Zahra' Langhi: Why Libya's revolution didn't work -- and what might

Translator: Timothy Covell Reviewer: Morton Bast

Translator: Rizki Febriani Reviewer: Ezy Wiranda

Saya tidak akan pernah melupakan nasehat nenek saya

yang meninggal dalam pengasingan:

“Nak, lawan Gaddafi. Lawan dia.

I have never, ever forgotten the words of my grandmother

Namun, jangan pernah menjadi

seperti revolusi Gaddafi.”

who died in her exile:

"Son, resist Gaddafi. Fight him.

Hampir dua tahun berlalu

But don't you ever turn

sejak Revolusi Libya pecah,

into a Gaddafi-like revolutionary."

terinspirasi dari gelombang mobilisasi massal

pada revolusi Tunisia dan Mesir.

Almost two years have passed

since the Libyan Revolution broke out,

Saya bergabung dengan banyak orang Libya dari dalam dan luar Libya

inspired by the waves of mass mobilization

untuk menyerukan hari kemarahan

in both the Tunisian and the Egyptian revolutions.

dan menginisiasi revolusi melawan rezim tirani Gaddafi.

I joined forces with many other Libyans inside and outside Libya

Lalu terjadilah, revolusi besar.

to call for a day of rage

Perempuan dan laki-laki muda Libya berada di garis depan

and to initiate a revolution against the tyrannical regime of Gaddafi.

menuntut kejatuhan rezim,

menggaungkan slogan kebebasan, martabat, dan keadilan sosial.

And there it was, a great revolution.

Young Libyan women and men were at the forefront

Mereka telah menunjukkan keberanian yang patut dicontoh

calling for the fall of the regime,

untuk mengkonfrontasi kediktatoran brutal Gaddafi.

raising slogans of freedom, dignity, social justice.

Mereka telah menunjukkan solidaritas yang kuat

dari paling timur ke paling barat ke paling selatan.

They have shown an exemplary bravery

Akhirnya, setelah perang brutal selama 6 bulan

in confronting the brutal dictatorship of Gaddafi.

They have shown a great sense of solidarity

dengan jumlah korban mencapai 50.000 jiwa,

from the far east to the far west to the south.

Eventually, after a period of six months of brutal war

kami berhasil membebaskan negara kami dan menggulingkan tirani.

(Tepuk tangan)

and a toll rate of almost 50,000 dead,

we managed to liberate our country and to topple the tyrant.

Namun, Gaddafi meninggalkan beban berat,

warisan tirani, korupsi, dan bibit perpecahan.

(Applause)

However, Gaddafi left behind a heavy burden,

Selama 4 dekade rezim tirani Gaddafi

a legacy of tyranny, corruption and seeds of diversions.

mereka menghancurkan infrastruktur

juga budaya dan moralitas masyarakat Libya.

For four decades Gaddafi's tyrannical regime

Sadar atas kehancuran dan tantangan ini,

destroyed the infrastructure as well as the culture and the moral fabric of Libyan society.

Saya dan banyak perempuan lain ingin membangun kembali masyarakat sipil Libya,

menuntut transisi yang inklusif dan adil

Aware of the devastation and the challenges,

menuju demokrasi dan rekonsiliasi nasional.

I was keen among many other women to rebuild the Libyan civil society,

Hampir 200 organisasi didirikan di Benghazi

selama dan segera setelah jatuhnya Gaddafi --

calling for an inclusive and just transition

hampir 300 di Tripoli.

to democracy and national reconciliation.

Setelah 33 tahun diasingkan, saya kembali ke Libya,

Almost 200 organizations were established in Benghazi

during and immediately after the fall of Gaddafi --

dan dengan antusiasme unik,

almost 300 in Tripoli.

saya mulai menyelenggarakan lokakarya

tentang peningkatan kapasitas, pengembangan kemampuan kepemimpinan.

