Evgeny Morozov: How the Internet strengthens dictatorships

Translator: Ade Indarta Reviewer: Antonius Yudi Sendjaja

Good morning. I think, as a grumpy Eastern European,

Selamat pagi. Sebagai orang Eropa Timur yang terkenal penggerutu,

I was brought in to play the pessimist this morning. So bear with me.

saya sepertinya ditempatkan untuk menjadi si pesimis pagi ini. Harap bersabar.

Well, I come from the former Soviet Republic of Belarus,

Saya berasal dari Belarus, bekas Republik Soviet,

which, as some of you may know,

yang mungkin Anda tahu,

is not exactly an oasis of liberal democracy.

bukan surga bagi demokrasi liberal.

So that's why I've always been fascinated

Itulah mengapa saya selalu mengagumi

with how technology could actually reshape

bagaimana teknologi sungguh bisa membentuk

and open up authoritarian societies like ours.

dan membongkar masyarakat otoriter seperti kami.

So, I'm graduating college

Waktu itu saya baru lulus kuliah

and, feeling very idealistic,

dan, merasa sangat idealis,

I decided to join the NGO

saya memutuskan bergabung dengan LSM

which actually was using new media

yang menggunakan media baru

to promote democracy and media reform

untuk mempromosikan demokrasi dan reformasi media

in much of the former Soviet Union.

di sebagian besar bekas negara-negara Uni Soviet.

However, to my surprise,

Namun, ternyata,

I discovered that dictatorships

saya menemukan bahwa kediktatoran

do not crumble so easily.

tidak runtuh dengan mudah.

In fact, some of them actually

Bahkan, beberapa di antaranya

survived the Internet challenge,

berhasil bertahan melewati tantangan yang ada,

and some got even more repressive.

dan beberapa menjadi lebih represif.

So this is when I ran out of my idealism and

Saat itulah saya kehabisan idealisme dan

decided to quit my NGO job

memutuskan untuk keluar dari LSM,

and actually study how the Internet could impede democratization.

sebenarnya penelitian menunjukkan Internet dapat menghambat demokratisasi.

Now, I must tell you that this was never

Saya ingatkan sebelumnya, ini bukan

a very popular argument,

argumen yang populer.

and it's probably not very popular yet

Bahkan mungkin tidak dikenal

with some of you sitting in this audience.

oleh sebagian Anda yang duduk di sini.

It was never popular with many political leaders,

Tidak populer bagi banyak pemimpin politik,

especially those in the United States

terutama yang ada di Amerika Serikat

who somehow thought that new media

yang entah bagaimana, mengira bahwa media baru

would be able to do what missiles couldn't.

bisa melakukan apa yang tidak bisa dilakukan oleh misil.

That is, promote democracy in difficult places

Yaitu, mempromosikan demokrasi di tempat-tempat yang sulit

where everything else has already been tried and failed.

ketika yang lain sudah dicoba dan gagal.

And I think by 2009,

Saya rasa sekitar tahun 2009,

this news has finally reached Britain,

berita ini sampai di Inggris.

so I should probably add Gordon Brown to this list as well.

Mungkin sebaiknya saya juga menambahkan Gordon Brown ke dalam daftar.

However, there is an underlying argument about logistics,

Namun, ada juga argumen pokok tentang logistik,

which has driven so much of this debate. Right?

yang juga banyak mempengaruhi jalannya argumentasi ini.

So if you look at it close enough,

Jadi jika Anda melihat cukup dekat,

you'll actually see that much of this

Anda akan melihat bahwa ini sebenarnya

is about economics.

adalah tentang ekonomi.

The cybertopians say, much like fax machines

Para cybertopian berkata, mirip dengan mesin faks

and Xerox machines did in the '80s,

dan mesin xerox pada tahun 80-an,

blogs and social networks

blog dan jaringan sosial

have radically transformed the economics of protest,

mengubah ekonomi dari protes secara radikal.

so people would inevitably rebel.

Jadi orang pasti akan memberontak.

To put it very simply,

Secara sederhana,

the assumption so far has been

asumsi yang ada saat ini

that if you give people enough connectivity,

yaitu jika Anda bisa memberikan cukup konektivitas,

if you give them enough devices,

Jika Anda bisa memberikan cukup perangkat,

democracy will inevitably follow.

demokrasi pasti akan mengikuti.

