What is schizophrenia? - Anees Bahji

Translator: Elda Indria Sari Reviewer: Reno Kanti Riananda

Schizophrenia was first identified more than a century ago,

Skizofrenia ditemukan pertama kali lebih dari seabad yang lalu,

but we still don’t know its exact causes.

tetapi kita masih belum tahu penyebab pastinya.

It remains one of the most misunderstood and stigmatized illnesses today.

Ia masih menjadi penyakit yang paling disalahpahami dan dicap negatif saat ini.

So, let’s walk through what we do know— from symptoms to causes and treatments.

Mari lihat apa yang sudah kita ketahui— dari gejala, penyebab dan pengobatannya.

Schizophrenia is considered a syndrome,

Skizofrenia dianggap sebagai sindrom,

which means it may encompass a number of related disorders

artinya ia bisa mencakup sejumlah gangguan terkait

that have similar symptoms but varying causes.

dengan gejala yang mirip, tetapi bersumber dari beragam penyebab.

Every person with schizophrenia has slightly different symptoms,

Setiap penderita skizofrenia memiliki sedikit perbedaan gejala,

and the first signs can be easy to miss— subtle personality changes, irritability,

gejala awal mudah terlewat— perubahan kepribadian ringan, mudah marah,

or a gradual encroachment of unusual thoughts.

atau gangguan pikiran tak wajar yang muncul perlahan.

Patients are usually diagnosed after the onset of psychosis,

Pasien biasanya didiagnosis setelah mendapat serangan psikosis,

which typically occurs in the late teens or early twenties for men

yang umumnya menjangkiti pria di akhir usia remaja atau awal 20-an

and the late twenties or early thirties for women.

dan di akhir usia 20-an atau awal 30-an pada wanita.

A first psychotic episode can feature delusions, hallucinations,

Gangguan psikosis awal bisa berupa delusi, halusinasi,

and disordered speech and behavior.

dan gangguan bicara serta perilaku.

These are called positive symptoms,

Ini dinamakan gejala positif,

meaning they occur in people with schizophrenia

artinya dialami oleh mereka yang menderita skizofrenia

but not in the general population.

tetapi tidak dalam populasi umum.

It’s a common misperception that people with schizophrenia

Satu kesalahan persepsi yang umum adalah bahwa penderita skizofrenia

have multiple personalities,

memiliki kepribadian ganda,

but these symptoms indicate a disruption of thought processes,

tetapi gejala ini menandakan gangguan pada proses berpikir,

rather than the manifestation of another personality.

alih-alih munculnya kepribadian lain.

Schizophrenia also has negative symptoms,

Skizofrenia juga punya gejala negatif,

these are qualities that are reduced in people with schizophrenia,

yaitu penurunan kondisi pada penderita skizofrenia,

such as motivation, expression of emotion, or speech.

seperti motivasi, pengekspresian emosi, atau kemampuan berbicara.

There are cognitive symptoms as well, like difficulty concentrating,

Ada juga gejala kognitif, seperti susah konsentrasi,

remembering information, and making decisions.

susah mengingat informasi, dan membuat keputusan.

So what causes the onset of psychosis?

Lalu apa penyebab serangan psikosis?

There likely isn’t one single cause, but a combination

Kemungkinan tidak hanya satu, tetapi gabungan dari

of genetic and environmental risk factors that contribute.

faktor risiko genetik dan lingkungan.

Schizophrenia has some of the strongest genetic links of any psychiatric illness.

Skizofrenia memiliki hubungan genetik kuat dengan penyakit kejiwaan.

Though about 1% of people have schizophrenia,

Meskipun penderita skizofrenia hanya sekitar 1%,

children or siblings of people with schizophrenia are ten times likelier

anak atau saudara dari penderita skizofrenia sepuluh kali lebih berisiko

to develop the disease,

untuk terkena penyakit ini,

and an identical twin of someone with schizophrenia

dan saudara kembar identik dari seorang penderita skizofrenia

has a 40% chance of being affected.

memiliki 40% peluang untuk terkena penyakit ini.

Often, immediate relatives of people with schizophrenia

Acap kali, kerabat dekat penderita skizofrenia

exhibit milder versions of traits associated with the disorder—

menunjukkan gejala kelainan yang lebih ringan—

but not to an extent that requires treatment.

tetapi tidak sampai tahap membutuhkan perawatan.

Multiple genes almost certainly play a role,

Beberapa gen juga hampir pasti berpengaruh,

but we don’t know how many, or which ones.

tetapi kita tak tahu berapa banyak, atau yang mana saja.

