activity there was in this brain region,

adalah seberapa banyak aktifitas yang ada pada bagian otak ini.

and from top to bottom, how much blame

Dan bagian atas ke bagian bawah, adalah seberapa pantas

people said that Grace deserved.

Grace untuk disalahkan.

And what you can see is, on the left

Apa yang Anda lihat adalah, pada sisi kiri,

when there was very little activity in this brain region,

ketika hanya terdapat sedikit sekali aktifitas pada bagian otak ini,

people paid little attention to her innocent belief

orang sedikit memberikan perhatian kepada apa yang Grace yakini

and said she deserved a lot of blame for the accident.

dan berkata bahwa Grace pantas dipersalahkan jika terjadi kecelakaan.

Whereas on the right, where there was a lot of activity,

Sementara itu, pada sisi kiri, di mana terdapat begitu banyak aktifitas,

people paid a lot more attention to her innocent belief,

orang menaruh perhatian lebih kepada apa yang Grace yakini,

and said she deserved a lot less blame

dan berkata bahwa dia tak pantas untuk sepenuhnya dipersalahkan

for causing the accident.

karena mengakibatkan kecelakaan.

So that's good, but of course

Hal tersebut bagus, namun tentunya

what we'd rather is have a way to interfere

apa yang lebih ingin kami lakukan adalah sebuah cara untuk memanipulasi

with function in this brain region,

fungsi bagian otak ini,

and see if we could change people's moral judgment.

dan melihat apakah kita mampu mengubah penilaian moral orang.

And we do have such a tool.

Dan kami memiliki alat untuk itu.

It's called Trans-Cranial Magnetic Stimulation,

Alat yang disebut dengan Trans-Carnial Magnetic Stimulation,

or TMS.

atau TMS.

This is a tool that lets us pass a magnetic pulse

Ini adalah alat yang bisa kita gunakan untuk memasukan tekanan magnetik

through somebody's skull, into a small region of their brain,

melalui tengkorak seseorang, ke dalam bagian kecil dari otaknya,

and temporarily disorganize the function of the neurons in that region.

dan untuk sementara mengacak fungsi neuron pada bagian itu.

So I'm going to show you a demo of this.

Saya akan menunjukan kepada Anda sebuah demo.

First, I'm going to show you that this is a magnetic pulse.

Pertama-tama, saya akan menunjukan kepada Anda bahwa ini adalah tekanan magnetik,

I'm going to show you what happens when you put a quarter on the machine.

saya akan tunjukkan apa yang terjadi ketika Anda memberi ruang pada mesin ini.

When you hear clicks, we're turning the machine on.

Ketika Anda mendengar klik, artinya kami menyalakan mesin itu,

So now I'm going to apply that same pulse to my brain,

Sekarang saya akan memasukan tekanan tersebut ke otak saya,

to the part of my brain that controls my hand.

pada bagian otakyang mengontrol tangan saya.

So there is no physical force, just a magnetic pulse.

Tidak ada tekanan fisik, hanya tekanan magnetik.

Woman (Video): Ready, Rebecca? RS: Yes.

Video: Wanita: Siap? Rebecca Saxe: Ya

Okay, so it causes a small involuntary contraction in my hand

Baiklah, tekanan tersebut menimbulkan sedikit kontraksi tak sadar pada tangan saya

by putting a magnetic pulse in my brain.

ketika tekanan magnetik tersebut dimasukkan ke otak saya.

And we can use that same pulse,

Kita dapat menggunakan tekanan yang sama

now applied to the RTPJ,

pada RTPJ,

to ask if we can change people's moral judgments.

untuk melihat apakah kita mampu mengubah penilaian moral orang.

So these are the judgments I showed you before, people's normal moral judgments.

Ini adalah penilaian yang saya tunjukkan sebelumnya, penilaian moral normal yang orang lakukan.

And then we can apply TMS to the RTPJ

Lalu kami menggunakan TMS pada RTPJ

and ask how people's judgments change.

dan mencari tahu bagaimana perubahan penilaian orang.

And the first thing is, people can still do this task overall.

Yang pertama adalah bahwa, orang dapat tetap melakukan tugas ini sepenuhnya.

So their judgments of the case when everything was fine

Jadi, penilaian mereka tentang kasus tadi tetap sama.

remain the same. They say she deserves no blame.

Mereka berkata, Grace tak layak dipersalahkan.