And to tell you the truth,

Sejujurnya,

I never really bought into this argument,

Saya tidak pernah mempercayai argumen ini,

in part because I never saw three American presidents

sebagian karena belum pernah ada tiga presiden Amerika

agree on anything else in the past.

yang sepakat dalam suatu hal di masa lalu.

(Laughter)

(Suara tawa)

But, you know, even beyond that,

Tapi terlepas dari itu,

if you think about the logic underlying it,

jika kita memikirkan logika yang mendasarinya,

is something I call iPod liberalism,

sesuatu yang saya sebut liberalisme iPod.

where we assume that every single Iranian or Chinese

Kita berasumsi bahwa semua orang Iran atau Cina

who happens to have and love his iPod

yang kebetulan punya dan menyukai iPod

will also love liberal democracy.

juga akan menyukai demokrasi liberal.

And again, I think this is kind of false.

Sekali lagi, menurut saya ini salah.

But I think a much bigger problem with this

Tapi masalah yang jauh lebih besar dalam hal ini

is that this logic --

adalah bahwa logika ini ---

that we should be dropping iPods not bombs --

bahwa kita seharusnya menjatuhkan iPod, bukannya bom --

I mean, it would make a fascinating title

Memang itu akan menjadi judul menarik

for Thomas Friedman's new book.

untuk buku baru Thomas Friedman.

(Laughter)

(Suara tawa)

But this is rarely a good sign. Right?

Tapi ini bukan ide yang bagus.

So, the bigger problem with this logic

Jadi masalah yang lebih besar dalam hal logika ini

is that it confuses the intended

yaitu mengaburkan antara tujuan

versus the actual uses of technology.

dan kegunaan tekonologi yang sebenarnya.

For those of you who think that

Bagi Anda yang berpikir bahwa

new media of the Internet

media baru Internet

could somehow help us avert genocide,

bisa mencegah genosida,

should look no further than Rwanda,

Anda harus mengingat Rwanda.

where in the '90s it was actually two radio stations

Pada tahun 90-an ada dua stasiun radio di sana

which were responsible for fueling much of the ethnic hatred in the first place.

yang bertanggung jawab atas penyebaran kebencian antar etnis pada awalnya.

But even beyond that, coming back to the Internet,

Tapi terlepas dari itu, kembali ke Internet,

what you can actually see

yang benar-benar bisa kita lihat

is that certain governments

ada pemerintahan tertentu

have mastered the use of cyberspace

yang menguasai penggunaan ruang cyber

for propaganda purposes. Right?

untuk tujuan propaganda. Benar?

And they are building what I call the Spinternet.

Dan mereka membangun apa yang saya sebut spinternet.

The combination of spin, on the one hand,

Kombinasi dari kata "spin", pengalihan,

and the Internet on the other.

dan Internet.

So governments from Russia to China to Iran

Jadi pemerintahan mulai dari Rusia, Cina, dan Iran

are actually hiring, training and paying bloggers

mulai menyewa, melatih, dan membayar narablog

in order to leave ideological comments

untuk memberikan komentar ideologis

and create a lot of ideological blog posts

dan membuat tulisan blog ideologis yang banyak

to comment on sensitive political issues. Right?

untuk mengomentari masalah-masalah politik yang sensitif.

So you may wonder, why on Earth are they doing it?

Mungkin Anda bertanya-tanya mengapa mereka melakukannya?

Why are they engaging with cyberspace?

Mengapa mereka menggunakan ruang cyber?

Well my theory is that

Teori saya adalah

it's happening because censorship actually

ini terjadi karena sensor sebenarnya

is less effective than you think it is in many of those places.

tidak seefektif yang kita kira di sebagian besar tempat itu.

The moment you put something critical in a blog,

Begitu Anda meletakkan sesuatu yang kritis di sebuah blog,

even if you manage to ban it immediately,

bahkan jika Anda bisa langsung menyensornya,

it will still spread around thousands and thousands of other blogs.

hal itu akan menyebar di ribuan blog lain.

So the more you block it,

Jadi semakin kita memblokirnya,

the more it emboldens people to actually avoid the censorship

semakin akan mendorong orang untuk membacanya

and thus win in this cat-and-mouse game.

dan ini menjadi seperti kucing dan tikus.

So the only way to control this message

Satu-satunya cara mengendalikan pesan itu

is actually to try to spin it

adalah dengan mencoba memutarbalikkannya

and accuse anyone who has written something critical

dan menuduh orang yang menulis sesuatu yang kritis

of being, for example, a CIA agent.

sebagai, misalnya, agen CIA.

