3 lessons on decision-making from a poker champion | Liv Boeree

Translator: Mario V Reviewer: Azfa Adid

So I'm a professional poker player,

Saya adalah seorang pemain poker profesional.

and today, I want to talk about three things that the game has taught me

Hari ini, saya ingin membahas tiga hal dari permainan ini yang saya pelajari,

around decision-making that I find apply to everyday life.

dan semuanya dapat membantu kemampuan ambil keputusan di kehidupan sehari-hari.

Yang pertama, keberuntungan.

Now the first of these things is about luck.

Now, like poker, life is also a game of skill and luck,

Mirip dengan poker, hidup kita juga butuh keterampilan dan keberuntungan,

and when it comes to the biggest things we care about --

dan untuk hal-hal yang cenderung paling kita pedulikan --

health, wealth and relationships --

kesehatan, kekayaan, dan hubungan manusia --

these outcomes don't only depend on the quality of our decision-making,

hal-hal ini tidak hanya bergantung dengan keputusan-keputusan yang kita ambil,

but also the roll of life's dice.

keberuntungan bisa mengubah semuanya.

For example, we can be perfectly health-conscious

Misalkan, walau kita jaga kesehatan sebisa mungkin

and still get unlucky with something like cancer.

tetap saja bisa sial dan kena kanker.

Or we can smoke 20 a day and live to a ripe old age,

Sebaliknya, orang yang merokok 20 batang sehari tapi hidup panjang juga ada.

and this kind of ambiguity can make it hard for us to know

Keambiguan seperti ini kadang membuat kita bingung

how good our strategies are, sometimes,

apakah keputusan yang kita ambil tepat atau tidak.

especially when we're experiencing a lot of success.

Apalagi ketika kita mengalami rentetan kesuksesan.

Misalkan, pada tahun 2010,

For example, back in 2010,

I won a really big poker tournament known as the European Poker Tour.

saya jadi juara di turnamen poker besar, namanya European Poker Tour.

And because I'd only been playing full-time for about a year,

Saat itu saya baru jadi profesional selama satu tahun,

when I won, I assumed I must be rather brilliant.

saat saya juara, jadi saya berasumsi saya berbakat.

Bahkan sampai berpikir bahwa saya jenius,

In fact, I thought I was so brilliant

that I not only got rather lazy with studying the game,

dan saya jadi malas mempelajari permainannya.

but I also got more risky,

Saya juga mulai mengambil risiko,

started playing in the biggest tournaments I could

mendaftar di turnamen-turnamen terbesar

against the very best in the world.

dan bertanding dengan yang terbaik di dunia.

And then my profit graph went from a thing of beauty

Alhasil, grafik kemenangan saya yang aslinya indah

to something kind of sad,

menjadi agak menyedihkan,

with this worrying downhill trend for a long time,

karena garisnya terus turun untuk waktu yang lama.

Kemudian saya sadar bahwa saya terlalu angkuh,

until I finally realized that I was overestimating my skill level,

and got my act together.

dan saya menyesal .

And this kind of reminds me of what we've been seeing

Rasanya ini cukup mirip dengan kejadian

yang terjadi di bidang cryptocurrency sekitar tahun 2017.

in the cryptocurrency space, at least in 2017,

where the only thing that's been going up faster than the markets themselves

Pasarnya sendiri bertumbuh cepat, tapi yang lebih cepat lagi adalah

is the number of "senior investment specialists"

jumlah "spesialis investasi senior"

who have been appearing out of nowhere.

yang mendadak melonjak.

Now I'm not saying it's not possible to have a strategic edge,

Tentu saja seseorang bisa memiliki keuntungan strategis,

but at the same time, it's very easy to feel like a genius

tapi orang tersebut juga bisa berasumsi bahwa mereka jenius,

when you're in a market that's going up so fast

padahal sukses karena pasarnya yang lagi melonjak

that even the worst strategies are making a profit.

sampai keputusan terburuk pun bisa buat untung.

So when we're experiencing success,

Jadi, ketika kita sukses,

it's important to take a moment to really ask ourselves

kita tidak boleh lupa introspeksi diri.

how much of it is truly down to us,

"Apakah ini benar-benar berkat kemampuanku?"

because our egos love to downplay the luck factor when we're winning.

Karena kita suka memuji diri dan tidak mempertimbangkan keberuntungan kita.

Nah, hal ke dua yang poker ajarkan saya adalah

Now, a second thing poker taught me

is the importance of quantifying my thinking.

kemampuan untuk berpikir menggunakan angka.

When you're playing, you can't just get away with going,

Ketika bermain poker, kita tidak bisa asal berpikir,

"Hehe, palingan ngibul."

"Eh, they're probably bluffing."

That's just going to lose you a bunch of money,

Itu akan membuat Anda kehilangan uang,

because poker is a game of probabilities and precision,

karena poker adalah permainan yang butuh persentase dan ketelitian,

and so you have to train yourself to think in numbers.

jadi kita harus membiasakan diri berpikir menggunakan angka.

So now, whenever I catch myself

Sejak itu, bila saya sedang

thinking vaguely about something really important, like,

memikirkan sesuatu yang penting, seperti --

"Tidak mungkin saya lupa apa yang akan saya bicarakan di TED Talk." --

"It's unlikely I'll forget what I want to say in my TED Talk,"

I now try to estimate it numerically.

Saya berusaha menggunakan persentase.

(Laughter)

(Tertawa)

Trust me, it helps a lot with the planning process.

Sungguh, ini membantu perencanaan.

