Karen Armstrong: 2008 TED Prize wish: Charter for Compassion

Translator: Usep Syaripudin Reviewer: Dewi Barnas

Well, this is such an honor. And it's wonderful to be

Merupakan sebuah kehormatan bagi saya untuk diundang berbicara di sini.

in the presence of an organization that is really making a difference in the world.

Saya senang sekali ada bersama organisasi yang sungguh membuat perbedaan di dunia

And I'm intensely grateful for the opportunity to speak to you today.

Dan saya sangat berterima kasih atas kesempatan untuk berbicara hari ini.

And I'm also rather surprised, because when I look back on my life

Saya juga terkejut, karena ketika saya melihat kembali kehidupan saya

the last thing I ever wanted to do was write, or be in any way involved in religion.

hal terakhir yang ingin saya lakukan ialah menulis atau terlibat dengan agama.

After I left my convent, I'd finished with religion, frankly.

Setelah keluar dari biara, sebenarnya saya tak mau lagi berhubungan dengan agama.

I thought that was it.

Begitulah saya pikir.

And for 13 years I kept clear of it. I wanted to be an English literature professor.

Dan selama 13 tahun saya pegang teguh itu. Saya ingin menjadi profesor sastra Inggris

And I certainly didn't even want to be a writer, particularly.

Dan saya juga tidak ingin menjadi penulis.

But then I suffered a series of career catastrophes,

Tetapi kemudian saya mengalami serangkaian kegagalan karir, satu demi satu,

one after the other, and finally found myself in television. (Laughter)

hingga akhirnya saya muncul di televisi. (Tawa)

I said that to Bill Moyers, and he said, "Oh, we take anybody." (Laughter)

Saya katakan ini pada Bill Moyers, dan dia bilang,

"Kami terima siapa saja." (Tawa)

And I was doing some rather controversial religious programs.

Saya membuat program TV keagamaan yang agak kontroversial.

This went down very well in the U.K., where religion is extremely unpopular.

Programnya berjalan sangat mulus di Inggris, dimana agama sangat tidak populer

And so, for once, for the only time in my life, I was finally in the mainstream.

Sehingga, sekali-kalinya dalam hidup saya, saya adalah bagian dari mainstream.

But I got sent to Jerusalem to make a film about early Christianity.

Saya dikirim ke Jerussalem untuk membuat film tentang masa awal agama Kristen.

And there, for the first time, I encountered the other religious traditions:

Di sana, untuk pertama kalinya, saya menemukan tradisi agama lain:

Judaism and Islam, the sister religions of Christianity.

Yahudi dan Islam, agama yang bersaudara dengan agama Kristen.

And while I found I knew nothing about these faiths at all --

Dan ternyata saya tidak tahu apa-apa tentang kedua agama tersebut,

despite my own intensely religious background,

padahal saya memiliki latar belakang keagamaan yang kuat.

I'd seen Judaism only as a kind of prelude to Christianity,

Saya menganggap Yahudi sebagai agama pendahulu bagi Kristen,

and I knew nothing about Islam at all.

dan saya tak tahu apa-apa tentang Islam.

But in that city, that tortured city,

Tetapi di kota itu, di kota yang terkoyak,

where you see the three faiths jostling so uneasily together,

dimana Anda dapat melihat ketiga agama tersebut saling bertemu,

you also become aware of the profound connection between them.

Anda juga akan menyadari adanya hubungan yang erat di antara ketiganya.

And it has been the study of other religious traditions that brought me back

Dan studi tentang agama lain-lah yang membawa saya kembali

to a sense of what religion can be, and actually enabled me

ke pemahaman tentang apa agama itu, dan memungkinkan saya

to look at my own faith in a different light.

untuk menelaah kembali agama saya dari sudut pandang berbeda.

And I found some astonishing things in the course of my study

Dan saya menemukan beberapa hal menakjubkan dalam studi saya,

that had never occurred to me. Frankly, in the days when I thought I'd had it with religion,

sesuatu yang tak pernah terpikir oleh saya sebelumnya.