Environmental factors like exposure to certain viruses in early infancy

Faktor lingkungan seperti terpapar virus tertentu di awal masa kanak-kanak

might increase the chance that someone will develop schizophrenia,

bisa meningkatkan risiko skizofrenia,

and use of some drugs, including marijuana,

dan penggunaan narkoba tertentu, termasuk ganja,

may trigger the onset of psychosis

bisa memicu serangan psikosis

in highly susceptible individuals.

pada individu yang sangat rentan.

These factors don’t affect everyone the same way.

Faktor-faktor ini tidak memengaruhi semua orang secara sama.

For those with very low genetic risk,

Bagi mereka yang risiko genetiknya rendah,

no amount of exposure to environmental risk factors

paparan faktor risiko lingkungan sebesar apa pun

will lead them to develop schizophrenia;

tidak akan memicu skizofrenia;

for those with very high risk, moderate additional risk might tip the balance.

bagi mereka yang berisiko tinggi, ancaman sedikit saja bisa berbahaya.

The antipsychotic drugs used to treat schizophrenia have helped researchers

Obat antipsikotik yang dipakai merawat skizofrenia telah membantu peneliti

work backwards to trace signatures of the disorder in the brain.

melacak tanda-tanda kelainan di otak.

Traditional antipsychotics block dopamine receptors.

Obat antipsikotik tradisional menghadang reseptor dopamin.

They can be very effective in reducing positive symptoms,

Obat ini bisa sangat efektif dalam mengurangi gejala positif,

which are linked to an excess of dopamine in particular brain pathways.

yang terkait dengan kelebihan dopamin dalam jalur tertentu di otak.

But the same drugs can make negative symptoms worse,

Namun obat yang sama bisa memperparah gejala negatif,

and we’ve found that negative symptoms of schizophrenia may be tied

dan gejala negatif skizofrenia mungkin disebabkan oleh

to too little dopamine in other brain areas.

terlalu sedikit dopamin di bagian otak lainnya.

Some people with schizophrenia show a loss of neural tissue,

Beberapa penderita skizofrenia kehilangan jaringan sarafnya,

and it’s unclear whether this atrophy is a result of the disease itself

tidak jelas apakah atrofi ini disebabkan oleh penyakit itu sendiri

or drug-induced suppression of signaling.

atau penekanan sinyal yang dipicu oleh obat.

Fortunately, newer generations of antipsychotics aim to address

Untungnya, antipsikotik jenis baru dibuat untuk mengatasi

some of these issues by targeting multiple neurotransmitters,

beberapa masalah ini dengan membidik beberapa neurotransmiter,

like serotonin in addition to dopamine.

seperti serotonin, selain juga dopamin.

It’s clear that no one transmitter system is responsible for all symptoms,

Jelas tidak ada sistem transmiter yang memicu semua gejala,

and because these drugs affect signaling throughout the brain and body,

dan karena obat ini memengaruhi sinyal di otak dan seluruh tubuh,

they can have other side effects like weight gain.

bisa timbul efek samping seperti penambahan berat badan.

In spite of these complications, antipsychotics can be very effective,

Walau demikian, antipsikotik bisa sangat manjur,

especially when combined with other interventions

terutama jika dikombinasikan dengan perawatan lain

like cognitive-behavioral therapy.

seperti terapi perilaku kognitif.

Electroconvulsive therapy, though it provides relatively short-lived relief,

Walau efek terapi elektrokonvulsif tidak berlangsung lama,

is also re-emerging as an effective treatment,

juga bisa menjadi perawatan yang efektif,

especially when other options have failed.

terutama jika opsi lain tak berhasil.

Early intervention is also extremely important.

Perawatan dini juga sangat penting.

After months or years of untreated psychosis,

Jika dibiarkan selama bulanan bahkan tahunan,

certain psychoses can become embedded in someone’s personality.

psikosis tertentu bisa tertanam dalam kepribadian seseorang.

And yet, the dehumanizing stigma attached to this diagnosis

Namun, stigma tidak manusiawi yang melekat pada diagnosis ini

can prevent people from seeking help.

menyebabkan orang-orang segan mencari bantuan.

People with schizophrenia are often perceived as dangerous,

Penderita skizofrenia sering kali dianggap berbahaya,

but are actually much more likely to be the victims of violence

tapi sebenarnya mereka lebih cenderung menjadi korban kekerasan

than the perpetrators.

daripada menjadi pelakunya.

And proper treatment may help reduce the likelihood of violence

Perawatan yang baik bisa mengurangi kemungkinan kekerasan

associated with schizophrenia.

yang berkaitan dengan skizofrenia.

That’s why education— for patients, their families, and their communities—

Itulah mengapa pendidikan— untuk pasien, keluarganya, dan masyarakat—

helps erode the stigma and improves access to treatment.

membantu mengikis stigma dan meningkatkan akses ke perawatan.