But in the case of a failed attempt to harm,

Namun pada kasus kegagalan untuk mencelakai,

where Grace thought that it was poison, although it was really sugar,

ketika Grace berpikir bahwa bubuk itu memang racun, meski sebenarnya gula,

people now say it was more okay, she deserves less blame

orang berkata, Grace tak pantas untuk disalahkan

for putting the powder in the coffee.

karena menuangkan bubuk itu ke dalam kopi.

And in the case of the accident, where she thought that it was sugar,

Jika terjadi kecelakaan, di mana Grace berpikir bahwa bubuk itu adalah gula,

but it was really poison and so she caused a death,

namun sebenarnya adalah racun dan dia menyebabkan kematian,

people say that it was less okay, she deserves more blame.

orang akan berkata Grace lebih pantas dipersalahkan.

So what I've told you today is that

Jadi, apa yang saya sampaikan saat ini adalah bahwa

people come, actually, especially well equipped

orang, sesungguhnya dilengkapi dengan peralatan

to think about other people's thoughts.

untuk memahami pikiran orang lain.

We have a special brain system

Kita memiliki sistem otak khusus

that lets us think about what other people are thinking.

yang memungkinkan kita untuk berpikir tentang apa yang orang lain pikirkan.

This system takes a long time to develop,

Sistem ini membutuhkan waktu lama untuk berkembang,

slowly throughout the course of childhood and into early adolescence.

berkembang dengan perlahan sejak masa anak-anak, hinga masa remaja awal.

And even in adulthood, differences in this brain region

Bahkan ketika dewasa, perbedaan pada bagian otak ini

can explain differences among adults

dapat menjelaskan perbedaan di antara orang dewasa

in how we think about and judge other people.

dalam berpikir dan menilai orang lain.

But I want to give the last word back to the novelists,

Saya akan menyajikan kata-kata terakhir yang ditulis kepada para novelis.

and to Philip Roth, who ended by saying,

Philip Roth, yang mengakhiri novelnya dengan berkata,

"The fact remains that getting people right

"Fakta tetap menunjukan bahwa mendorong orang menjadi benar

is not what living is all about anyway.

bukanlah arti dari kehidupan.

It's getting them wrong that is living.

Menjadikan mereka salahlah yang merupakan kehidupan.

Getting them wrong and wrong and wrong,

Menjadikan mereka salah, salah, dan salah,

and then on careful reconsideration,

dan kemudian berdasarkan pertimbangan yang seksama,

getting them wrong again."

menjadikan mereka salah kembali."

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Chris Anderson: So, I have a question. When you start talking about using

Chris Anderson: Ketika Anda berbicara tentang penggunaan tekanan magnetik

magnetic pulses to change people's moral judgments,

untuk mengubah penilaian moral orang,

that sounds alarming.

hal itu terdengar menakutkan.

(Laughter)

(Tertawa)

Please tell me that you're not taking phone calls from the Pentagon, say.

Katakan pada saya jika Pentagon tidak menelepon Anda.

RS: I'm not.

Rebecca Saxe: Tidak.

I mean, they're calling, but I'm not taking the call.

Maksud saya, mereka menelepon, namun saya tidak mengangkatnya

(Laughter)

(Tertawa)

CA: They really are calling?

C.A.: Mereka menelepon?

So then seriously,

Serius, sangat serius,

you must lie awake at night sometimes

terkadang anda harus bangun tengah malam

wondering where this work leads.

dan merenung ke mana riset ini akan menuju.

I mean, you're clearly an incredible human being,

Maksud saya, Anda sungguh seorang manusia yang luar biasa.

but someone could take this knowledge

Namun seseorang dapat menggunakan pengetahuan ini

and in some future

dan di masa depan

not-torture chamber,

mungkin bukan digunakan untuk melakukan penyiksaan,

do acts that people here might be worried about.

melainkan melakukan tindakan yang dikhawatirkan orang banyak.

RS: Yeah, we worry about this.

R.S.: Ya, saya juga khawatir tentang ini.

So, there's a couple of things to say about TMS.

Ada beberapa hal yang ingin saya katakan tentang TMS.

One is that you can't be TMSed without knowing it.

Pertama adalah bahwa Anda tidak bisa dikenakan TMS tanpa Anda sadari.

So it's not a surreptitious technology.

Jadi, ini bukanlah teknologi rahasia.

It's quite hard, actually, to get those very small changes.

Sebenarnya sangat sulit untuk melakukan perubahan kecil tersebut.

