Let’s Help Refugees Thrive, Not Just Survive | Melissa Fleming | TED Talks

Translator: Diana Soleha Reviewer: Dewi Barnas

So I started working

Saya mulai bekerja

with refugees because I wanted

dengan pengungsi karena

to make a difference,

saya ingin membuat perubahan.

and making a difference starts

Dan membuat perubahan dimulai dengan

with telling their stories.

menceritakan kisah mereka.

Ketika saya bertemu para pengungsi,

So when I meet refugees,

I always ask them questions.

saya selalu bertanya:

Who bombed your house?

Siapa yang meledakkan rumahmu?

Siapa yang membunuh anak lelakimu?

Who killed your son?

Did the rest of your family make it out alive?

Apakah seluruh anggota keluargamu selamat?

How are you coping

Bagaimana kehidupan Anda

in your life in exile?

dalam pengasingan?

But there's one question that always seems to me

Tapi bagi saya, ada satu pertanyaan

yang benar-benar memberitahu saya siapa mereka:

to be most revealing, and that is:

What did you take?

Apa yang Anda bawa?

What was that most important thing

Apa hal yang terpenting

yang harus Anda bawa

that you had to take with you

when the bombs were exploding in your town,

ketika bom meledak di kota Anda,

and the armed gangs were approaching your house?

ketika sekelompok orang bersenjata mendekati rumah Anda?

Seorang pengungsi Suriah, seorang anak laki-laki,

A Syrian refugee boy I know

told me that he didn't hesitate

mengatakan bahwa Ia sama sekali tidak merasa ragu

when his life was in imminent danger.

ketika hidupnya sedang dalam bahaya.

Ia mengambil ijazah SMA-nya

He took his high school diploma,

dan menjelaskan alasannya pada saya.

and later he told me why.

Katanya, "Saya membawa ijazah SMA

He said, "I took my high school diploma

because my life depended on it."

karena hidup saya bergantung padanya."

And he would risk his life to get that diploma.

Dan dia rela membahayakan hidupnya untuk mendapat ijazah tersebut.

On his way to school, he would dodge snipers.

Dalam perjalanannya ke sekolah, Ia harus menghindari penembak jitu.

His classroom sometimes shook

Ruang kelasnya kadang berguncang

with the sound of bombs and shelling,

karena suara bom dan tembakan,

dan ibunya menceritakan pada saya,

and his mother told me,

"Every day, I would say to him every morning,

"Setiap hari, aku berkata padanya,

'Anakku, tolong jangan pergi ke sekolah.'"

'Honey, please don't go to school.'"

And when he insisted, she said,

Dan ketika anaknya bersikeras, ibunya berkata,

"I would hug him as if it were for the last time."

"Saya akan memeluknya seolah-olah itu adalah pelukan terakhir."

But he said to his mother,

Tapi dia berkata pada ibunya,

"We're all afraid,

"Kami semua ketakutan,

but our determination to graduate

tapi tekad kami untuk lulus

lebih kuat daripada rasa takut kami."

is stronger than our fear."

But one day, the family got terrible news.

Tapi suatu hari, keluarganya mendapat kabar buruk.

Hany's aunt, his uncle and his cousin

Bibi dari Hany, paman dan sepupunya

were murdered in their homes for refusing

dibunuh di rumah mereka karena menolak untuk

meninggalkan rumah mereka.

to leave their house.

Their throats were slit.

Leher mereka digorok.

Mereka harus melarikan diri.

It was time to flee.

They left that day, right away, in their car,

Mereka pergi hari itu juga, segera, dengan mobil mereka,

Hany hidden in the back because they were facing

Hany bersembunyi di belakang

checkpoints of menacing soldiers.

karena mereka harus menghadapi tentara di pos pemeriksaan.

And they would cross the border into Lebanon,

Dan mereka menyeberangi perbatasan ke Lebanon,

where they would find peace.

di mana mereka berharap akan menemukan kedamaian.

