Tavi Gevinson: A teen just trying to figure it out

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Indra Wibisana

Four years ago today, exactly, actually,

Hari ini empat tahun yang lalu,

I started a fashion blog called Style Rookie.

saya merintis blog mode bernama Style Rookie.

Last September of 2011, I started an online magazine

Bulan September 2011 kemarin, saya merintis sebuah majalah online

for teenage girls called Rookiemag.com.

bagi remaja wanita bernama Rookiemag.com.

My name's Tavi Gevinson, and

Nama saya Tavi Gevinson, dan

the title of my talk is "Still Figuring It Out,"

judul presentasi saya adalah, "Masih mencari tahu,"

and the MS Paint quality of my slides

dan slide presentasi yang dibuat dengan MS Paint

was a total creative decision in keeping with today's theme,

adalah keputusan kreatif yang sesuai dengan tema hari ini,

and has nothing to do with my inability

dan tidak berhubungan dengan ketidakmampuan saya

to use PowerPoint. (Laughter)

untuk memakai PowerPoint. (Tawa)

So I edit this site for teenage girls. I'm a feminist.

Jadi saya menyunting situs untuk remaja wanita ini. Saya seorang feminis.

I am kind of a pop culture nerd, and I think a lot about

Saya adalah semacam penggila budaya pop, dan saya sering memikirkan tentang

what makes a strong female character,

apa yang membentuk tokoh wanita yang kuat,

and, you know, movies and TV shows,

dan, begitulah, film dan acara TV,

these things have influence. My own website.

mereka memiliki pengaruh. Situs saya sendiri.

So I think the question of what makes a strong female

Jadi saya rasa pertanyaan tentang apa yang membentuk tokoh wanita

character often goes misinterpreted,

yang kuat ini sering disalahartikan,

and instead we get these two-dimensional superwomen

dan kita malah mendapatkan wanita super dua dimensi

who maybe have one quality that's played up a lot,

yang mungkin memiliki satu sifat yang dominan,

like a Catwoman type,

seperti tipe Catwoman,

or she plays her sexuality up a lot,

atau dia banyak menggunakan seksualitasnya

and it's seen as power.

dan ini dianggap sebagai kekuatan.

But they're not strong characters who happen to be female.

Namun mereka bukanlah tokoh kuat yang kebetulan adalah wanita.

They're completely flat,

Mereka sungguh datar,

and they're basically cardboard characters.

dan mereka pada dasarnya adalah tokoh palsu.

The problem with this is that then

Masalahnya dengan ini adalah kemudian

people expect women to be that easy to understand,

orang-orang mengharapkan para wanita untuk jadi semudah itu untuk dimengerti,

and women are mad at themselves

dan para wanita marah pada diri mereka sendiri

for not being that simple,

karena tidak bisa jadi sesederhana itu,

when, in actuality, women are complicated,

padahal kenyataannya, wanita sangatlah rumit,

women are multifaceted -- not because women are crazy,

wanita memiliki banyak sisi -- bukan karena wanita itu gila

but because people are crazy,

namun karena manusia itu gila,

and women happen to be people. (Laughter)

dan kebetulan wanita juga manusia. (Tawa)

So the flaws are the key.

Jadi kekurangan adalah kuncinya.

I'm not the first person to say this.

Saya bukan orang pertama yang mengatakan hal ini.

What makes a strong female character

Apa yang membentuk tokoh wanita yang kuat

is a character who has weaknesses, who has flaws,

adalah tokoh yang memiliki kelemahan, kekurangan,

who is maybe not immediately likable,

yang mungkin pada awalnya tidak disukai,

but eventually relatable.

namun akhirnya dapat dipahami.

I don't like to acknowledge a problem

Saya tidak suka menyadari sebuah masalah

without also acknowledging those who work to fix it,

tanpa juga menghargai mereka yang bekerja untuk memperbaikinya,

so just wanted to acknowledge shows like "Mad Men,"

jadi saya ingin menyatakan penghargaan pada acara seperti "Mad Men,"

movies like "Bridesmaids," whose female characters

film seperti "Bridesmaids," yang tokoh wanitanya

or protagonists are complex, multifaceted.

atau protagonisnya kompleks dan punya banyak sisi.

Lena Dunham, who's on here, her show on HBO

Lena Dunham, yang ada di sini, acaranya di HBO

that premiers next month, "Girls,"

akan mulai ditayangkan bulan depan: "Girls,"

she said she wanted to start it because she felt that

dia mengatakan bahwa dia ingin merintisnya karena dia merasa bahwa

every woman she knew was just a bundle of contradictions,

setiap wanita yang dikenalnya hanyalah serangkaian pertentangan,

and that feels accurate for all people,

dan itu sepertinya tepat bagi semua orang,

but you don't see women represented like that as much.

namun anda tidak banyak melihat wanita yang ditunjukkan seperti itu.