After a period of 33 years in exile, I went back to Libya,

Dengan sekelompok perempuan yang menakjubkan.

and with unique enthusiasm,

Saya menjadi rekan pendiri dari Libya Women’s Platform for Peace,

I started organizing workshops

gerakan perempuan, pemimpin, dari berbagai latar belakang kehidupan,

on capacity building, on human development of leadership skills.

untuk melobi pemberdayaan perempuan di bidang sosial-politik

With an amazing group of women,

I co-founded the Libyan Women's Platform for Peace,

dan melobi hak kami

a movement of women, leaders, from different walks of life,

untuk partisipasi setara dalam pembangunan demokrasi dan perdamaian.

to lobby for the sociopolitical empowerment of women

Saya menjumpai lingkungan yang sangat sulit di masa pra-pemilu,

and to lobby for our right

lingkungan yang sangat terpolarisasi,

for equal participation in building democracy and peace.

lingkungan yang dibentuk oleh

I met a very difficult environment in the pre-elections,

politik egois yang menginginkan dominasi dan eksklusi.

an environment which was increasingly polarized,

Saya memimpin sebuah inisiatif oleh Libyan Women’s Platform for Peace

an environment which was shaped by the selfish politics of dominance and exclusion.

untuk melobi hukum pemilu yang lebih inklusif,

hukum yang mampu memberikan warga negara, tidak peduli apa pun latar belakangnya,

I led an initiative by the Libyan Women's Platform for Peace

hak untuk memilih dan menjadi kandidat,

to lobby for a more inclusive electoral law,

dan yang paling penting ialah menetapkan partai politik

a law that would give every citizen, no matter what your background,

dimana ada alternatif kandidat laki-laki dan perempuan

the right to vote and run,

secara vertikal dan horizontal dalam daftar mereka,

and most importantly to stipulate on political parties

membentuk daftar menyerupai ritsleting.

Pada akhirnya, inisiatif kami diadopsi dan sukses.

the alternation of male and female candidates

vertically and horizontally in their lists,

Perempuan memenangkan 17,5% Kongres Nasional

creating the zipper list.

Eventually, our initiative was adopted and successful.

dalam pemilu pertama setelah 52 tahun.

(Tepuk tangan)

Women won 17.5 percent of the National Congress

Sayangnya, sedikit demi sedikit, euforia pemilu,

in the first elections ever in 52 years.

(Applause)

dan revolusi secara keseluruhan,

memudar --

However, bit by bit, the euphoria of the elections,

karena setiap hari kami bangun dengan berita mengenai kekerasan.

Suatu hari kami bangun dengan berita

and of the revolution as a whole,

perusakan masjid bersejarah dan kuburan Sufi.

was fading out --

Hari lainnya kami bangun dengan berita

for every day we were waking up to the news of violence.

pembunuhan duta besar Amerika dan serangan pada konsulatnya.

One day we wake up to the news

Hari lain kami bangun dengan berita

of the desecration of ancient mosques and Sufi tombs.

pembunuhan perwira tentara.

On another day we wake up to the news

Setiap hari, setiap hari, kami bangun dengan kekuasaan milisi

of the murder of the American ambassador and the attack on the consulate.

dan pelanggaran hak asasi manusia terus menerus pada tahanan

On another day we wake up to the news

of the assassination of army officers.

dan ketidakhormatan mereka pada hukum.

And every day, every day we wake up with the rule of the militias

Masyarakat kami yang dibentuk oleh pola pikir revolusi,

and their continuous violations of human rights of prisoners

menjadi lebih terpolarisasi

dan menjauh dari prinsip ideal --

and their disrespect of the rule of law.

kebebasan, martabat, dan keadilan sosial --

Our society, shaped by a revolutionary mindset,

yang pertama digaungkan.

Intoleransi, eksklusi, dan balas dendam

became more polarized

and has driven away from the ideals and the principles --

menjadi ikon pasca revolusi.

freedom, dignity, social justice --

that we first held.

Saya disini hari ini bukan untuk menginspirasi Anda

Intolerance, exclusion and revenge

dengan kisah sukses dari daftar menyerupai ritsleting dan pemilu.

became the icons of the [aftermath] of the revolution.

Saya disini hari ini untuk mengakui

bahwa kami sebagai bangsa telah salah dalam mengambil pilihan dan keputusan.

I am here today not at all to inspire you

with our success story of the zipper list and the elections.

Kami tidak memprioritaskan hal yang benar.

I'm rather here today to confess

Karena pemilu tidak membawa kedamaian, stabilitas, dan keamanan di Libya.

that we as a nation took the wrong choice, made the wrong decision.

Apakah daftar seperti ritsleting

We did not prioritize right.

dan alternatif kandidat perempuan dan laki-laki

For elections did not bring peace and stability and security in Libya.

membawa kedamaian dan rekonsiliasi nasional?