But they would begin a life of grueling hardship

Namun mereka justru akan memulai

and monotony.

kehidupan penuh kesulitan dan rutinitas yang membosankan.

They had no choice but to build a shack

Mereka tak punya pilihan selain membangun sebuah gubuk

on the side of a muddy field,

di pinggiran sawah berlumpur.

and this is Hany's brother Ashraf,

Ini adalah adik laki-laki Hany, Ashraf,

who plays outside.

yang bermain di luar.

And that day, they joined

Pada hari itu, mereka bergabung

dalam populasi pengungsi terbesar di dunia,

the biggest population of refugees in the world,

in a country, Lebanon, that is tiny.

di sebuah negara kecil, Lebanon.

It only has four million citizens,

Negara yang hanya memiliki empat juta warga negara,

and there are one million Syrian refugees living there.

dan disana hidup satu juta pengungsi Suriah.

There's not a town, a city or a village

Tak ada satu pun desa atau kota

that is not host to Syrian refugees.

yang tidak menjadi tuan rumah bagi pengungsi Suriah.

This is generosity and humanity

Ini adalah kedermawanan dan kemanusiaan

that is remarkable.

yang luar biasa.

Think about it this way, proportionately.

Coba bayangkan seperti ini, secara proporsional.

It would be as if

Ini seperti

the entire population of Germany,

seluruh populasi Jerman,

80 million people,

80 juta orang,

would flee to the United States in just three years.

mengungsi ke Amerika Serikat hanya dalam waktu tiga tahun.

Half of the entire population of Syria

Setengah populasi Suriah

sekarang terenggut dari akar mereka,

is now uprooted,

most of them inside the country.

kebanyakan masih dalam batas negara Suriah.

Six and a half million people

Enam setengah juta orang

have fled for their lives.

sudah mengungsi menyelamatkan diri mereka.

Over and well over three million people

Lebih dari tiga juta orang

have crossed the borders

telah menyeberangi perbatasan

and have found sanctuary in the neighboring countries,

dan menemukan perlindungan di negara-negara tetangga

and only a small proportion, as you see,

dan hanya sedikit dari mereka, seperti yang Anda ketahui,

have moved on to Europe.

yang pindah ke Eropa.

What I find most worrying

Yang menurut saya paling mengkhawatirkan

is that half of all Syrian refugees are children.

adalah setengah dari pengungsi Suriah adalah anak-anak.

Saya mengambil foto anak kecil ini.

I took this picture of this little girl.

It was just two hours after she had arrived

Ini diambil hanya dua jam setelah ia tiba

after a long trek from Syria into Jordan.

dari perjalanan panjang jalan kaki dari Suriah ke Yordania

And most troubling of all

Dan yang paling meresahkan adalah,

hanya 20% anak-anak pengungsi Suriah

is that only 20 percent of Syrian refugee children

are in school in Lebanon.

yang bersekolah di Lebanon.

And yet, Syrian refugee children,

Namun, anak-anak pengungsi Suriah,

all refugee children tell us

seluruh pengungsi anak-anak berkata kepada kami,

education is the most important thing in their lives.

bahwa pendidikan adalah hal terpenting dalam hidup mereka.

Why? Because it allows them to think of their future

Mengapa? Karena pendidikan membuat mereka memikirkan masa depan

rather than the nightmare of their past.

alih-alih masa lalu mereka yang kelam.

Pendidikan membuat mereka dapat memikirkan harapan, bukan kebencian.

It allows them to think of hope rather than hatred.

I'm reminded of a recent visit I took

Saya teringat oleh sebuah kunjungan saya baru-baru ini

to a Syrian refugee camp in northern Iraq,

ke sebuah pemukiman pengungsi Suriah di bagian utara Irak,

and I met this girl,

dimana saya bertemu seorang anak perempuan,

and I thought, "She's beautiful,"

dan saya berpikir, "Dia cantik,"

and I went up to her and asked her,

saya mendekatinya dan bertanya,

"Can I take your picture?"

"Boleh saya memotretmu?"