Jujur saya, ketika saya pikir saya sudah selesai dengan agama,

I just found the whole thing absolutely incredible.

saya justru menemukan bahwa agama begitu luar biasa.

These doctrines seemed unproven, abstract.

Doktrin-doktrin agama tampak seperti tak bisa dibuktikan, abstrak.

And to my astonishment, when I began seriously studying other traditions,

Dan bahkan saya sendiri takjub, ketika saya mulai mempelajari

tradisi agama lain secara serius,

I began to realize that belief -- which we make such a fuss about today --

saya mulai menyadari bahwa keyakinan --

yang saat ini banyak kita ributkan --

is only a very recent religious enthusiasm

hanyalah sebuah antusiasme keagamaan terkini

that surfaced only in the West, in about the 17th century.

yang hanya muncul di Barat di sekitar abad ke-17.

The word "belief" itself originally meant to love, to prize, to hold dear.

Kata "yakin" atau "percaya" itu sendiri memiliki arti dasar

mencintai, memuja, menyayangi.

In the 17th century, it narrowed its focus,

Pada abad ke-17, istilah tersebut dipersempit maknanya

for reasons that I'm exploring in a book I'm writing at the moment,

untuk alasan yang saya bahas dalam buku yang sedang saya tulis,

to include -- to mean an intellectual assent to a set of propositions, a credo.

dengan memasukkan arti kepercayaan --

kesepakatan intelektual akan sebuah dalil, iman.

"I believe:" it did not mean, "I accept certain creedal articles of faith."

"Saya beriman" -- sebelumnya tidak berarti "Saya percaya akan suatu dalil keimanan."

It meant: "I commit myself. I engage myself."

Melainkan berarti, "Saya mempercayakan diri saya. Saya melibatkan diri saya."

Indeed, some of the world traditions think very little of religious orthodoxy.

Tak banyak tradisi keagamaan di dunia yang memiliki pemahaman ortodoks.

In the Quran, religious opinion -- religious orthodoxy -- is dismissed as "zanna:"

Dalam Al-Qur'an, opini keagamaan -- ortodoksi keagamaan --

diabaikan sebagai "zanna,"

self-indulgent guesswork about matters that nobody can be certain of one way or the other,

yakni penafsiran sendiri tentang hal-hal yang tak seorangpun yakin kepastiannya,

but which makes people quarrelsome and stupidly sectarian. (Laughter)

namun membuat orang saling berselisih dan dengan bodohnya terbagi dalam sekte.

So if religion is not about believing things, what is it about?

(Tawa)

Jadi, jika agama bukan tentang keyakinan, lalu apa agama itu?

What I've found, across the board, is that religion is about behaving differently.

Yang saya temukan pada semua agama,

adalah bahwa agama adalah tentang berperilaku secara berbeda.

Instead of deciding whether or not you believe in God, first you do something.

Bukannya memutuskan apakah Anda percaya atau tidak kepada Tuhan,

pertama-tama Anda melakukan sesuatu.

You behave in a committed way,

Anda melakukan sesuatu bersungguh-sungguh, lalu Anda mulai memahami kebenaran agama.

and then you begin to understand the truths of religion.

And religious doctrines are meant to be summons to action;

Doktrin-doktrin keagamaan harus diwujudkan menjadi tindakan;

you only understand them when you put them into practice.

Anda hanya dapat memahaminya ketika Anda mempraktikkannya.

Now, pride of place in this practice is given to compassion.

Tempat utama untuk mempraktikkan agama adalah melalui kasih sayang.

And it is an arresting fact that right across the board,

Merupakan sebuah fakta yang menarik bahwa pada semua agama,

in every single one of the major world faiths, compassion --

pada setiap agama yang ada di dunia ini, kasih sayang --

the ability to feel with the other in the way we've been thinking about this evening --

kemampuan untuk merasakan apa yang orang lain rasakan,

seperti yang malam ini kita bahas --

is not only the test of any true religiosity, it is also what will bring us

bukan semata perwujudan terbaik dari ajaran agama, tapi juga mampu membawa kita

into the presence of what Jews, Christians and Muslims call "God" or the "Divine."

pada apa yang oleh penganut Yahudi, Kristen, dan Islam

disebut "Tuhan" atau "Yang Suci."

