Why should you read Charles Dickens? - Iseult Gillespie

Translator: Yohealvien Himerlyn Reviewer: Elda Indria Sari

The starving orphan seeking a second helping of gruel.

Anak yatim yang kelaparan mencari tambahan porsi bubur.

The spinster wasting away in her tattered wedding dress.

Perawan tua tersia-sia dalam gaun pengantin compang-camping.

The stone-hearted miser plagued by the ghost of Christmas past.

Si kikir berhati batu dihantui oleh hantu Natal masa lalu.

More than a century after his death,

Lebih dari seabad setelah kematiannya,

these remain recognizable figures from the work of Charles Dickens.

mereka masih menjadi figur yang dikenal dari karya Charles Dickens.

So striking is his body of work that it gave rise to its own adjective.

Begitu istimewa karyanya hingga menjadi kata sifat tersendiri.

But what are the features of Dickens's writing that make it so special?

Namun fitur apa yang membuat tulisan Dickens sangat istimewa?

Dickens’s fiction brims with anticipation

Kisah fiksi Dickens penuh dengan antisipasi

through brooding settings, plot twists, and mysteries.

lewat latar yang suram, plot kejutan dan misteri.

These features of his work kept his audience wanting more.

Fitur-fitur ini membuat pembacanya merasa ketagihan.

When first published, his stories were serialized,

Ketika pertama diterbitkan, cerita-ceritanya dibuat serial,

meaning they were released a few chapters at a time in affordable literary journals

artinya diterbitkan beberapa bab sekaligus di jurnal sastra murah

and only later reprinted as books.

dan baru di kemudian hari diterbitkan ulang sebagai buku.

This prompted fevered speculation over the cliffhangers

Hal ini mengakibatkan spekulasi akan situasi menegangkan

and revelations he devised.

dan pengungkapan yang ia rancang.

Serialization not only made fiction available to a wider audience

Serialisasi tidak hanya membuat fiksi hadir untuk khalayak yang lebih luas

and kept them reading,

dan membuat mereka tetap membaca,

but increased the hype around the author himself.

tetapi juga meningkatkan kepopuleran sang pengarang itu sendiri.

Dickens became particularly popular for his wit,

Dickens menjadi terkenal akan kepintarannya,

which he poured into quirky characters and satiric scenarios.

yang ia tuangkan ke dalam tokoh-tokoh dan skenario satirisnya.

His characters exhibit the sheer absurdity of human behavior,

Karakternya menunjukkan absurditas semata-mata dari perilaku manusia,

and their names often personify traits or social positions,

dan namanya sering melambangkan ciri-ciri atau posisi sosial,

like the downtrodden Bob Cratchit,

seperti Bob Cratchit yang tertindas,

the groveling Uriah Heep,

Uriah Heep yang rendah diri,

and the cheery Septimus Crisparkle.

dan Septimus Crisparkle yang ceria.

Dickens set these colorful characters against intricate social backdrops,

Dickens mengatur karakter warna-warni ini dengan latar belakang sosial rumit,

which mimic the society he lived in.

yang meniru masyarakat tempat dia tinggal.

For instance, he often considered

Contohnya, ia sering mempertimbangkan

the changes brought about by the Industrial Revolution.

perubahan yang terjadi akibat Revolusi Industri.

During this period,

Selama periode ini,

the lower classes experienced sordid working and living conditions.

kelas rendah menjalani pekerjaan kotor dan kehidupan yang buruk.

Dickens himself experienced this hardship as a child

Dickens sendiri mengalami kesulitan ini sebagai seorang anak

when he was forced to work in a boot blacking factory

ketika ia terpaksa bekerja di pabrik penyemiran sepatu bot

after his father was sent to debtors' prison.

setelah ayahnya dikirim ke penjara pengutang.

This influenced his depiction of the Marshalsea prison in Little Dorrit,

Hal ini memengaruhi gambarannya akan penjara Marshalsea di Little Dorrit,

where the titular character cares for her convict father.

tempat karakter tituler merawat ayahnya yang dihukum.

Prisons, orphanages, or slums may seem grim settings for a story,

Penjara, panti asuhan, atau gubuk mungkin tampak suram untuk sebuah cerita,

tetapi mereka membuat Dickens bisa menjelaskan

but they allowed Dickens to shed light

on how his society's most invisible people lived.

bagaimana hidup masyarakat yang paling tak terlihat.

In Nicholas Nickleby,

Dalam Nicholas Nickleby,

Nicholas takes a job with the schoolmaster Wackford Squeers.

Nicholas dipekerjakan oleh kepala sekolah Wackford Squeers.