Congrats, guys. (Laughs)

Selamat ya. (Tawa)

But I don't feel that — I still feel that there are some types

Namun saya tidak merasa demikian-- saya masih merasa ada beberapa tipe

of women who are not represented that way,

wanita yang tidak ditunjukkan seperti itu,

and one group that we'll focus on today are teens,

dan satu kelompok yang akan jadi fokus kita hari ini adalah remaja,

because I think teenagers are especially contradictory

karena saya rasa para remaja sangat penuh pertentangan

and still figuring it out,

dan masih mencoba mencari tahu,

and in the '90s there was "Freaks and Geeks"

dan di tahun 90-an ada film "Freaks and Geeks"

and "My So-Called Life," and their characters,

dan "My So-Called Life," dengan tokoh-tokohnya

Lindsay Weir and Angela Chase,

Lindsay Weir dam Angela Chase,

I mean, the whole premise of the shows

maksud saya, seluruh dasar pemikiran dari semua acara ini

were just them trying to figure themselves out, basically,

hanyalah mereka mencoba mencari jati diri mereka, pada dasarnya,

but those shows only lasted a season each,

namun acara-acara ini hanya tayang satu musim,

and I haven't really seen anything like that on TV since.

dan sejak saat itu saya belum melihat lagi acara seperti itu di televisi.

So this is a scientific diagram of my brain — (Laughter) —

Jadi inilah diagram ilmiah dari otak saya -- (Tawa) --

around the time when I was,

pada saat ketika saya,

when I started watching those TV shows.

ketika saya mulai menonton acara TV itu.

I was ending middle school, starting high school --

saya baru selesai SMP dan mulai masuk ke SMA --

I'm a sophomore now —

Saat ini saya sedang kuliah tingkat dua --

and I was trying to reconcile

dan saya mencoba mempertemukan

all of these differences that you're told you can't be

semua perbedaan ini bahwa katanya tidak dapat anda capai

when you're growing up as a girl.

ketika anda tumbuh sebagai seorang anak perempuan.

You can't be smart and pretty.

Anda tidak bisa menjadi cerdas dan cantik.

You can't be a feminist who's also interested in fashion.

Anda tidak dapat menjadi feminis yang juga tertarik pada mode.

You can't care about clothes if it's not for the sake

Anda tidak bisa peduli pada pakaian Anda kalau bukan demi

of what other people, usually men, will think of you.

apa yang akan dipikirkan orang lain, khususnya pria, tentang anda.

So I was trying to figure all that out,

Jadi saya mencoba memahami semuanya,

and I felt a little confused,

dan saya merasa agak bingung,

and I said so on my blog,

sehingga saya menulis demikian di dalam blog saya,

and I said that I wanted to start

dan berkata bahwa saya ingin merintis

a website for teenage girls

sebuah situs bagi remaja wanita

that was not this kind of one-dimensional

yang bukan tentang hal pemberdayaan

strong character empowerment thing

tokoh kuat satu dimensi

because I think one thing that can be very alienating

karena saya rasa pertama hal itu dapat menimbulkan keterasingan

about a misconception of feminism is that

tentang kesalahpahaman akan feminisme sehingga

girls then think that to be a feminist, they have to live up to

wanita berpikir bahwa untuk menjadi seorang feminis, mereka harus hidup

being perfectly consistent in your beliefs,

dengan sangat konsisten pada keyakinan anda,

never being insecure, never having doubts,

tidak pernah gelisah, tidak pernah ragu,

having all of the answers. And this is not true,

mempunyai segala jawabannya. Dan ini tidak benar,

and, actually, reconciling all the contradictions I was feeling

dan sebenarnya, mempertemukan semua pertentangan yang saya rasakan

became easier once I understood that feminism

menjadi lebih mudah setelah saya tahu bahwa feminisme

was not a rulebook but a discussion,

bukanlah panduan baku, namun sebuah diskusi,

a conversation, a process,

sebuah percakapan, sebuah proses,

and this is a spread from a zine that I made last year

dan inilah tulisan saya di sebuah tabloid tahun lalu

when I -- I mean, I think I've let myself go a bit

saat saya -- maksud saya, saya merasa telah melepaskan diri sedikit

on the illustration front since.

dari gambaran pada waktu itu.

But, yeah.

Namun tidak apa-apa.