And, again, this is happening quite often.

Sekali lagi, ini sering sekali terjadi.

Just to give you an example of how it works in China, for example.

Sebagai gambaran yang terjadi di Cina, misalnya.

There was a big case in February 2009

Ada kasus besar pada bulan Februari 2009

called "Elude the Cat."

yang disebut "Elude the Cat."

And for those of you who didn't know, I'll just give a little summary.

Bagi Anda yang belum tahu, saya akan memberikan sedikit ringkasan.

So what happened is that a 24-year-old man,

Jadi yang terjadi adalah pria berusia 24 tahun itu,

a Chinese man, died in prison custody.

orang Cina, meninggal dalam tahanan.

And police said that it happened

Polisi mengatakan itu terjadi

because he was playing hide and seek,

karena dia sedang bermain petak umpet,

which is "elude the cat" in Chinese slang,

dalam bahasa Cina gaul ini disebut "elude the cat",

with other inmates and hit his head

dengan tahanan lain, dan kepalanya

against the wall,

membentur dinding.

which was not an explanation which sat well with many Chinese bloggers.

Penjelasan yang kurang bisa dipercaya oleh para narablog Cina.

So they immediately began posting a lot of critical comments.

Mereka pun mulai mengirim komentar-komentar kritis.

In fact, QQ.com, which is a popular Chinese website,

Bahkan, QQ.com, sebuah situs web populer di Cina,

had 35,000 comments

mendapat 35.000 komentar

on this issue within hours.

untuk masalah itu dalam hitungan jam.

But then authorities did something very smart.

Tapi, pihak berwenang melakukan sesuatu yang sangat pintar.

Instead of trying to purge these comments,

Bukannya menghapus komentar-komentar itu,

they instead went and reached out to the bloggers.

mereka mencoba berkomunikasi dengan narablog.

And they basically said, "Look guys. We'd like you to become netizen investigators."

Pada intinya mereka berkata, "Begini. Kami ingin Anda menjadi penyelidik netizen."

So 500 people applied,

Maka 500 orang melamar

and four were selected to actually go and tour the facility in question,

dan empat orang kemudian dipilih untuk mengunjungi penjara yang jadi masalah,

and thus inspect it and then blog about it.

dan menyelidikinya, kemudian menuliskannya di blog.

Within days the entire incident was forgotten,

Dalam hitungan hari, peristiwa itu terlupakan,

which would have never happened if they simply tried to block the content.

ini tidak akan terjadi jika mereka langsung mencoba memblokir isinya.

People would keep talking about it for weeks.

Orang-orang akan terus membahasnya berminggu-minggu.

And this actually fits with another interesting theory

Ini sebenarnya cocok dengan teori lainnya yang menarik

about what's happening in authoritarian states

tentang apa yang terjadi di negara yang otoriter,

and in their cyberspace.

dan di ruang cyber mereka.

This is what political scientists call authoritarian deliberation,

Ini yang disebut oleh ilmuwan politik sebagai deliberasi otoriter.

and it happens when governments are actually reaching out to their critics

Ini terjadi saat pemerintah mencoba merangkul orang yang mengkritisi mereka

and letting them engage with each other online.

dan melibatkan mereka secara online.

We tend to think

Kita cenderung berpikir

that somehow this is going to harm these dictatorships,

bahwa hal ini akan membahayakan kediktatoran,

but in many cases it only strengthens them.

tapi seringkali, itu justru memperkuatnya.

And you may wonder why.

Anda mungkin bertanya alasannya.

I'll just give you a very short list of reasons

Saya akan memberikan daftar alasan yang sangat pendek

why authoritarian deliberation

mengapa deliberasi otoriter

may actually help the dictators.

sebenarnya bisa membantu para diktator.

And first it's quite simple.

Yang pertama, sederhana.

Most of them operate in a complete information vacuum.

Sebagian besar mereka beroperasi di ruang hampa informasi.

They don't really have the data they need

Mereka tidak punya data yang mereka perlukan

in order to identify emerging threats facing the regime.

untuk bisa mengenali ancaman yang dihadapi rezim mereka.