And she said yes,

Dan ia mengizinkan saya,

but she refused to smile.

tetapi menolak untuk tersenyum.

I think she couldn't,

Saya pikir ia tak bisa tersenyum,

because I think she must realize that she represents

karena saya rasa ia sadar bahwa ia mewakili

a lost generation of Syrian refugee children,

sebuah generasi yang hilang dari pengungsi anak-anak Suriah,

a generation isolated and frustrated.

sebuah generasi yang terisolasi dan tertekan.

And yet, look at what they fled:

Namun, lihat apa yang mereka tinggalkan:

utter destruction,

kehancuran total,

buildings, industries, schools, roads, homes.

bangunan, industri, sekolah, jalan, rumah.

Hany's home was also destroyed.

Rumah keluarga Hany juga hancur.

This will need to be rebuilt

Ini perlu dibangun kembali

by architects, by engineers, by electricians.

oleh para arsitek, insinyur, teknisi listrik.

Communities will need teachers and lawyers

Masyarakat dan komunitas akan memerlukan para guru dan pengacara

and politicians interested in reconciliation

dan politisi yang ingin melakukan rekonsiliasi,

and not revenge.

dan bukan pembalasan dendam.

Tidakkah seharusnya ini dibangun kembali

Shouldn't this be rebuilt

by the people with the largest stake,

oleh orang-orang yang paling membutuhkannya,

masyarakat di pengasingan, para pengungsi?

the societies in exile, the refugees?

Refugees have a lot of time

Para pengungsi memiliki banyak waktu

to prepare for their return.

untuk mempersiapkan kepulangan mereka.

You might imagine that being a refugee

Mungkin Anda membayangkan bahwa menjadi seorang pengungsi

is just a temporary state.

adalah sebuah kondisi sementara.

Pada kenyataannya sangat jauh dari itu.

Well far from it.

Dengan banyaknya peperangan yang terus terjadi,

With wars going on and on,

the average time a refugee will spend in exile

rata-rata waktu yang dihabiskan seorang pengungsi di pengasingan

is 17 years.

adalah 17 tahun.

Hany was into his second year in limbo

Hany berada pada tahun keduanya

when I went to visit him recently,

ketika saya mengunjunginya baru-baru ini,

and we conducted our entire conversation in English,

dan kami bercakap-cakap sepenuhnya dalam bahasa Inggris,

which he confessed to me he learned

dan dia mengakui pada saya bahwa

from reading all of Dan Brown's novels

ia belajar bahasa Inggris dari membaca semua novel Dan Brown

dan dari mendengarkan musik rap Amerika.

and from listening to American rap.

We also spent some nice moments of laughter

Kami juga menghabiskan waktu penuh tawa

and fun with his beloved brother Ashraf.

dengan adik tersayangnya, Ashraf.

But I'll never forget what he told me

Saya takkan pernah melupakan sesuatu yang ia katakan

when we ended our conversation that day.

di akhir kunjungan saya hari itu.

He said to me,

Katanya,

"If I am not a student, I am nothing."

"Jika saya bukan seorang pelajar, saya bukanlah apa-apa."

Hany is one of 50 million people

Hany adalah satu di antara 50 juta orang di dunia

uprooted in this world today.

yang terpaksa meninggalkan tempat asalnya.

Ini pertama kalinya sejak Perang Dunia II

Never since World War II

have so many people been forcibly displaced.

dimana begitu banyak orang terpaksa mengungsi.

Jadi, sementara kita membuat kemajuan

So while we're making sweeping progress

in human health,

di bidang kesehatan,

in technology, in education and design,

teknologi, pendidikan, dan perancangan,

we are doing dangerously little

kita hampir tidak melakukan apa pun

to help the victims

untuk menolong para korban

and we are doing far too little

dan kita belum berbuat banyak

to stop and prevent

untuk menghentikan dan mencegah peperangan

the wars that are driving them from their homes.

yang mengusir mereka dari rumah mereka.

And there are more and more victims.

Dan korbannya semakin banyak.