It is compassion, says the Buddha, which brings you to Nirvana.

Menurut Buddha, kasih sayang-lah yang membawa Anda ke Nirwana.

Why? Because in compassion, when we feel with the other,

Kenapa? Karena dengan kasih sayang, kita merasakan apa yang orang lain rasakan,

we dethrone ourselves from the center of our world and we put

kita menurunkan diri kita dari pusat dunia kita dan menempatkan orang lain di sana.

another person there. And once we get rid of ego, then we're ready to see the Divine.

Ketika kita mampu menghilangkan ego, maka kita siap untuk menemukan Tuhan.

And in particular, every single one of the major world traditions has highlighted -- has said --

Semua budaya besar di dunia ini menegaskan -- mengatakan --

and put at the core of their tradition what's become known as the Golden Rule.

dan menempatkan pada inti ajaran mereka, yang disebut dengan Aturan Emas.

First propounded by Confucius five centuries before Christ:

Pertama kali dikemukakan oleh Konfusius 5 abad sebelum masehi:

"Do not do to others what you would not like them to do to you."

"Jangan lakukan pada orang lain apa yang kamu tidak ingin

orang lain lakukan kepadamu."

That, he said, was the central thread which ran through all his teaching

Menurutnya, itulah pikiran utama dari seluruh ajarannya

and that his disciples should put into practice all day and every day.

dan para pengikutnya harus mempraktikkan hal ini dalam kehidupan sehari-hari.

And it was -- the Golden Rule would bring them to the transcendent value that he called "ren,"

Aturan Emas inilah yang akan memunculkan nilai-nilai luhur yang dia sebut "ren,"

human-heartedness, which was a transcendent experience in itself.

kebahagiaan manusia yang merupakan sebuah pengalaman spiritual.

And this is absolutely crucial to the monotheisms, too.

Dan hal tersebut juga sangat penting pada agama monoteisme.

Ada sebuah cerita luar biasa tentang seorang Rabbi bernama Hillel.

There's a famous story about the great rabbi, Hillel, the older contemporary of Jesus.

A pagan came to him and offered to convert to Judaism if the rabbi could

Seorang pagan menghampirinya dan bersedia masuk agama Yahudi jika Rabbi tersebut

recite the whole of Jewish teaching while he stood on one leg.

mampu menyampaikan semua ajaran Yahudi sambil berdiri dengan satu kaki.

Hillel stood on one leg and said, "That which is hateful to you,

Hillel berdiri dengan satu kaki dan berkata, "Apa yang kamu benci,

do not do to your neighbor. That is the Torah. The rest is commentary.

jangan lakukan ke tetanggamu. Itu yang diajarkan dalam Taurat.

Sisanya hanya penjelasan. Pergi dan pelajarilah sendiri." (Tawa)

Go and study it." (Laughter)

And "go and study it" was what he meant.

"Pergi dan pelajarilah sendiri" adalah inti dari pesannya.

He said, "In your exegesis, you must make it clear

Dia berkata, "Ketika menafsirkan, kamu harus memastikan dengan jelas

that every single verse of the Torah is a commentary, a gloss upon the Golden Rule."

bahwa setiap ayat dalam Taurat adalah penjelasan, pemaparan tentang Aturan Emas.

The great Rabbi Meir said that any interpretation of Scripture which

Rabbi agung Meir berkata bahwa interpretasi apapun tentang kitab suci

led to hatred and disdain, or contempt of other people --

yang mengarah pada kebencian dan merendahkan atau menghina orang lain --

any people whatsoever -- was illegitimate.

siapapun itu -- adalah haram.

Saint Augustine made exactly the same point.

Santa Agustina mengatakan hal yang sama.

