How Airbnb designs for trust | Joe Gebbia

Translator: Katharina Sumantri Reviewer: Dewi Barnas

I want to tell you the story

Saya akan bercerita

about the time I almost got kidnapped

saat saya hampir diculik

in the trunk of a red Mazda Miata.

di bagasi Mazda Miata merah.

It's the day after graduating from design school

Sehari setelah saya lulus dari sekolah desain,

and I'm having a yard sale.

saya mengadakan garage sale.

And this guy pulls up in this red Mazda

Seorang pria turun dari Mazda merahnya

and he starts looking through my stuff.

dan dia melihat-lihat barang yang saya jual.

And he buys a piece of art that I made.

Lalu dia membeli sebuah karya seni saya.

And it turns out he's alone in town for the night,

Ternyata dia ada di kota saya sendirian,

driving cross-country on a road trip

sedang berkelana mengelilingi Amerika

before he goes into the Peace Corps.

sebelum dia masuk ke Peace Corps.

So I invite him out for a beer

Saya mengundangnya untuk minum bir,

and he tells me all about his passion

dan dia bercerita tentang hasratnya

for making a difference in the world.

untuk membuat perubahan di dunia.

Now it's starting to get late,

Malam semakin larut,

and I'm getting pretty tired.

dan saya mulai merasa capek.

As I motion for the tab,

Sembari saya meminta tagihan,

I make the mistake of asking him,

saya membuat kesalahan dengan bertanya,

"So where are you staying tonight?"

"Jadi kamu tinggal dimana malam ini?"

And he makes it worse by saying,

Dan dia memperburuk keadaan dengan mengatakan

"Actually, I don't have a place."

"Sebenarnya, aku tidak punya tempat tingal."

And I'm thinking, "Oh, man!"

Dan saya berpikir, "Oh, tidaak!"

What do you do?

Apa yang harus saya lakukan?

We've all been there, right?

Kita semua pernah berada dalam situasi ini, bukan?

Do I offer to host this guy?

Apa saya menawarkannya untuk menginap?

But, I just met him -- I mean,

Tapi, saya baru kenal dia hari ini --

he says he's going to the Peace Corps,

ya, dia bilang dia akan masuk Peace Corps,

but I don't really know if he's going to the Peace Corps

tapi saya tidak benar-benar tahu apa itu benar,

and I don't want to end up kidnapped in the trunk of a Miata.

dan saya tidak mau diculik dalam bagasi Miata.

That's a small trunk!

Bagasinya kecil!

So then I hear myself saying,

Lalu saya mendengar suara saya,

"Hey, I have an airbed you can stay on in my living room."

"Saya punya tempat tidur tiup (airbed) di ruang tamu, kamu bisa tidur disana."

And the voice in my head goes,

Lalu ada suara di kepala saya,

"Wait, what?"

"Tunggu! Apa?"

That night, I'm laying in bed,

Malam itu, saya berbaring di tempat tidur

I'm staring at the ceiling and thinking,

menatap langit-langit dan berpikir,

"Oh my god, what have I done?

"Ya Tuhan, apa yang baru saja kulakukan?"

There's a complete stranger sleeping in my living room.

Ada orang asing tidur di ruang tamu saya,

What if he's psychotic?"

bagaimana kalau dia psikopat?"

My anxiety grows so much,

Saya menjadi semakin khawatir

I leap out of bed,

sehingga saya keluar dari tempat tidur

I sneak on my tiptoes to the door,

berjingkat ke pintu,

and I lock the bedroom door.

dan mengunci pintu kamar saya.

It turns out he was not psychotic.

Ternyata dia bukan psikopat.

We've kept in touch ever since.

Kami tetap berhubungan setelahnya.

And the piece of art he bought at the yard sale

Dan karya seni yang dia beli

is hanging in his classroom; he's a teacher now.

sekarang menggantung di ruangan kelas; sekarang dia seorang guru.

Ini adalah pengalaman pertama saya menerima tamu bermalam,

This was my first hosting experience,

and it completely changed my perspective.

yang benar-benar mengubah pandangan saya.

Maybe the people that my childhood taught me to label as strangers

Mungkin orang-orang yang kita labeli orang asing di masa kecil,

were actually friends waiting to be discovered.

sebenarnya adalah teman yang menunggu untuk ditemukan.