Setiap hari, rata-rata,

Every day, on average,

by the end of this day,

di penghujung hari ini,

32,000 people will be forcibly displaced

32.000 orang akan terpaksa mengungsi

from their homes —

dari rumah mereka --

32,000 people.

32.000 orang.

They flee across borders like this one.

Mereka melarikan diri menyeberangi perbatasan seperti ini.

Kami memotret ini di perbatasan Suriah dan Yordania,

We captured this on the Syrian border to Jordan,

and this is a typical day.

dan ini terjadi setiap hari.

Or they flee on unseaworthy and overcrowded boats,

Atau mereka melarikan diri menggunakan

kapal yang kepenuhan dan kondisinya tidak layak,

risking their lives in this case

mempertaruhkan hidup mereka

just to reach safety in Europe.

hanya untuk bisa mencapai Eropa dengan selamat.

This Syrian young man

Anak muda Suriah ini

survived one of these boats that capsized —

berhasil selamat dari salah satu kapal yang terhempas --

most of the people drowned —

sebagian besar orang tenggelam --

dan ia mengatakan pada kami,

and he told us,

"Syrians are just looking for a quiet place

"Penduduk Suriah hanya mencari tempat sunyi

where nobody hurts you,

dimana tidak ada yang menyakiti mereka,

where nobody humiliates you,

dimana tidak ada yang mempermalukan mereka,

and where nobody kills you."

dan dimana tidak ada yang membunuh mereka."

Well, I think that should be the minimum.

Menurut saya itu harusnya kebutuhan minimum.

How about a place of healing,

Bagaimana dengan sebuah tempat untuk penyembuhan,

of learning,

untuk belajar,

and even opportunity?

atau bahkan tempat dimana mereka punya kesempatan?

Americans and Europeans

Orang Amerika dan Eropa merasa bahwa

have the impression that proportionally

ada arus besar pengungsi yang datang

huge numbers of refugees are coming

to their country,

ke negara mereka,

but the reality is

tapi pada kenyataannya,

that 86 percent, the vast majority of refugees,

86 persen, atau mayoritas pengungsi,

are living in the developing world,

tinggal di negara-negara berkembang,

in countries struggling with their own insecurity,

di negara-negara yang masih berjuang dengan permasalahan mereka sendiri,

with their own issues of helping their own populations

dengan berbagai masalah populasi mereka sendiri

and poverty.

dan kemiskinan.

So wealthy countries in the world should recognize

Negara-negara kaya di dunia harus menyadari

the humanity and the generosity of the countries

kemanusiaan dan kedermawanan negara-negara

that are hosting so many refugees.

yang menampung begitu banyak pengungsi.

And all countries should make sure that no one

Dan semua negara harus memastikan bahwa

fleeing war and persecution

perbatasan negara mereka harus terbuka

arrives at a closed border.

bagi mereka yang lari menyelamatkan diri dari perang dan penganiayaan.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Thank you.

Terima kasih.

But there is something more that we can do

Tapi kita bisa melakukan lebih dari

than just simply helping refugees survive.

sekadar membantu pengungsi bertahan hidup.

We can help them thrive.

Kita dapat membantu mereka berkembang.

We should think of refugee camps and communities

Kita harus melihat komunitas dan pemukiman pengungsi

as more than just temporary population centers

sebagai sesuatu yang lebih dari pusat pemukiman sementara

where people languish

dimana penghuninya merindukan

waiting for the war to end.

dan menantikan akhir peperangan.

Rather, as centers of excellence,

Kita harus melihatnya sebagai pusat keunggulan,

where refugees can triumph over their trauma

dimana para pengungsi bisa mengalahkan trauma mereka

and train for the day that they can go home

dan mempersiapkan diri untuk kepulangan mereka

as agents of positive change

sebagai agen perubahan positif

and social transformation.

dan transformasi sosial.

(Bagi saya) ini sungguh masuk akal,

It makes so much sense,

but I'm reminded of the terrible war in Somalia

tapi saya teringat akan perang mengerikan di Somalia

that has been raging on for 22 years.

yang sudah berlangsung selama 22 tahun.