Scripture, he says, "teaches nothing but charity, and we must not leave

Menurutnya, kitab suci "hanya mengajarkan kebaikan hati, dan kita belum selesai

an interpretation of Scripture until we have found a compassionate interpretation of it."

menafsirkan kitab suci hingga menemukan interpretasi yang penuh kasih sayang."

And this struggle to find compassion in some of these rather rebarbative texts

Perjuangan untuk menemukan kasih sayang dalam teks-teks rumit tersebut

is a good dress rehearsal for doing the same in ordinary life. (Applause)

merupakan latihan yang baik bagi kita untuk melakukan hal yang sama

dalam kehidupan kita. (Tepuk tangan).

But now look at our world. And we are living in a world that is --

Tetapi, coba lihat dunia saat ini. Kita hidup di sebuah dunia yang --

where religion has been hijacked. Where terrorists cite Quranic verses to justify their atrocities.

dimana agama sudah dibajak.

Dimana teroris mengutip ayat-ayat Qur'an untuk membenarkan kejahatan mereka.

Where instead of taking Jesus' words, "Love your enemies.

Bukannya mengamalkan ajaran Yesus, "Cintai musuhmu.

Don't judge others," we have the spectacle of Christians endlessly judging other people,

Jangan menghakimi orang lain," kita malah menyaksikan orang-orang Kristen

endlessly using Scripture as a way of arguing with other people,

tanpa henti menghakimi orang lain, tanpa henti menggunakan kitab suci sebagai

alat untuk berdebat dengan orang lain, merendahkan orang lain.

putting other people down. Throughout the ages, religion has been used to oppress others,

Sepanjang masa, agama banyak digunakan untuk menekan orang lain,

and this is because of human ego, human greed.

dan ini dikarenakan ego manusia, keserakahan manusia.

We have a talent as a species for messing up wonderful things.

Kita memiliki bakat sebagai spesies yang mampu merusak keindahan.

So the traditions also insisted -- and this is an important point, I think --

Dan tradisi juga menegaskan -- dan menurut saya ini penting --

that you could not and must not confine your compassion

bahwa Anda tidak bisa dan tidak boleh membatasi kasih sayang Anda

to your own group: your own nation, your own co-religionists,

hanya pada kelompok Anda: yang sebangsa, yang seagama, yang satu negara.

your own fellow countrymen. You must have what one of the Chinese sages called "jian ai":

Anda harus memiliki satu kebijaksanaan China yang disebut "jian ai":

concern for everybody. Love your enemies. Honor the stranger.

rasa sayang terhadap sesama. Cintai musuhmu. Hormati orang asing.

We formed you, says the Quran, into tribes and nations so that you may know one another.

"Kami menciptakanmu bersuku-suku dan ber- bangsa-bangsa supaya kamu saling mengenal"

begitu dikatakan dalam Al-Qur'an

And this, again -- this universal outreach -- is getting subdued in the strident use of religion --

Dan lagi, -- ajaran universal ini -- tertutupi oleh penyalahgunaan agama --

abuse of religion -- for nefarious gains.

untuk tujuan yang keji.

Now, I've lost count of the number of taxi drivers who,

Saya sudah tak bisa lagi menghitung banyaknya supir taksi, yang --

when I say to them what I do for a living, inform me that religion

ketika saya katakan pada mereka apa pekerjaan saya --

has been the cause of all the major world wars in history. Wrong.

mengatakan bahwa agama adalah penyebab utama peperangan di dunia. Salah.

The causes of our present woes are political.

Penyebab utama konflik yang kita hadapi sekarang adalah politik.

But, make no mistake about it, religion is a kind of fault line,

Namun jangan salah, agama berada pada posisi yang rawan,

ketika konflik mengakar di sebuah wilayah, agama dapat dengan mudah terbawa

and when a conflict gets ingrained in a region, religion can get sucked in

and become part of the problem. Our modernity has been exceedingly violent.

dan menjadi bagian dari masalah.

Sejarah modern kita banyak diisi oleh kekerasan.

Between 1914 and 1945, 70 million people died in Europe alone as a result of armed conflict.