The idea of hosting people on airbeds gradually became natural to me

Pemikiran untuk menerima tamu bermalam perlahan terasa normal

and when I moved to San Francisco,

dan ketika saya pindah ke San Fransisco

I brought the airbed with me.

saya membawa airbed itu.

So now it's two years later.

Dua tahun kemudian,

I'm unemployed, I'm almost broke,

saya menganggur, hampir bangkrut,

my roommate moves out, and then the rent goes up.

teman serumah saya baru pindah, dan sewa rumahnya naik.

And then I learn there's a design conference coming to town,

Lalu saya mendengar akan ada konferensi desain di kota,

and all the hotels are sold out.

dan semua hotel sudah penuh.

And I've always believed that turning fear into fun

Dan saya selalu meyakini bahwa mengubah ketakutan menjadi kesenangan

is the gift of creativity.

merupakan bakat kreativitas.

So here's what I pitch my best friend and my new roommate Brian Chesky:

Jadi saya mengajak sahabat dan teman serumah baru saya Brian Chesky:

"Brian, aku ada ide untuk menghasilkan sedikit uang --

"Brian, thought of a way to make a few bucks --

turning our place into 'designers bed and breakfast,'

mengubah tempat kita menjadi "penginapan untuk desainer,"

offering young designers who come to town a place to crash,

menawarkan tempat menginap untuk desainer muda

complete with wireless Internet, a small desk space,

lengkap dengan internet dan meja kecil,

sleeping mat, and breakfast each morning.

kasur tidur, dan sarapan pagi.

Ha!"

Ha!"

We built a basic website and Airbed and Breakfast was born.

Kami membuat sebuah website sederhana dan lahirlah penginapan airbed kami.

Three lucky guests got to stay

Tiga tamu beruntung berkesempatan untuk menginap

on a 20-dollar airbed on the hardwood floor.

di atas airbed seharga 200 ribu di lantai kayu yang keras.

But they loved it, and so did we.

Tapi mereka menyukainya dan begitu pula dengan kami.

I swear, the ham and Swiss cheese omelets we made

Sumpah, sarapan ham dan telur dadar keju Swiss yang kami buat

tasted totally different because we made them for our guests.

terasa begitu berbeda karena kami membuatnya untuk tamu kami.

We took them on adventures around the city,

Kami membawa mereka berpetualang di kota,

and when we said goodbye to the last guest,

dan ketika kami mengucapkan selamat jalan pada tamu yang terakhir

the door latch clicked,

dan pintu tertutup,

Brian and I just stared at each other.

saya dan Brian saling bertatapan,

Did we just discover it was possible to make friends

apakah kami baru saja menemukan bahwa kita bisa mendapatkan teman baru

while also making rent?

sembari menerima uang sewa?

The wheels had started to turn.

Rodanya mulai berputar.

My old roommate, Nate Blecharczyk,

Teman lama saya, Nate Blecharczyk,

joined as engineering co-founder.

bergabung sebagai co-founder teknik.

And we buckled down to see

Dan kami berkumpul untuk melihat

if we could turn this into a business.

apakah kami bisa mengubah pola ini menjadi sebuah bisnis.

Here's what we pitched investors:

Beginilah cara kami melobi investor:

"We want to build a website

"Kami mau membuat sebuah website

where people publicly post pictures of their most intimate spaces,

dimana orang-orang bisa mempublikasikan foto ruang pribadi mereka,

their bedrooms, the bathrooms --

kamar tidur mereka, kamar mandi --

the kinds of rooms you usually keep closed when people come over.

ruangan yang biasanya Anda tutup rapat ketika kedatangan tamu.

And then, over the Internet,

Lalu, melalui internet,

they're going to invite complete strangers to come sleep in their homes.

mereka akan mengundang orang asing untuk menginap di rumah mereka

It's going to be huge!"

Ini akan menjadi bisnis besar!"

(Laughter)

(Tertawa)

We sat back, and we waited for the rocket ship to blast off.

Kami beristirahat dan menunggu bisnis besar kami bekerja.

It did not.

Tapi tidak terjadi.

No one in their right minds would invest in a service

Tidak ada yang mau berinvestasi pada jasa layanan

that allows strangers to sleep in people's homes.

yang membuat orang asing menginap di rumah mereka.

Why?

Kenapa?

Because we've all been taught as kids, strangers equal danger.

Karena kita diajari sewaktu kecil, orang asing itu berbahaya.