So I said on my blog that I wanted to start this publication

Jadi saya menulis pada blog saya bahwa saya ingin merintis penerbitan

for teenage girls and ask people to submit

bagi remaja wanita dan mengajak orang untuk memasukkan

their writing, their photography, whatever,

tulisan mereka, fotografi mereka, apa saja,

to be a member of our staff.

untuk menjadi anggota kami.

I got about 3,000 emails.

Saya mendapat sekitar 3.000 surel.

My editorial director and I went through them and

Pimpinan redaksi saya dan saya melihat semuanya dan

put together a staff of people,

menerima beberapa orang pegawai,

and we launched last September.

dan kami meluncurkannya September kemarin.

And this is an excerpt from my first editor's letter,

Dan inilah kutipan dari surat editor pertama saya,

where I say that Rookie, we don't have all the answers,

saya katakan di sana bahwa, dalam Rookie, kita tidak punya segala jawabannya,

we're still figuring it out too, but the point is not to

kita juga masih mencari tahu, namun intinya bukan untuk

give girls the answers, and not even give them permission

memberi jawaban, bahkan bukan untuk memberi mereka ijin

to find the answers themselves,

untuk menemukan jawabannya sendiri,

but hopefully inspire them to understand that

namun untuk mengilhami mereka agar mengerti bahwa

they can give themselves that permission,

mereka dapat memberikan ijin itu kepada diri mereka sendiri,

they can ask their own questions, find their own answers,

mereka dapat bertanya sendiri, menemukan jawabannya sendiri,

all of that, and Rookie, I think we've been trying to make it

semua itu, dan Rookie, saya rasa kita telah mencoba untuk membuatnya

a nice place for all of that to be figured out.

menjadi sebuah tempat yang nyaman untuk memahami segalanya.

So I'm not saying, "Be like us,"

Jadi saya tidak berkata, "Jadilah seperti kami,"

and "We're perfect role models," because we're not,

dan "Kamilah teladan yang sempurna," karena kami bukan,

but we just want to help represent girls

namun kami hanya mencoba mewakili para wanita

in a way that shows those different dimensions.

dengan cara yang menunjukkan dimensi yang berbeda itu.

I mean, we have articles called

Maksud saya, kami punya artikel yang berjudul

"On Taking Yourself Seriously: How to Not Care What People Think of You,"

"Menganggap Diri Anda Secara Serius: Cara untuk Tidak Memedulikan Anggapan Orang Lain tentang Diri Anda."

but we also have articles like,

Namun ada juga artikel seperti,

oops -- I'm figuring it out!

"Ups, Saya Sedang Mempelajarinya!

Ha ha. (Laughter)

Ha ha." (Tawa)

If you use that, you can get away with anything.

Jika anda menggunakannya, anda dapat mengatasi apa pun.

We also have articles called

Ada juga artikel berjudul

"How to Look Like You Weren't Just Crying in Less than Five Minutes."

"Cara Agar Anda Tidak Tampak Habis Menangis dalam Waktu Kurang dari Lima Menit."

So all of that being said, I still really appreciate

Jadi dari semua hal ini, saya masih menghargai

those characters in movies and

tokoh-tokoh dalam film itu dan

articles like that on our site,

artikel seperti itu di situs kami,

that aren't just about being totally powerful,

yang bukan hanya sekedar menjadi sangat kuat,

maybe finding your acceptance with yourself

namun mungkin menerima diri anda,

and self-esteem and your flaws and how you accept those.

dan kepercayaan diri dan kekurangan anda dan bagaimana anda menerima hal itu.

So what I you to take away from my talk,

Jadi yang saya ingin anda ambil dari pembicaraan saya,

the lesson of all of this, is to just be Stevie Nicks.

pelajaran dari semua ini, adalah untuk jadi seperti Stevie Nicks.

Like, that's all you have to do. (Laughter)

Seperti, itu saja yang harus anda lakukan. (tawa)

Because my favorite thing about her,

Karena hal yang paling saya suka tentang dia,

other than, like, everything, is that

selain, ya semuanya, adalah bahwa

she is very -- has always been

dia sangat -- selama ini selalu

unapologetically present on stage,

muncul apa adanya di atas panggung,

and unapologetic about her flaws

dan tidak menyesali kekurangannya

and about reconciling all of her contradictory feelings

dan selalu mempertemukan semua perasaannya yang saling bertentangan

and she makes you listen to them and think about them,

dan membuat anda mendengarkan dan memikirkan tentang hal-hal itu,

and yeah, so please be Stevie Nicks.

dan, jadilah seperti Stevie Nicks.

Thank you. (Applause)

Terima kasih. (Tepuk tangan)