And imagine living in this camp.

Dan bayangkan Anda tinggal di kamp pengungsian ini.

I visited this camp.

Saya berkunjung ke kamp ini,

It's in Djibouti, neighboring Somalia,

yang terletak di Djibouti, di sebelah Somalia.

and it was so remote

Lokasinya begitu terpencil

that we had to take a helicopter to fly there.

sehingga kami harus pergi dengan helikopter.

It was dusty and it was terribly hot.

Di sana begitu berdebu dan sangat panas.

Kami mengunjungi sebuah sekolah

And we went to visit a school

and started talking to the children,

dan mulai berbicara dengan anak-anak,

and then I saw this girl across the room

dan saya melihat seorang anak perempuan

who looked to me to be the same age

yang kelihatannya seusia anak perempuan saya,

as my own daughter, and I went up and talked to her.

saya mendekatinya dan berbicara padanya.

Dan saya menanyakannya pertanyaan

And I asked her the questions

that grown-ups ask kids,

yang biasa ditanyakan pada anak kecil,

like, "What is your favorite subject?"

seperti, "apa pelajaran kesukaanmu?"

and, "What do you want to be when you grow up?"

dan "apa cita-citamu?"

And this is when her face turned blank,

Waktu itulah wajahnya berubah kosong,

and she said to me,

dan dia berkata,

"I have no future.

"Saya tidak punya masa depan.

My schooling days are over."

Masa sekolah saya sudah berakhir."

Saya kira terdapat kesalah-pahaman,

And I thought, there must be some misunderstanding,

so I turned to my colleague

jadi saya berpaling ke rekan saya

and she confirmed to me

dan dia mengatakan bahwa

there is no funding for secondary education

tidak ada dana untuk pendidikan sekolah mengengah

in this camp.

di kamp ini.

And how I wished at that moment

Betapa saya berharap ketika itu

that I could say to her,

untuk bisa mengatakan padanya,

"We will build you a school."

"Kami akan membangun sekolah untukmu."

And I also thought, what a waste.

Dan saya juga terpikir, sangat disayangkan.

She should be and she is

Seharusnya dia bisa menjadi, dan sesungguhnya dia adalah

the future of Somalia.

masa depan Somalia.

A boy named Jacob Atem

Seorang anak laki-laki bernama Jacob Atem

memiliki kesempatan yang berbeda, tetapi tidak sebelum ia mengalami

had a different chance, but not before he experienced

terribly tragedy.

tragedi yang mengerikan.

He watched — this is in Sudan —

Dia melihat -- ini terjadi di Sudan --

as his village — he was only seven years old —

ketika desanya dibakar habis -- waktu itu dia berusia tujuh tahun --

burned to the ground, and he learned

dan ia mendengar bahwa

that his mother and his father

ibu dan ayahnya

and his entire family

dan seluruh keluarganya

were killed that day.

dibunuh pada hari itu.

Only his cousin survived, and the two of them

Hanya sepupunya yang selamat,

dan mereka berdua berjalan kaki selama 7 bulan --

walked for seven months —

this is boys like him —

ini adalah anak-anak seperti mereka --

chased and pursued by wild animals and armed gangs,

dikejar dan diburu oleh hewan liar dan geng bersenjata,

and they finally made it to refugee camps

dan mereka akhirnya berhasil sampai di kamp pengungsian

where they found safety,

dimana mereka aman,

and he would spend the next seven years

dan ia menghabiskan 7 tahun berikutnya

in Kenya in a refugee camp.

di kamp pengungsian di Kenya.

But his life changed

Tapi, hidupnya berubah

ketika dia mendapat kesempatan untuk tinggal

when he got the chance to be resettled

to the United States,

di Amerika Serikat,

and he found love in a foster family

dan dia menemukan kasih sayang dalam sebuah keluarga asuh

dan dia dapat pergi ke sekolah,

and he was able to go to school,

and he wanted me to share with you

dan ia ingin saya berbagi dengan Anda

this proud moment

momen bahagia ini

when he graduated from university.

ketika ia lulus dari universitas.