Ketika Anda menghadapi suatu permasalahan, Anda akan mengacu pada

Now, when you're faced with a problem, you fall back on what you know,

and all we really knew was design.

apa yang Anda ketahui,

dan yang kami ketahui dengan baik adalah desain.

In art school, you learn that design is much more

Di sekolah seni, kita belajar bahwa desain itu lebih dari

than the look and feel of something -- it's the whole experience.

sekedar melihat dan merasakan sesuatu -- desain adalah keseluruhan pengalaman.

We learned to do that for objects,

Kita belajar melakukannya untuk benda mati.

but here, we were aiming to build Olympic trust

tapi disini, kami bertujuan untuk membangun kepercayaan mendalam

between people who had never met.

antara orang-orang yang belum pernah bertemu.

Could design make that happen?

Apakah desain dapat membuatnya terjadi?

Is it possible to design for trust?

Apakah mungkin mendesain rasa percaya?

I want to give you a sense of the flavor of trust

Saya ingin mendemonstrasikan pada Anda

that we were aiming to achieve.

rasa percaya seperti apa yang ingin kami capai.

I've got a 30-second experiment

Saya punya eksperimen 30 detik

that will push you past your comfort zone.

yang akan mendorong Anda keluar dari zona nyaman Anda.

If you're up for it, give me a thumbs-up.

Jika Anda bersedia mencoba, beri saya jempol.

OK, I need you to take out your phones.

OK, saya minta Anda mengeluarkan telepon genggam Anda.

Now that you have your phone out,

I'd like you to unlock your phone.

Buka kunci (unlock) telepon Anda,

Now hand your unlocked phone to the person on your left.

dan berikan telepon yang tidak terkunci itu ke orang di sebelah kiri Anda.

(Laughter)

(Tertawa)

That tiny sense of panic you're feeling right now --

Sensasi panik yang Anda rasakan sekarang -

(Laughter)

(Tertawa)

is exactly how hosts feel the first time they open their home.

begitulah perasaan pemilik rumah ketika mereka pertama kali menerima tamu.

Because the only thing more personal than your phone

Karena satu-satunya yang lebih pribadi dari telepon Anda

is your home.

adalah rumah Anda.

People don't just see your messages,

Orang tidak hanya melihat SMS Anda,

they see your bedroom,

mereka melihat kamar tidur Anda,

your kitchen, your toilet.

dapur, toilet.

Now, how does it feel holding someone's unlocked phone?

Nah, bagaimana rasanya memegang telepon tak terkunci milik orang lain?

Most of us feel really responsible.

Kebanyakan kita merasa bertanggung jawab.

That's how most guests feel when they stay in a home.

Itulah yang dirasakan tamu ketika mereka menginap di rumah Anda.

And it's because of this that our company can even exist.

Dan karena itulah perusahaan kami bisa muncul.

By the way, who's holding Al Gore's phone?

Ngomong-ngomong, siapa yang memegang telepon Al Gore?

(Laughter)

(Tertawa)

Would you tell Twitter he's running for President?

Apakah Anda akan ngetweet bahwa dia akan mencalonkan diri jadi presiden?

(Laughter)

(Tertawa)

(Applause)

(Tepuk tangan)

OK, you can hand your phones back now.

Baiklah, Anda bisa mengembalikan telepon tetangga Anda.

So now that you've experienced the kind of trust challenge

Jadi sekarang Anda sudah merasakan tantangan kepercayaan

we were facing,

yang kami hadapi.

I'd love to share a few discoveries we've made along the way.

Saya akan menceritakan beberapa hal yang kami temukan.

Bagaimana seandainya kita mengubah satu hal kecil

What if we changed one small thing

about the design of that experiment?

dari desain eksperimen ini?

What if your neighbor had introduced themselves first, with their name,

Bagaimana seandainya tetangga Anda memperkenalkan dirinya duluan,

where they're from, the name of their kids or their dog?

nama mereka, asal mereka, nama anak atau anjing mereka?

Imagine that they had 150 reviews of people saying,

Bayangkan mereka menerima 150 review yang mengatakan

"Mereka sangat bisa memegang telepon yang tidak dikunci!"

"They're great at holding unlocked phones!"

(Laughter)

(Tertawa)

Now how would you feel about handing your phone over?

Sekarang, bagaimana perasaan Anda tentang menyerahkan telepon padanya?