The changes I showed you are impressive to me

Perubahan yang saya tunjukkan kepada Anda sangat membuat saya kagum

because of what they tell us about the function of the brain,

karena apa yang mereka sampaikan kepada saya tentang fungsi otak.

but they're small on the scale

Namun perubahan tersebut hanyalah skala kecil

of the moral judgments that we actually make.

dari penilaian moral yang kita lakukan.

And what we changed was not people's

Apa yang kami ubah bukanlah penilaian moral orang

moral judgments when they're deciding what to do,

ketika mereka memutuskan apa yang harus dilakukan,

when they're making action choices.

ketika mereka memilih tindakan.

We changed their ability to judge other people's actions.

Kami mengubah kemampuan mereka untuk menilai tindakan orang lain.

And so, I think of what I'm doing not so much as

Jadi saya pikir apa yang saya lakukan bukanlah

studying the defendant in a criminal trial,

mempelajari si terdakwa dalam sebuah sidang kriminal

but studying the jury.

namun mempelajari para juri.

CA: Is your work going to lead to any recommendations

C.A.: Apakah riset Anda memberikan rekomendasi

in education, to perhaps bring up

pada pendidikan, mungkin untuk meningkatkan

a generation of kids able to make fairer moral judgments?

kemampuan anak dalam melakukan penilaian moral yang lebih baik?

RS: That's one of the idealistic hopes.

R.S.: Saya pikir itu adalah sebuah harapan yang ideal.

The whole research program here of studying

Keseluruhan program riset ini,

the distinctive parts of the human brain is brand new.

studi tentang bagian tertentu otak manusia, merupakan sebuah hal yang baru.

Until recently, what we knew about the brain

Hingga kami mengetahui bahwa apa yang kami ketahui tentang otak

were the things that any other animal's brain could do too,

adalah hal-hal yang juga dapat dilakukan oleh otak binatang.

so we could study it in animal models.

Jadi, kami dapat melakukan studi dengan menggunakan binatang.

We knew how brains see, and how they control the body

Kami tahu bagaimana otak melihat, dan bagaimana otak mengontrol tubuh,

and how they hear and sense.

dan bagaimana otak mendengar dan merasa.

And the whole project of understanding

Keseluruhan proyek untuk memahami

how brains do the uniquely human things --

bagaimana otak melakukan hal-hal unik pada manusia,

learn language and abstract concepts,

belajar bahasa, dan konsep abstrak,

and thinking about other people's thoughts -- that's brand new.

serta berpikir tentang pikiran orang lain, semuanya merupakan hal baru.

And we don't know yet what the implications will be

Dan kami belum tahu, apa implikasi dari

of understanding it.

pengetahuan tersebut.

CA: So I've got one last question. There is this thing called

C.A.: Saya punya satu pertanyaan terakhir. Ada sesuatu yang disebut dengan

the hard problem of consciousness,

masalah kesadaran,

that puzzles a lot of people.

yang memusingkan banyak orang.

The notion that you can understand

Anda mungkin memahami

why a brain works, perhaps.

mengapa otak bekerja.

But why does anyone have to feel anything?

Tapi mengapa orang harus berpikir sesuatu?

Why does it seem to require these beings who sense things

Mengapa orang harus seperti ini, merasakan segala hal

for us to operate?

agar kita mampu hidup?

You're a brilliant young neuroscientist.

Anda seorang ilmuwan muda yang brilian.

I mean, what chances do you think there are

Maksud saya, menurut Anda, apakah ada kemungkinan

that at some time in your career,

di mana suatu waktu pada karir Anda,

someone, you or someone else,

seseorang, Anda atau orang lain,

is going to come up with some paradigm shift

muncul dengan beberapa perubahan paradigma

in understanding what seems an impossible problem?

dalam memahami apa yang menjadi masalah yang tak mungkin.

RS: I hope they do. And I think they probably won't.

R.S.: Saya harap demikian. Tapi saya pikir mereka tak akan melakukannya.

CA: Why?

C.A.: Mengapa?

RS: It's not called the hard problem of consciousness for nothing.

R.S.: Karena hal itu bukanlah masalah kesadaran akut yang tak ada artinya.

(Laughter)

(Tertawa)

CA: That's a great answer. Rebecca Saxe, thank you very much. That was fantastic.

C.A.: Jawaban yang luar biasa. Rebecca Saxe, terima kasih banyak. Luar biasa.

(Applause)

(Tepuk tangan)