Antara tahun 1914 hingga 1945, 70 juta orang meninggal di Eropa

sebagai akibat dari konflik bersenjata.

And so many of our institutions, even football, which used to be a pleasant pastime,

Banyak institusi kita, bahkan sepakbola yang dulu merupakan media hiburan

now causes riots where people even die.

kini bisa menjadi pemicu kerusuhan, bahkan kematian.

And it's not surprising that religion, too, has been affected by this violent ethos.

Tak mengherankan jika agama juga dipengaruhi oleh etos kekerasan tersebut.

There's also a great deal, I think, of religious illiteracy around.

Menurut saya, tingkat ketidak-pahaman akan agama sangat tinggi di sekitar kita.

People seem to think, now equate religious faith with believing things.

Orang-orang sepertinya menyamakan agama dengan mempercayai sesuatu.

As though that -- we call religious people often believers,

Karena itu, kita menyebut orang yang beragama sebagai orang yang percaya,

as though that were the main thing that they do. And very often, secondary goals

seolah "mempercayai" adalah hal utama yang mereka lakukan.

Dan sering kali, tujuan sekunder dipaksakan menjadi tujuan utama,

get pushed into the first place, in place of compassion and the Golden Rule.

menggantikan kasih sayang dan Aturan Emas.

Because the Golden Rule is difficult. I sometimes -- when I'm speaking to

Karena Aturan Emas itu sulit. Ketika berbicara tentang kasih sayang

congregations about compassion, I sometimes see

di hadapan sebuah jemaat, saya kadang melihat

a mutinous expression crossing some of their faces because

ekspresi tidak setuju di wajah mereka, karena

a lot of religious people prefer to be right, rather than compassionate. (Laughter)

banyak orang yang mengaku religius lebih suka merasa benar,

daripada merasa berkasih sayang. (Tawa)

Now -- but that's not the whole story.

Tapi ini belum semuanya.

Since September the 11th, when my work on Islam suddenly propelled me

Sejak 11 September, ketika penelitian saya tentang Islam tiba-tiba mendorong saya

into public life, in a way that I'd never imagined, I've been able to sort of go all over the world,

untuk muncul di muka publik dengan cara yang tak pernah saya bayangkan,

saya jadi bisa berkeliling dunia, dan menemukan, kemanapun saya pergi,

and finding, everywhere I go, a yearning for change.

kerinduan yang kuat akan perubahan.

I've just come back from Pakistan, where literally thousands of people came to my lectures,

Saya baru kembali dari Pakistan, dimana ribuan orang menghadiri kuliah saya,

because they were yearning, first of all, to hear a friendly Western voice.

karena mereka sangat rindu untuk mendengar suara yang bersahabat dari dunia Barat.

And especially the young people were coming. And were asking me --

Dan banyak generasi muda hadir. Dan mereka bertanya kepada saya --

the young people were saying, "What can we do? What can we do to change things?"

anak-anak muda bertanya, "Apa yang bisa kami lakukan?

Apa yang bisa kami lakukan untuk membuat perubahan?"

And my hosts in Pakistan said, "Look, don't be too polite to us.

Dan tuan rumah saya di Pakistan berkata, "Tak usah pedulikan sopan santun.

Tell us where we're going wrong. Let's talk together about where religion is failing."

Katakan dimana salah kami. Mari kita bahas dimana salahnya agama."

Because it seems to me that with -- our current situation is so serious

Karena, bagi saya tampak seperti -- situasi kita saat ini begitu serius,

at the moment that any ideology that doesn't promote a sense of global understanding

saat dimana ideologi tidak memunculkan rasa saling pengertian di tingkat global

and global appreciation of each other is failing the test of the time.

dan sikap saling menghargai secara global.

And religion, with its wide following ... Here in the United States,

Agama, dengan begitu banyak penganutnya... Di sini, di Amerika Serikat

people may be being religious in a different way, as a report has just shown --

orang mungkin religius dalam cara yang berbeda-beda,

seperti ditunjukan dalam sebuah laporan --

but they still want to be religious. It's only Western Europe that has retained its secularism,

namun mereka tetap ingin menjadi religius.