It turns out,

Ternyata, sebuah sistem reputasi yang dirancang dengan baik

a well-designed reputation system is key for building trust.

adalah kunci untuk membangun kepercayaan.

And we didn't actually get it right the first time.

Dan kami tidak melakukannya dengan benar pada awalnya.

It's hard for people to leave bad reviews.

Kebanyakan orang tidak mau meninggalkan review yang buruk.

Eventually, we learned to wait until both guests and hosts

Pada akhirnya, kami belajar untuk menunggu sampai tamu dan tuan rumah

left the review before we reveal them.

menuliskan review sebelum dipublikasikan.

Now, here's a discovery we made just last week.

Nah, inilah yang baru kami temukan minggu lalu.

We did a joint study with Stanford,

Kami melakukan studi dengan Universitas Stanford,

where we looked at people's willingness to trust someone

dimana kami melihat seberapa besar orang bersedia untuk mempercayai orang lain

based on how similar they are in age, location and geography.

berdasarkan kemiripan usia, lokasi dan geografis.

The research showed, not surprisingly,

Tidak mengejutkan, penelitian ini menunjukkan

we prefer people who are like us.

bahwa kita menyukai orang yang mirip dengan kita.

The more different somebody is,

Semakin berbeda seseorang,

the less we trust them.

semakin kecil rasa percaya kita.

Now, that's a natural social bias.

Ini adalah bias sosial alami.

But what's interesting is what happens

Tapi yang menarik adalah apa yang terjadi

when you add reputation into the mix,

ketika kita tambahkan reputasi sebagai faktor,

in this case, with reviews.

dalam kasus ini dengan menggunakan review.

Now, if you've got less than three reviews,

Jika Anda punya kurang dari 3 review,

nothing changes.

tak ada yang berubah.

But if you've got more than 10,

Tapi jika Anda punya lebih dari 10,

everything changes.

semuanya berubah.

High reputation beats high similarity.

Reputasi tinggi mengalahkan tingkat kemiripan tinggi.

The right design can actually help us overcome

Desain yang tepat dapat membantu kita mengalahkan

one of our most deeply rooted biases.

salah satu bias yang paling mengakar.

Now we also learned that building the right amount of trust

Kami juga menemukan bahwa membangun tingkat kepercayaan yang tepat

takes the right amount of disclosure.

membutuhkan keterbukaan informasi yang cukup.

This is what happens when a guest first messages a host.

Inilah yang terjadi ketika seorang tamu pertama kali menghubungi tuan rumah.

If you share too little, like, "Yo,"

Jika Anda berbagi terlalu sedikit, misalnya, "Yo,"

acceptance rates go down.

tingkat penerimaan turun.

And if you share too much, like,

dan jika Anda berbagi terlalu banyak, misalnya,

"I'm having issues with my mother,"

"Saya ada masalah dengan ibuku,"

(Laughter)

(Tertawa)

acceptance rates also go down.

tingkat penerimaan juga turun.

But there's a zone that's just right,

Tapi ada kadar yang tepat

like, "Love the artwork in your place. Coming for vacation with my family."

seperti,"Saya suka pajangan di rumah Anda. Datang untuk liburan bersama keluarga."

So how do we design for just the right amount of disclosure?

Jadi bagaimana kita mendesain untuk kadar informasi yang tepat?

We use the size of the box to suggest the right length,

Kami menggunakan kotak dengan ukuran yang menyarankan panjang pesan ideal

and we guide them with prompts to encourage sharing.

dan kami menyediakan petunjuk untuk mendorong tamu berbagi informasi.

We bet our whole company

Kami membangun keseluruhan perusahaan kami

on the hope that,

dengan harapan bahwa dengan desain yang benar

with the right design,

people would be willing to overcome the stranger-danger bias.

orang-orang akan mau mencoba

mengalahkan bias dimana orang asing sama dengan bahaya.

What we didn't realize

Yng tidak kami sadari

is just how many people

adalah berapa banyak orang

were ready and waiting to put the bias aside.

yang sudah siap dan menunggu untuk mengenyampingkan bias itu.

This is a graph that shows our rate of adoption.

Ini adalah grafik tingkat adopsi (Airbnb).

There's three things happening here.

Ada tiga hal yang terjadi di sini.

The first, an unbelievable amount of luck.

Pertama, tingkat keberuntungan yang tinggi.