He soon realizes that Squeers is running a scam

Dia segera menyadari bahwa Squeers menjalankan penipuan

di mana ia mengambil anak yang tidak diinginkan orang tua mereka dengan biaya

where he takes unwanted children from their parents for a fee

and subjects them to violence and deprivation.

dan menjadikan mereka korban kekerasan dan perampasan.

Oliver Twist also deals with the plight of children in the care of the state,

Oliver Twist juga menyinggung masalah anak-anak dalam perawatan negara,

illustrating the brutal conditions of the workhouse

menggambarkan kondisi brutal tempat kerja

in which Oliver pleads with Mr. Bumble for food.

di mana Oliver meminta makan pada Mr. Bumble.

When he flees to London, he becomes ensnared in a criminal underworld.

Ketika melarikan diri ke London, ia terperangkap dalam dunia kriminal.

These stories frequently portray Victorian life

Kisah-kisah ini sering menggambarkan kehidupan Victoria

as grimy, corrupt, and cruel.

sebagai kotor, korup, dan kejam.

But Dickens also saw his time as one in which old traditions

Namun Dickens juga melihat masanya sebagai masa tradisi lama memudar.

were fading away.

London was becoming the incubator of the modern world

London menjadi inkubator dunia modern

through new patterns in industry, trade, and social mobility.

melalui pola baru dalam industri, perdagangan, dan mobilitas sosial.

Dickens's London is therefore a dualistic space:

Oleh karena itu, Dickens London adalah ruang dualistik:

a harsh world that is simultaneously filled with wonder and possibility.

dunia yang keras yang dipenuhi keajaiban sekaligus kemungkinan.

For instance, the enigma of Great Expectations

Misalnya, teka-teki Harapan Besar

centers around the potential of Pip,

berpusat di sekitar potensi Pip,

an orphan plucked from obscurity by an anonymous benefactor

anak yatim piatu yang diselamatkan dari ketidakpastian oleh dermawan anonim

and propelled into high society.

dan menjadi masyarakat kelas atas.

In his search for purpose,

Dalam mencari tujuan hidupnya,

Pip becomes the victim of other people’s ambitions for him

Pip menjadi korban dari ambisi orang lain

and must negotiate with a shadowy cast of characters.

dan harus bernegosiasi dengan tokoh bayangan.

Like many of Dickens’s protagonists,

Seperti banyak protagonis Dickens,

poor Pip's position is constantly destabilized,

posisi Pip yang malang terus terusik,

just one of the reasons why reading Dickens

salah satu alasan mengapa membaca karya Dickens

is the best of times for the reader,

adalah saat terbaik bagi pembaca,

while being the worst of times for his characters.

dan saat terburuk untuk karakternya.

Dickens typically offered clear resolution by the end of his novels,

Dickens biasanya menawarkan resolusi yang jelas pada akhir novelnya,

– with the exception of The Mystery of Edwin Drood.

- dengan pengecualian The Mystery of Edwin Drood.

The novel details the disappearance of the orphan Edwin under puzzling circumstances.

Novel ini merinci hilangnya Edwin anak yatim dalam situasi yang membingungkan.

However, Dickens died before the novel was finished

Namun, Dickens meninggal sebelum novel itu selesai

and left no notes resolving the mystery.

dan tidak meninggalkan catatan yang menyelesaikan misteri itu.

Readers continue to passionately debate over who Dickens intended as the murderer,

Pembaca terus berdebat tentang siapa yang dimaksud Dickens sebagai pembunuh,

and whether Edwin Drood was even murdered in the first place.

dan apakah Edwin Drood benar-benar dibunuh.

Throughout many adaptations,

Lewat banyak adaptasi,

literary homages,

penghormatan sastra,

and the pages of his novels,

dan halaman-halaman novelnya,

Dickens’s sparkling language and panoramic worldview

Bahasa Dickens yang memukau dan pandangan dunia yang indah

continue to resonate.

terus beresonansi.

Today, the adjective Dickensian

Hari ini, kata sifat Dickensian

often implies squalid working or living conditions.

sering menyiratkan kondisi kerja atau kehidupan yang kotor.

But to describe a novel as Dickensian is typically high praise,

Namun untuk menyebut novel sebagai Dickensian biasanya pujian yang tinggi,

as it suggests a story in which true adventure and discovery

karena menunjukkan sebuah kisah di mana petualangan dan penemuan sejati

occur in the most unexpected places.

terjadi di tempat paling tak terduga.

Although he often explored bleak material,

Meskipun ia sering menjelajahi bahan suram,

Dickens’s piercing wit never failed to find light in the darkest corners.

Kecerdasan Dickens tidak pernah gagal menemukan cahaya di sudut paling gelap.