Hanya Eropa Barat yang tetap mempertahankan sekulerismenya

which is now beginning to look rather endearingly old-fashioned.

yang sekarang mulai terlihat ketinggalan zaman.

But people want to be religious, and religion should be made

Orang ingin menjadi religius, dan agama harus dijadikan

to be a force for harmony in the world, which it can and should be --

sebagai kekuatan pendorong harmoni dunia, dan memang seharusnya demikian --

because of the Golden Rule.

karena adanya Aturan Emas.

"Jangan lakukan pada orang lain apapun yang kamu tidak ingin

"Do not do to others what you would not have them do to you":

orang lain lakukan terhadap kamu":

an ethos that should now be applied globally.

sebuah etos yang harus diterapkan secara global.

We should not treat other nations as we would not wish to be treated ourselves.

Kita tidak boleh memperlakukan bangsa lain

seperti halnya kita tidak ingin bangsa lain memperlakukan kita."

And these -- whatever our wretched beliefs -- is a religious matter, it's a spiritual matter.

Dan hal ini -- apapun keyakinan kita --

adalah masalah agama, sebuah masalah spiritual.

It's a profound moral matter that engages and should engage us all.

Ini masalah moral yang melibatkan dan harus melibatkan kita semua.

And as I say, there is a hunger for change out there.

Dan seperti yang saya katakan, ada keinginan kuat untuk berubah di luar sana.

Here in the United States, I think you see it in this election campaign: a longing for change.

Di sini di Amerika Serikat, menurut saya Anda melihatnya pada kampanye pemilu:

sebuah harapan akan perubahan

And people in churches all over and mosques all over this continent after September the 11th,

Dan orang-orang di gereja dan masjid di seantero benua ini,

setelah kejadian 11 September,

coming together locally to create networks of understanding.

berkumpul bersama di komunitas mereka untuk membangun jejaring pemahaman.

With the mosque, with the synagogue, saying, "We must start to speak to one another."

Dengan Masjid, Sinagog, yang menyerukan, "Kita harus mulai berdialog."

I think it's time that we moved beyond the idea of toleration and move toward appreciation of the other.

Menurut saya sudah saatnya kita bergerak bukan sekedar demi toleransi,

tetapi bergerak menuju sikap saling menghargai satu sama lain.

I'd -- there's one story I'd just like to mention.

Ada sebuah kisah yang ingin saya sampaikan.

This comes from "The Iliad." But it tells you what this spirituality should be.

Kisah ini berasal dari "The Illiad," namun mengandung pesan spiritual.

You know the story of "The Iliad," the 10-year war between Greece and Troy.

Anda tahu kisah "The Illiad," kisah perang 10 tahun antara Yunani dan Troya.

In one incident, Achilles, the famous warrior of Greece, takes his troops out of the war,

Pada sebuah insiden, Achilles, pejuang Yunani yang terkenal,

menarik mundur pasukannya, dan upaya mereka mengalami kegagalan.

and the whole war effort suffers. And in the course of the ensuing muddle,

Dan dalam suasana kacau, sahabatnya, Patroclus, terbunuh --

his beloved friend, Patroclus, is killed -- and killed in single combat

terbunuh dalam sebuah pertarungan melawan pangeran Troya, Hector.

by one of the Trojan princes, Hector. And Achilles goes mad with grief and rage and revenge,

Achilles marah dan penuh dendam

and he mutilates the body. He kills Hector, he mutilates his body

dan dia membunuh Hector, memutilasi tubuhnya.

and then he refuses to give the body back for burial to the family,

Lalu dia menolak untuk mengembalikan mayat pangeran itu ke keluarganya

untuk dikuburkan,

which means that, in Greek ethos, Hector's soul will wander eternally, lost.

yang berarti menurut etos Yunani, arwah Hector akan terus gentayangan.