So encouraging people to actually go online

Jadi mendorong orang-orang untuk online

and share information and data

dan membagikan informasi dan data

on blogs and wikis is great

di blog dan wiki adalah tepat

because otherwise, low level apparatchiks and bureaucrats

karena jika tidak, aparat dan birokrat tingkat bawah

will continue concealing what's actually happening in the country, right?

akan mencoba menutupi apa yang sebenarnya terjadi, benar?

So from this perspective, having blogs and wikis

Dari perspektif ini, mendorong blog dan wiki

produce knowledge has been great.

memproduksi pengetahuan adalah tepat.

Secondly, involving public in any decision making

Kedua, melibatkan masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan

is also great

juga tepat

because it helps you to share the blame

karen ini akan membantu menyebarkan tanggung jawab

for the policies which eventually fail.

jika kebijakan yang dihasilkan akhirnya gagal.

Because they say, "Well look, we asked you,

Mereka bisa mengatakan, "Kami sudah bertanya,

we consulted you, you voted on it.

kami meminta pendapat Anda, Anda sudah memilih.

You put it on the front page of your blog.

Anda memasangnya di halaman depan blog Anda.

Well, great. You are the one who is to blame."

Jadi Andalah yang salah."

And finally, the purpose of

Terakhir, tujuan

any authoritarian deliberation efforts

usaha deliberasi otoriter apapun

is usually to increase the legitimacy of the regimes, both at home and abroad.

biasanya untuk meningkatkan legitimasi rezim itu, baik di dalam maupun luar negeri.

So inviting people to all sorts of public forums,

Jadi mengundang banyak orang ke forum terbuka,

having them participate in decision making,

dan meminta mereka berpartisipasi dalam pengambilan keputusan,

it's actually great.

sangatlah tepat.

Because what happens is that then

Karena yang terjadi kemudian adalah

you can actually point to this initiative and say,

Anda bisa menunjuk inisitatif ini dan berkata,

"Well, we are having a democracy. We are having a forum."

"Kita sedang berdemokrasi. Kita mengadakan forum."

Just to give you an example,

Sebagai contoh saja,

one of the Russian regions, for example,

salah satu daerah di Rusia misalnya,

now involves its citizens

sekarang melibatkan penduduknya

in planning its strategy up until year 2020.

dalam merencanakan strateginya sampai tahun 2020.

Right? So they can go online

Jadi mereka bisa online

and contribute ideas on what that region would look like by the year 2020.

dan menyumbangkan ide seperti apa daerah itu nantinya di tahun 2020.

I mean, anyone who has been to Russia would know

Siapa pun yang sudah pernah ke Rusia pasti tahu

that there was no planning in Russia for the next month.

Rusia bahkan tidak punya rencana untuk bulan depan.

So having people involved in planning for 2020

Jadi melibatkan orang-orang dalam membuat rencana sampai 2020

is not necessarily going to change anything,

tidak berarti akan mengubah semuanya.

because the dictators are still the ones who control the agenda.

Karena pada akhirnya para diktatorlah yang mengendalikan agendanya.

Just to give you an example from Iran,

Contoh lain dari Iran.

we all heard about the Twitter revolution

Kita semua mendengar tentang revolusi Twitter

that happened there,

yang terjadi di sana.

but if you look close enough, you'll actually see

Tapi jika kita melihat lebih dekat, kita akan tahu

that many of the networks and blogs

sebagian besar jaringan dan blog

and Twitter and Facebook were actually operational.

dan Twitter dan Facebook, tetap berfungsi.

They may have become slower,

Situs itu mungkin menjadi lebih lambat,

but the activists could still access it

tapi para aktivis masih bisa mengaksesnya

and actually argue that having access to them

dan bahkan berpendapat akses ini

is actually great for many authoritarian states.

sebenarnya menguntungkan negara-negara otoriter.

And it's great simply because

Menguntungkan karena

they can gather open source intelligence.

mereka bisa mengumpulkan informasi intelijen secara terbuka.

In the past it would take you weeks, if not months,

Di masa lalu, perlu waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan,

to identify how Iranian activists connect to each other.

untuk mengetahui hubungan antara para aktivis Iran.

Now you actually know how they connect to each other

Sekarang, kita bisa mengetahui hubungan mereka

by looking at their Facebook page.

dengan melihat halaman Facebook mereka.

I mean KGB, and not just KGB,

Dulu KGB, bukan cuma KGB,

used to torture in order to actually get this data.

harus menyiksa untuk mendapatkan data ini.

Now it's all available online.

Sekarang, semua tersedia online.