(Applause)

(Tepuk tangan)

I spoke to him on Skype the other day,

Tempo hari saya bicara dengannya via Skype,

and he was in his new university in Florida

dia sedang di universitas barunya di Florida,

pursuing his Ph.D. in public health,

mengambil studi doktor di bidang kesehatan masyarakat,

and he proudly told me how he was able to raise

dan dengan bangga dia menceritakan bagaimana ia berhasil menggalang

enough funds from the American public

cukup dana dari masyarakat Amerika

to establish a health clinic back in his village

untuk mendirikan sebuah klinik kesehatan di desanya,

back home.

di negara asalnya.

So I want to take you back to Hany.

Saya ingin membawa Anda kembali ke kisah Hany.

When I told him I was going to have the chance

Ketika saya memberitahunya saya mendapat kesempatan

to speak to you here on the TED stage,

untuk berbicara dengan Anda di atas panggung TED,

he allowed me to read you a poem

dia mengizinkan saya untuk membacakan sebuah puisi

that he sent in an email to me.

yang dikirimkannya melalui email pada saya.

He wrote:

Dia menulis:

"I miss myself,

"Aku rindu diriku,

my friends,

teman-temanku,

times of reading novels or writing poems,

waktu untuk membaca novel atau menulis puisi,

birds and tea in the morning.

burung dan teh di pagi hari.

My room, my books, myself,

Kamarku, bukuku, diriku,

and everything that was making me smile.

dan semua yang membuatku tersenyum.

Oh, oh, aku punya banyak sekali mimpi

Oh, oh, I had so many dreams

that were about to be realized."

yang hampir jadi nyata."

So here is my point:

Jadi, ini yang ingin saya sampaikan:

Not investing in refugees

Tidak berinvestasi pada kesejahteraan pengungsi

is a huge missed opportunity.

berarti menyia-nyiakan sebuah kesempatan berharga.

Leave them abandoned,

Ketika terlantar,

and they risk exploitation and abuse,

para pengungsi terancam dieksploitasi dan dianiaya,

and leave them unskilled and uneducated,

dan membiarkan mereka tanpa keahlian dan pendidikan,

and delay by years the return

berarti juga menunda kembalinya kedamaian dan kemakmuran

to peace and prosperity in their countries.

selama bertahun-tahun di negara-negara mereka.

I believe how we treat the uprooted

Saya percaya bahwa cara kita memperlakukan para pengungsi

will shape the future of our world.

akan membentuk masa depan dunia kita.

The victims of war can hold the keys

Para korban perang dapat memegang kunci

to lasting peace,

untuk menjaga perdamaian,

and it's the refugees

dan para pengungsilah

who can stop the cycle of violence.

yang bisa menghentikan lingkaran kekerasan ini.

Hany is at a tipping point.

Hany berada pada titik kritis.

We would love to help him go to university

Kami ingin membantunya agar bisa belajar di universitas

and to become an engineer,

dan menjadi insinyur,

tapi dana kami diprioritaskan bagi kebutuhan hidup dasar:

but our funds are prioritized for the basics in life:

tents and blankets and mattresses and kitchen sets,

tenda dan selimut, kasur dan perlengkapan dapur,

food rations and a bit of medicine.

ransum makanan dan sedikit obat-obatan.

University is a luxury.

Pendidikan tinggi adalah sebuah kemewahan.

But leave him to languish in this muddy field,

Tapi, dengan membiarkannya merana di tanah berlumpur ini,

and he will become a member

ia akan menjadi bagian dari

of a lost generation.

sebuah generasi yang hilang.

Hany's story is a tragedy,

Kisah Hany adalah sebuah tragedi,

but it doesn't have to end that way.

tetapi kisah tersebut tidak harus berakhir demikian.

Thank you.

Terima kasih.

(Tepuk tangan)

(Applause)