And then one night, Priam, king of Troy, an old man,

Pada suatu malam, Priam, Raja Troy, seorang pria tua,

comes into the Greek camp incognito, makes his way to Achilles' tent

datang ke perkemahan tentara Yunani dengan menyamar, masuk ke tenda Achilles

to ask for the body of his son.

guna meminta agar mayat anaknya dikembalikan.

And everybody is shocked when the old man takes off his head covering and shows himself.

Semua orang kaget ketika orang tua itu melepaskan penutup kepalanya

dan menunjukkan wajahnya.

And Achilles looks at him and thinks of his father. And he starts to weep.

Achilles memandang orang tua itu dan teringat akan ayahnya. Dan dia menangis

And Priam looks at the man who has murdered so many of his sons,

Dan Priam memandang orang yang telah membunuh banyak sekali anak-anaknya,

and he, too, starts to weep. And the sound of their weeping filled the house.

dan dia juga mulai menangis.

Dan suara tangisan mereka mengisi tenda itu.

The Greeks believed that weeping together created a bond between people.

Orang Yunani meyakini menangis bersama menumbuhkan ikatan antar sesama.

And then Achilles takes the body of Hector, he hands it very tenderly to the father,

Lalu Achilles mengambil mayat Hector,

dan menyerahkannya dengan sangat hormat kepada orang tua itu,

and the two men look at each other, and see each other as divine.

dan kedua orang itu saling memandang dengan penuh rasa hormat.

That is the ethos found, too, in all the religions.

Ini juga adalah etos yang dapat ditemukan pada semua agama.

It's what is meant by overcoming the horror that we feel when we are under threat of our enemies,

Inilah maksudnya melalui rasa takut ketika kita berada di bawah ancaman musuh,

and beginning to appreciate the other.

dan mulai menghargai pihak lawan.

It's of great importance that the word for "holy" in Hebrew, applied to God, is "Kadosh": separate, other.

Sangat penting bahwa kata "suci" dalam Bahasa Ibrani,

yang digunakan untuk menyebut Tuhan, adalah "Kadosh": terpisah, berbeda.

And it is often, perhaps, the very otherness of our enemies which can

Dan sering kali, perbedaan dengan musuh kita-lah yang mungkin dapat

give us intimations of that utterly mysterious transcendence which is God.

memberikan kita kedekatan dengan Tuhan.

And now, here's my wish:

Dan inilah harapan saya:

I wish that you would help with the creation,

Saya berharap bahwa Anda akan membantu dengan cara menciptakan,

launch and propagation of a Charter for Compassion,

meluncurkan dan menyebarkan sebuah Piagam Kasih Sayang --

crafted by a group of inspirational thinkers from

yang dikemukakan oleh sekelompok pemikir inspirasional

the three Abrahamic traditions of Judaism, Christianity and Islam,

dari tiga agama langit, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam,

and based on the fundamental principle of the Golden Rule.

dan berdasarkan pada prinsip dasar Aturan Emas.

We need to create a movement among all these people that I meet in my travels --

Kita harus menciptakan sebuah pergerakan dikalangan orang-orang yang saya temui

dalam perjalanan saya --

you probably meet, too -- who want to join up, in some way,

yang mungkin Anda juga pernah temui -- yang ingin bergabung, bersama-sama

and reclaim their faith, which they feel, as I say, has been hijacked.

dan mengambil kembali keyakinan mereka yang sudah dibajak.

We need to empower people to remember the compassionate ethos,

Kita harus memberdayakan orang-orang agar ingat akan etos kasih sayang,

and to give guidelines. This Charter would not be a massive document.

dan memberikan tuntunan. Piagam ini tidak akan menjadi sebuah dokumen yang besar.

I'd like to see it -- to give guidelines as to how to interpret the Scriptures,

Saya ingin melihatnya -- memberikan tuntunan,

seperti bagaimana menafsirkan kitab suci,

these texts that are being abused. Remember what the rabbis and what Augustine

kitab-kitab suci yang disalah gunakan.

Ingat apa yang dikatakan para rabbi dan Santa Agustina

said about how Scripture should be governed by the principle of charity.

tentang bagaimana seharusnya kitab suci diamalkan dengan prinsip beramal.