(Laughter)

(Suara tawa)

But I think the biggest conceptual pitfall

Tapi menurut saya kesalahan konseptual terbesar

that cybertopians made

yang dibuat oleh para cybertopian itu

is when it comes to digital natives, people who have grown up online.

terkait dengan warga asli digital, orang-orang yang tumbuh online.

We often hear about cyber activism,

Kita sering mendengar tentang aktivisme cyber,

how people are getting more active because of the Internet.

bagaimana orang menjadi lebih aktif karena internet.

Rarely hear about cyber hedonism, for example,

Kita jarang mendengar tentang hedonisme cyber, misalnya,

how people are becoming passive.

bagaimana orang menjadi pasif.

Why? Because they somehow assume that the Internet

Mengapa? Karena mereka berasumsi bahwa Internet

is going to be the catalyst of change

akan menjadi katalis perubahan

that will push young people into the streets,

yang mendorong para pemuda ke jalanan,

while in fact it may actually be the new opium for the masses

padahal sebaliknya, Internet justru menjadi opium baru bagi massa

which will keep the same people in their rooms downloading pornography.

menahan orang-orang diam di kamar mereka mengunduh pornografi.

That's not an option being considered too strongly.

Ini hal-hal yang tidak pernah dipikirkan sungguh-sungguh.

So for every digital renegade that is revolting in the streets of Tehran,

Jadi untuk setiap para aktivis yang memberontak di jalanan Teheran,

there may as well be two digital captives

mungkin ada dua tahanan digital

who are actually rebelling only in the World of Warcraft.

yang hanya memberontak di World of Warcraft.

And this is realistic. And there is nothing wrong about it

Dan ini realistis. Tidak ada yang salah dengan ini

because the Internet has greatly empowered many of these young people

karena Internet sudah banyak bermanfaat para pemuda ini.

and it plays a completely different social role for them.

Internet memainkan peran sosial yang benar-benar berbeda bagi mereka.

If you look at some of the surveys

Jika kita melihat beberapa survei

on how the young people actually benefit from the Internet,

tentang bagaimana pemuda memanfaatkan Internet,

you'll see that the number of teenagers in China, for example,

kita akan melihat jumlah pemuda di Cina, misalnya,

for whom the Internet actually broadens their sex life,

yang mendapatkan pengalaman seks lebih banyak dari Internet,

is three times more than in the United States.

jumlahnya tiga kali lebih besar daripada di Amerika Serikat.

So it does play a social role,

Jadi Internet memang memainkan peran sosial,

however it may not necessarily lead to political engagement.

namun tidak selalu berhubungan dengan keterlibatan politis.

So the way I tend to think of it

Jadi saya cenderung untuk berpikir

is like a hierarchy of cyber-needs in space,

ini seperti piramida kebutuhan-cyber.

a total rip-off from Abraham Maslow.

Mencontek dari Abraham Maslow.

But the point here is that

Tapi intinya adalah

when we get the remote Russian village online,

saat kita memberikan Internet ke sebuah desa terpencil di Rusia,

what will get people to the Internet

yang akan mendorong orang-orang ke Internet

is not going to be the reports from Human Rights Watch.

tidak akan menghasilkan laporan dari Human Rights Watch.

It's going to be pornography, "Sex and the City,"

Tapi pornografi, film Sex in the City,

or maybe watching funny videos of cats.

atau mungkin video lucu tentang kucing.

So this is something you have to recognize.

Jadi inilah yang harus kita ketahui.

So what should we do about it?

Apa yang harus kita lakukan?

Well I say we have to stop thinking

Menurut saya, kita harus berhenti berpikir

about the number of iPods per capita

tentang jumlah iPod per kapita

and start thinking about ways in which

dan mulai berpikir tentang bagaimana

we can empower intellectuals,

kita bisa memberdayakan para intelektual,

dissidents, NGOs and then the members of civil society.

oposisi, LSM, dan anggota masyarakat sipil.

Because even what has been happening up 'til now

Karena terlepas dari apa yang telah terjadi hingga kini

with the Spinternet and authoritarian deliberation,

dengan adanya spinternet dan deliberasi otoriter,

there is a great chance that those voices will not be heard.

kemungkinan besar suara-suara mereka tidak akan terdengar.

So I think we should shatter some of our utopian assumptions

Jadi menurut saya, kita harus membuang beberapa asumsi utopia kita

and actually start doing something about it.

dan mulai mewujudkannya.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)