A brief history of chess - Alex Gendler

Translator: Muhammad Awaludin Reviewer: Ade Indarta

The attacking infantry advances steadily,

Pasukan penyerang melangkah maju,

their elephants already having broken the defensive line.

gajah mereka telah menghancurkan garis pertahanan.

The king tries to retreat, but enemy cavalry flanks him from the rear.

Sang raja mencoba mundur, tapi kavaleri musuh mengepung dari belakang.

Escape is impossible.

Melarikan diri mustahil.

But this isn’t a real war–

Namun ini bukan perang sungguhan–

nor is it just a game.

ini hanyalah permainan.

Over the roughly one-and-a-half millennia of its existence,

Lebih dari satu setengah milenium dari keberadaannya,

chess has been known as a tool of military strategy,

catur telah dikenal sebagai alat strategi militer,

a metaphor for human affairs, and a benchmark of genius.

metafora untuk urusan manusia, dan tolak ukur kegeniusan.

While our earliest records of chess are in the 7th century,

Meski catatan paling awal tentang catur yaitu dari abad ke-7,

legend tells that the game’s origins lie a century earlier.

legenda menjelaskan bahwa asal-usulnya ada pada seabad sebelumnya.

Supposedly, when the youngest prince of the Gupta Empire was killed in battle,

Menurut dugaan, saat pangeran termuda Kerajaan Gupta tewas dalam perang,

his brother devised a way of representing the scene to their grieving mother.

kakaknya berencana menggambarkan adegan itu kepada ibunya yang berduka.

Set on the 8x8 ashtapada board used for other popular pastimes,

Dirancang di papan ashtapada 8x8 yang digunakan untuk hiburan popular lain,

a new game emerged with two key features:

permainan baru muncul dengan dua fitur utama:

different rules for moving different types of pieces,

aturan bergerak yang berbeda, jenis bidak yang berbeda,

and a single king piece whose fate determined the outcome.

dan satu bidak raja yang nasibnya menentukan hasilnya.

The game was originally known as chaturanga–

Permainan ini semula dikenal sebagai chaturanga–

a Sanskrit word for "four divisions."

kata Sanskerta yang berarti "empat divisi".

But with its spread to Sassanid Persia,

Namun dengan persebarannya ke Sasan Persia,

it acquired its current name and terminology–

ia mendapatkan nama dan istilahnya yang sekarang–

"chess," derived from "shah," meaning king, and “checkmate” from "shah mat,"

"chess", berasal dari "shah", artinya raja dan "checkmate"dari "shah mat",

or “the king is helpless.”

atau "raja tak tertolong."

After the 7th century Islamic conquest of Persia,

Setelah penaklukan Islam atas Persia di abad ke-7,

chess was introduced to the Arab world.

catur diperkenalkan ke dunia Arab.

Transcending its role as a tactical simulation,

Melampaui perannya sebagai simulasi taktik,

it eventually became a rich source of poetic imagery.

catur menjadi sumber yang kaya akan citra puitis.

Diplomats and courtiers used chess terms to describe political power.

Diplomat menggunakan istilah catur untuk menggambarkan kekuatan politiknya.

Ruling caliphs became avid players themselves.

Khalifah yang berkuasa menjadi ketagihan bermain.

And historian al-Mas’udi considered the game a testament to human free will

Sejarawan al-Mas'udi menganggap permainan ini sebagai bukti kehendak manusia

compared to games of chance.

daripada permainan keberuntungan.

Medieval trade along the Silk Road carried the game to East and Southeast Asia,

Perdagangan abad pertengahan Jalur Sutra membawanya ke Asia Timur dan Tenggara,

where many local variants developed.

di mana banyak varian lokal berkembang.

In China, chess pieces were placed at intersections of board squares

Di China, bidak catur ditempatkan di persimpangan kotak papan

rather than inside them, as in the native strategy game Go.

bukan di dalam kotak, seperti permainan strategi pribuminya, Go.

The reign of Mongol leader Tamerlane saw an 11x10 board

Pemimpin kerajaan Mongol, Tamerlane, melihat papan 11x10

with safe squares called citadels.

dengan kotak aman yang disebut benteng.

And in Japanese shogi, captured pieces could be used by the opposing player.

Dan di shogi Jepang, bidak yang tertawan dapat digunakan oleh pemain lawan.