Let's get back to that. And the idea, too, of Jews, Christians and Muslims --

Mari kembali kesitu. Dan gagasan ini pula, ketika Yahudi, Kristen, dan Muslim,

these traditions now so often at loggerheads -- working together to

tiga agama yang seringkali bergesekan -- kini bekerja sama untuk menyusun

create a document which we hope will be signed by a thousand, at least,

sebuah dokumen yang kami harapkan dapat ditandatangani oleh setidaknya

of major religious leaders from all the traditions of the world.

seribu orang pemuka semua agama di dunia.

And you are the people. I'm just a solitary scholar.

Dan Anda adalah masyarakat. Saya hanya seorang ilmuwan.

Despite the idea that I love a good time, which I was rather amazed to see coming up on me

Meski gagasan ini muncul ketika saya sedang meluangkan waktu bersama

-- I actually spend a great deal of time alone, studying, and I'm not very --

saya meluangkan banyak waktu menyendiri dan belajar --

Anda lah orang-orang yang memiliki pengetahuan media untuk menjelaskan

you're the people with media knowledge to explain to me how we can get this to everybody,

bagaimana kita bisa menanamkan ide ini pada semua orang di planet ini.

everybody on the planet. I've had some preliminary talks,

Saya sudah melakukan pembicaraan awal

and Archbishop Desmond Tutu, for example,

dengan Uskup Desmond Tutu, misalnya, yang akan dengan senang hati menanda tanganinya

is very happy to give his name to this, as is Imam Feisal Rauf, the Imam in New York City.

juga Imam Faisal Rauf, Imam di New York.

Also, I would be working with the Alliance of Civilizations at the United Nations.

Saya juga akan bekerjasama dengan Aliansi Peradaban PBB.

I was part of that United Nations initiative called the Alliance of Civilizations,

Saya merupakan bagian dari program inisiatif PBB yang disebut

Aliansi Peradaban, yang diminta oleh Kofi Annan

which was asked by Kofi Annan to diagnose the causes of extremism,

untuk mencari tahu penyebab ekstrimisme, dan memberikan panduan praktis

and to give practical guidelines to member states about how to avoid the escalation of further extremism.

kepada negara anggota tentang bagaimana menghindari eskalasi ekstrimisme.

And the Alliance has told me that they are very happy to work with it.

Aliansi mengatakan pada saya bahwa mereka senang mengerjakannya.

The importance of this is that this is -- I can see some of you starting to look worried,

Yang penting dari ini adalah --

saya dapat melihat sebagian dari Anda yang mulai khawatir,

because you think it's a slow and cumbersome body --

sebab Anda pikir PBB itu lamban dan tak praktis,

but what the United Nations can do is give us some neutrality,

namun apa yang dapat dilakukan PBB adalah memberikan kita netralitas,

so that this isn't seen as a Western or a Christian initiative, but that it's coming,

sehingga gerakan ini tak tampak seperti sebuah inisiatif Barat atau Kristen,

as it were, from the United Nations, from the world --

melainkan datang dari PBB, dari dunia --

who would help with the sort of bureaucracy of this.

yang mau membantu dengan memberikan strukturnya.

And so I do urge you to join me in making -- in this charter --

Jadi saya juga menghimbau Anda untuk bersama-sama saya menciptakan

-- dalam piagam ini --

to building this charter, launching it and propagating it so that it becomes --

membangun piagam ini, meluncurkannya dan menyebarkannya hingga menjadi nyata.

I'd like to see it in every college, every church, every mosque, every synagogue in the world,

Saya ingin melihat piagam ini di setiap kampus, gereja, masjid, sinagog,

di seluruh dunia,

so that people can look at their tradition, reclaim it, and make religion a source of peace in the world,

supaya kita bisa melihat kembali tradisi kita, mengklaim kembali agama kita,

dan menjadikan agama sebagai sumber perdamaian dunia sebagaimana mestinya.

which it can and should be. Thank you very much. (Applause)

Terima kasih banyak. (Tepuk Tangan)