Dan sebenarnya, apapun yang terjadi di saat ini

And the thing is, almost anything that could possibly happen here today,

or at any point in the future,

ataupun di masa depan

juga bisa diestimasikan menggunakan angka.

can also be expressed as a probability, too.

(Laughter)

(Tertawa)

So now I also try to speak in numbers as well.

Jadi, saya juga menggunakan angka di pembicaraan sekarang.

So if someone asks me,

Bila ada yang bertanya,

"Hey, Liv, do you think you're going to come along to that thing tonight?"

"Liv, Anda bisa mampir nanti malam?"

Saya tidak bilang, "Mungkin."

instead of just saying to them, "Yeah, probably,"

Saya beri estimasi terbaik saya.

I actually give them my best estimate --

Misalnya, 60 persen.

say, 60 percent.

Because -- I know that sounds a little odd --

Mungkin ini agak aneh, tapi saya melakukan ini

but the thing is, I ran a poll on Twitter

karena saya pernah survei di Twitter

of what people understand the word "probably" to mean,

mengenai pemahaman orang atas konsep "mungkin".

Berikut hasilnya.

and this was the spread of answers.

Enormous!

Beda besar!

Jadi, kata "mungkin" itu sebenarnya kurang jelas.

So apparently, it's absolutely useless

at actually conveying any real information.

So if you guys catch yourselves using these vague words,

Nah, bila Anda menggunakan kata-kata yang ambigu

like "probably" or "sometimes,"

seperti "mungkin" atau "suatu saat",

try, instead, using numbers, because when we speak in numbers,

coba gunakan angka konkrit sebagai penggantinya. Dengan itu,

we know what lands in the other person's brain.

lawan bicara kita akan punya gambaran yang jelas juga.

Now, the third thing I want to touch on today is intuition.

Oke, hal yang ketiga adalah intuisi.

How often have you seen these kinds of inspirational memes

Kalian sering tidak, melihat meme inspirasional

in your Facebook feed?

di laman Facebook kalian?

[Percaya instingmu. Dia selalu benar.]

[Always trust your gut feeling and never second-guess.]

They're nice, right?

Terlihat bagus kan?

It's lovely. Yes. "Trust your soul."

Konsep yang indah, "Percaya jiwamu."

Tapi semua itu adalah saran yang buruk.

Well, they're terrible advice.

These are some of the best poker players in the world right now.

Berikut adalah pemain-pemain poker terbaik di dunia saat ini.

Do they look like people who live purely off feelings and intuitions?

Memangnya mereka terlihat seperti orang yang menggunakan perasaan dan intuisi?

(Laughter)

(Tertawa)

Look at them!

Lihat mereka!

Obviously, these guys are about slow, careful analysis,

Jelas ya, mereka tipe yang menganalisa dengan perlahan dan hati-hati,

and that's because the game has outgrown the days

karena permainannya sudah berevolusi jauh

dari masa-masa ketika kecerdikan dan baca emosi

where pure street smarts and people-reading

can get you to the top.

membuat Anda menang.

And that's because our intuitions aren't nearly as perfect

Ini karena intuisi kita tidak sebagus yang kita percaya.

as we'd like to believe.

I mean, it'd be great, whenever we're in a tough spot,

Ya, betapa enaknya ya kalau lagi di situasi sulit

mendadak solusinya muncul dengan ajaib berkat inspirasi.

to just have an answer appear to us from some magical source of inspiration.

But in reality, our gut is extremely vulnerable

Tapi sebenarnya, insting kita mudah terpengaruh

to all kinds of wishful thinking and biases.

oleh pengharapan ataupun prasangka.

So then, what is our gut good for?

Jadi, kapan insting kita bermanfaat?

Well, all the studies I've read

Berdasarkan hasil studi yang telah saya baca,

conclude that it's best-suited for everyday things

insting itu paling cocok untuk kejadian sehari-hari

that we have lots and lots of experience in,

yang sudah kita alami berkali-kali.

like how we just know that our friend is mad at us

Contoh, kita sadar bila teman kita sedang marah terhadap kita

before we've even said anything to them,

padahal bicara saja belum.

Atau, ketika kita parkir mobil di tempat yang sempit.

or whether we can fit our car into a tight parking spot.

But when it comes to the really big stuff,

Tapi kalau berhubungan dengan hal-hal yang besar

like what's our career path going to be

seperti jalan karier kita atau pasangan nikah kita,

or who should we marry,

why should we assume that our intuitions

kenapa berasumsi bahwa intuisi kita lebih bagus daripada

are better calibrated for these than slow, proper analysis?

analisa yang cermat dan perlahan?

I mean, they don't have any data to be based off.

Kan tidak ada sumber data sebagai referensi.

So my third lesson is, while we shouldn't ignore our intuitions,

Jadi, pelajaran ketiga. Intuisi dapat memberi saran yang bagus.

we shouldn't overprivilege them either.

Tapi jangan terlalu mengandalkannya.

And I'd like to summarize these three lessons today

Nah, saya akan meringkas tiga pelajaran tadi

dengan meme yang saya sendiri, ala pemain poker.

with my own set of memes,

with more of a poker-player twist.

"Success is sweetest when you achieve it across a large sample size."

"Sukses itu manis..."

"...kalau tidak jarang."

(Laughter)

(Tertawa)

"Your gut is your friend and so is a cost-benefit analysis.

"Insting adalah sobatmu..."

"...begitu juga analisa biaya-manfaat."

(Laughter)

"The future is unknown, but you can damn well try and estimate it."

"Tiada yang bisa tahu masa depan..."

"...Tapi kita bisa coba estimasikan."

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)