The second is the efforts of our team.

Kedua, usaha tim kami.

And third is the existence of a previously unsatisfied need.

Ketiga, adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi sebelumnya.

Now, things have been going pretty well.

Sekarang, (bisnis) kami berjalan cukup lancar.

Obviously, there are times when things don't work out.

Tentu, ada kalanya usaha (kami) tidak berhasil.

Guests have thrown unauthorized parties

Tamu mengadakan pesta tanpa izin

and trashed homes.

dan membuat rumah kotor.

Hosts have left guests stranded in the rain.

Tuan rumah meninggalkan tamu basah kehujanan.

In the early days, I was customer service,

Waktu kami baru mulai, saya mengerjakan customer service,

and those calls came right to my cell phone.

dan semua telepon itu masuk langsung ke HP saya.

I was at the front lines of trust breaking.

Saya berada di garis depan dari kepercayaan yang retak.

And there's nothing worse than those calls,

Dan tidak ada yang lebih buruk dari telepon-telepon itu.

it hurts to even think about them.

bahkan memikirkannya saja menyakitkan.

And the disappointment in the sound of someone's voice

Dan kekecewaan yang terdengar dalam suara seseorang

was and, I would say, still is

adalah, dari dulu hingga sekarang,

our single greatest motivator to keep improving.

motivasi terbesar kami untuk terus menjadi lebih baik.

Thankfully, out of the 123 million nights we've ever hosted,

Untungnya, dari 123 juta malam kami mengakomodasi tamu,

less than a fraction of a percent have been problematic.

kurang dari 1 persen yang bermasalah.

Turns out, people are justified in their trust.

Ternyata, orang-orang menjaga kepercayaan mereka.

And when trust works out right,

Dan ketika kepercayaan bekerja,

it can be absolutely magical.

kita bisa mendapatkan keajaiban.

We had a guest stay with a host in Uruguay,

Ada seorang tamu menggunakan jasa Airbnb di Uruguay,

and he suffered a heart attack.

dan dia terkena serangan jantung.

The host rushed him to the hospital.

Si tuan rumah melarikannya ke rumah sakit,

They donated their own blood for his operation.

bahkan mendonasikan darahnya untuk operasi.

Let me read you his review.

Saya akan membacakan review-nya.

(Laughter)

(Tertawa)

"Excellent house for sedentary travelers

"Rumah yang bagus untuk pelancong yang tak banyak bergerak

prone to myocardial infarctions.

dan beresiko kena serangan jantung.

(Laughter)

(Tertawa)

The area is beautiful and has direct access to the best hospitals.

Lingkungannya indah dan ada akses langsung ke rumah sakit terbaik.

(Laughter)

(Tertawa)

Javier and Alejandra instantly become guardian angels

Javier dan Alejandra langsung menjadi malaikat pelindung

who will save your life without even knowing you.

yang akan menyelamatkan nyawa Anda meski mereka tidak kenal Anda.

They will rush you to the hospital in their own car while you're dying

Mereka akan buru-buru mengantar Anda ke rumah sakit ketika Anda sekarat

and stay in the waiting room while the doctors give you a bypass.

dan menunggu di ruang tunggu sementara dokter mengoperasi Anda.

They don't want you to feel lonely, they bring you books to read.

Mereka tidak ingin Anda merasa kesepian, mereka membawakan buku untuk dibaca.

And they let you stay at their house extra nights without charging you.

dan mereka membiarkan Anda tinggal di rumah mereka lebih lama

Highly recommended!"

tanpa tambahan biaya.

(Applause)

Sangat direkomendasikan!

(Tepuk tangan)

Of course, not every stay is like that.

Tentu saja, tidak semua tuan rumah seperti itu.

But this connection beyond the transaction

Tapi hubungan (yang terbentuk) lebih dari transaksi yang terjadi,

is exactly what the sharing economy is aiming for.

adalah tujuan dari sharing economy.

Now, when I heard that term,

Ketika saya mendengar istilah itu,

I have to admit, it tripped me up.

harus saya akui, saya tidak mengerti.

How do sharing and transactions go together?

Bagaimana berbagi dan transaksi berjalan bersamaan?

So let's be clear; it is about commerce.

Jadi mari kita perjelas, ini adalah transaksi perdagangan.

But if you just called it the rental economy,

Tapi kalau disebut "rental economy,"

it would be incomplete.