Tidak.

Did the zipper list and the alternation between female and male candidates

Kemudian apa?

Mengapa masyarakat terus terpolarisasi dan terdominasi

bring peace and national reconciliation?

oleh politik egois dan eksklusi, baik oleh laki-laki dan perempuan?

No, it didn't.

What is it, then?

Why does our society continue to be polarized and dominated

Mungkin apa yang hilang bukan hanya perempuan saja,

with selfish politics of dominance and exclusion, by both men and women?

tetapi nilai feminin dari kasih sayang, belas kasih, dan inklusi.

Maybe what was missing was not the women only,

Masyarakat kami perlu dialog nasional dan pembangunan konsensus

but the feminine values of compassion, mercy and inclusion.

lebih dari kebutuhan akan pemilu,

yang justru memperkuat polarisasi dan pembagian divisi.

Masyarakat kami perlu representasi kualitatif dari feminitas

Our society needs national dialogue and consensus-building

more than it needed the elections,

lebih dari jumlah, representatif kuantitatif dari feminitas.

which only reinforced polarization and division.

Our society needs the qualitative representation of the feminine

Kami perlu berhenti menjadi agen kemarahan dan menyerukan hari kemarahan.

more than it needs the numerical, quantitative representation of the feminine.

Kami perlu mulai menjadi agen kasih sayang dan belas kasihan.

We need to stop acting as agents of rage and calling for days of rage.

Kami perlu mengembangkan wacana feminin

yang tidak hanya menghormati, tetapi juga menerapkan

We need to start acting as agents of compassion and mercy.

belas kasih alih-alih balas dendam, kolaborasi alih-alih kompetisi,

We need to develop a feminine discourse

that not only honors but also implements

inklusi alih-alih eksklusi.

mercy instead of revenge, collaboration instead of competition,

Ini adalah hal ideal yang sangat dibutuhkan oleh Libya

yang hancur karena perang untuk meraih kedamaian.

Karena kedamaian punya rumus,

inclusion instead of exclusion.

dan rumus ini adalah tentang jalinan,

These are the ideals that a war-torn Libya

needs desperately in order to achieve peace.

perspektif feminin dan maskulin yang digunakan bergantian.

For peace has an alchemy,

Inilah ritsleting sebenarnya.

and this alchemy is about the intertwining, the alternation

Kami perlu menegakkan keberadaannya

sebelum membahas sosial-politik.

Berdasarkan ayat al-Qur’an

between the feminine and masculine perspectives.

“Salam” -- kedamaian -- “dalam nama Tuhan yang maha pengasih dan penyayang, raheem,”

That's the real zipper.

And we need to establish that existentially

before we do so sociopolitically.

Sebaliknya, kata “raheem,” yang diketahui di semua tradisi Abraham,

According to a Quranic verse

"Salam" -- peace -- "is the word of the all-merciful God, raheem."

punya akar yang sama dengan bahasa Arab “rahem” -- rahim --

yang menyimbolkan feminitas maternal yang meliputi seluruh manusia

In turn, the word "raheem," which is known in all Abrahamic traditions,

baik laki-laki maupun perempuan,

has the same root in Arabic as the word "rahem" -- womb --

dari semua suku, semua orang, dari manapun asal mereka.

symbolizing the maternal feminine encompassing all humanity

Seperti rahim yang membungkus embrio

from which the male and the female,

from which all tribes, all peoples, have emanated from.

yang tumbuh di dalamnya,

matriks ilahiah dari kasih sayang menutrisi keseluruhan eksistensi.

And so just as the womb entirely envelopes the embryo, which grows within it,

Karena itu kita diberi tahu bahwa, “belas kasih-Ku meliputi segala sesuatu.”

the divine matrix of compassion nourishes the entire existence.

Makanya kita diberi tahu, “belas kasih-Ku lebih utama dibandingkan kemarahan-Ku.”

Thus we are told that "My mercy encompasses all things."

Semoga kita semua diberkahi dengan belas kasih.

(Tepuk tangan)

Thus we are told that "My mercy takes precedence over my anger."

Terima kasih.

(Tepuk tangan)

May we all be granted a grace of mercy.

(Applause)

Thank you.

(Applause)