But it was in Europe that chess began to take on its modern form.

Namun di Eropa, catur mulai menggunakan bentuk modernnya.

By 1000 AD, the game had become part of courtly education.

Pada 1000 M, catur menjadi bagian dari pendidikan tata krama.

Chess was used as an allegory

Catur digunakan sebagai gambaran

for different social classes performing their proper roles,

untuk strata sosial yang berbeda yang menunjukkan peran yang layak,

and the pieces were re-interpreted in their new context.

dan bidak-bidak itu ditafsirkan ke dalam konteks yang baru.

At the same time, the Church remained suspicious of games.

Secara bersamaan, Gereja tetap curiga terhadap permainan ini.

Moralists cautioned against devoting too much time to them,

Moralis memperingatkan untuk tidak menghabiskan banyak waktu dengannya,

with chess even being briefly banned in France.

sehingga catur mulai dilarang di Perancis.

Yet the game proliferated,

Namun catur semakin berkembang,

and the 15th century saw it cohering into the form we know today.

dan abad ke-15 memandangnya cocok dengan bentuk yang kita kenal sekarang:

The relatively weak piece of advisor was recast as the more powerful queen–

Bidak penasihat yang relatif lemah digantikan oleh ratu yang lebih kuat–

perhaps inspired by the recent surge of strong female leaders.

mungkin terinspirasi oleh gelombang besar pemimpin wanita yang kuat.

This change accelerated the game’s pace,

Perubahan ini mempercepat tempo permainan,

and as other rules were popularized,

dan saat peraturan lain dipopulerkan,

treatises analyzing common openings and endgames appeared.

risalah yang menganalisa pembukaan dan penutup yang umum mulai bermunculan.

Chess theory was born.

Lahirlah teori catur.

With the Enlightenment era, the game moved from royal courts to coffeehouses.

Di Abad Pencerahan, catur berpindah dari kerajaan ke kedai kopi.

Chess was now seen as an expression of creativity,

Catur kini dianggap sebagai ekspresi kreativitas,

encouraging bold moves and dramatic plays.

mendorong langkah berani dan permainan dramatis.

This "Romantic" style reached its peak in the Immortal Game of 1851,

Gaya "Romantis" ini mencapai puncaknya pada "Immortal Game" di tahun 1851,

where Adolf Anderssen managed a checkmate

di mana Adolf Andersen merancang skakmat

after sacrificing his queen and both rooks.

setelah mengorbankan ratu dan kedua bentengnya.

But the emergence of formal competitive play in the late 19th century

Namun lahirnya permainan kompetitif formal di akhir abad ke-19

meant that strategic calculation would eventually trump dramatic flair.

berarti bahwa perhitungan strategis akan melahirkan bakat dramatis.

And with the rise of international competition,

Dan berkat bangkitnya kompetisi internasional,

chess took on a new geopolitical importance.

catur mengambil peran geopolitik yang baru.

During the Cold War,

Selama Perang Dingin,

the Soviet Union devoted great resources to cultivating chess talent,

Uni Soviet menyediakan penghasilan besar untuk memberdayakan talenta catur,

dominating the championships for the rest of the century.

mendominasi juara di sisa abad itu.

But the player who would truly upset Russian dominance

Namun pemain yang benar-benar akan mengecewakan dominasi Rusia

was not a citizen of another country

bukanlah warga negara lain

but an IBM computer called Deep Blue.

tetapi komputer IBM yang bernama Deep Blue.

Chess-playing computers had been developed for decades,

Komputer pemain catur telah dikembangkan selama satu dekade,

but Deep Blue’s triumph over Garry Kasparov in 1997

tetapi keberhasilan Deep Blue mengalahkan Garry Kasparov di 1997

was the first time a machine had defeated a sitting champion.

adalah pertama kalinya sebuah mesin mengalahkan seorang juara.

Today, chess software is capable of consistently defeating

Kini, perangkat lunak catur mampu dengan konsisten mengalahkan

the best human players.

pemain manusia terbaik.

But just like the game they’ve mastered,

Sama seperti permainan yang mereka kuasai,

these machines are products of human ingenuity.

mesin-mesin ini adalah produk kecerdasan manusia.

And perhaps that same ingenuity will guide us out of this apparent checkmate.

Dan mungkin kecerdasan itu yang akan menuntun kita keluar dari skakmat ini.