(definisinya) tidak komplit.

The sharing economy is commerce with the promise of human connection.

Sharing economy adalah perdagangan dengan janji akan hubungan antar manusia.

People share a part of themselves,

Orang membagi sebagian dari dirinya,

and that changes everything.

dan itu mengubah segalanya.

You know how most travel today is, like,

Anda tahu seperti apa perjalanan dewasa ini, seperti,

I think of it like fast food --

saya membayangkannya seperti makanan cepat saji --

it's efficient and consistent,

efisien dan konsisten,

at the cost of local and authentic.

tapi tanpa lokalitas dan keaslian.

What if travel were like a magnificent buffet

Bayangkan jika perjalanan (bisa) seperti buffet megah

of local experiences?

yang terdiri atas pengalaman lokal?

What if anywhere you visited,

Bayangkan jika kemana pun Anda berkunjung,

there was a central marketplace of locals

ada pasar dimana warga setempat

offering to get you thoroughly drunk

menawarkan Anda untuk minum bersama

on a pub crawl in neighborhoods you didn't even know existed.

di pub lokal yang Anda bahkan tidak tahu ada di sana.

Or learning to cook from the chef of a five-star restaurant?

Atau belajar memasak dari koki restoran bintang lima?

Today, homes are designed around the idea of privacy and separation.

Sekarang, rumah didesain dengan konsep privasi dan perpisahan.

What if homes were designed to be shared from the ground up?

Bagaimana jika rumah di desain untuk berbagi?

What would that look like?

Akan seperti apa bentuknya?

What if cities embraced a culture of sharing?

Bagaimana jika kota mengadopsi budaya berbagi?

I see a future of shared cities that bring us community and connection

Saya mellihat masa depan kota yang berbagi yang melahirkan komunitas dan hubungan

instead of isolation and separation.

dan bukan isolasi dan pemisahan.

In South Korea, in the city of Seoul,

Di Korea Selatan, di Seoul,

they've actually even started this.

mereka sudah memulainya.

They've repurposed hundreds of government parking spots

Mereka mengalih-gunakan ratusan lapangan parkir pemerintah

to be shared by residents.

untuk digunakan penduduk bersama-sama.

They're connecting students who need a place to live

Mereka menghubungkan mahasiswa yang butuh tempat tinggal

with empty-nesters who have extra rooms.

dengan penghuni yang punya ruangan ekstra.

And they've started an incubator to help fund the next generation

Dan mereka sudah memulai inkubator untuk membantu membiayai

start-up sharing economy generasi berikutnya.

of sharing economy start-ups.

Tonight, just on our service,

Malam ini, pada jasa layanan kami saja,

785,000 people

ada 785.000 orang

in 191 countries

di 191 negara

will either stay in a stranger's home

yang bersedia tinggal di rumah orang asing

or welcome one into theirs.

atau membuka pintu mereka untuk orang asing.

Clearly, it's not as crazy as we were taught.

Jelas, ini tidak segila seperti yang diajarkan pada kita.

We didn't invent anything new.

Kami tidak menciptakan sesuatu yang baru.

Hospitality has been around forever.

Keramah-tamahan sudah ada sejak lama.

There's been many other websites like ours.

Sudah ada banyak website seperti punya kami.

So, why did ours eventually take off?

Jadi, mengapa kami bisa sukses?

Luck and timing aside,

Selain keberuntungan dan waktu,

I've learned that you can take the components of trust,

saya belajar bahwa kita bisa mengambil komponen-komponen kepercayaan

and you can design for that.

dan kita bisa membuat desain untuk itu.

Design can overcome our most deeply rooted

Desain bisa mengalahkan bias terdalam kita

stranger-danger bias.

bahwa orang asing sama itu berbahaya.

And that's amazing to me.

Ini menakjubkjan bagi saya.

It blows my mind.

Mengejutkan.

I think about this every time I see a red Miata go by.

Saya memikirkannya setiap kali Miata merah lewat.

Now, we know design won't solve all the world's problems.

Nah, kita tahu desain tidak akan menyelesaikan semua masalah di dunia.

But if it can help out with this one,

Tapi kalau desain bisa membantu yang satu ini,

if it can make a dent in this,

kalau kita bisa membuat perubahan ini,

it makes me wonder, what else can we design for next?

saya jadi terpikir, apa lagi yang bisa kita desain selanjutnya.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)