Charles Hazlewood: Trusting the ensemble

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Irma Amelia

I am a conductor,

Saya seorang konduktor

and I'm here today

dan saya berada di sini

to talk to you about trust.

untuk berbicara tentang kepercayaan.

My job depends upon it.

Pekerjaan saya bergantung pada hal itu.

There has to be, between me and the orchestra,

Suatu keharusan, antara saya dan orkestra

an unshakable bond of trust,

ada ikatan kepercayaan yang tidak tergoyahkan,

born out of mutual respect,

yang lahir dari saling menghormati

through which we can spin a musical narrative

sehingga kami dapat memutar kisah musik

that we all believe in.

yang kami semua percayai.

Now in the old days, conducting, music making,

Di masa lalu, memimpin orkestra, bermain musik

was less about trust and more, frankly, about coercion.

lebih mengenai paksaan ketimbang kepercayaan.

Up to and around about the Second World War,

Hingga masa sekitar perang dunia kedua,

conductors were invariably dictators --

semua konduktor adalah diktator --

these tyrannical figures

tokoh-tokoh kejam ini

who would rehearse, not just the orchestra as a whole, but individuals within it,

yang bukan hanya melatih seluruh orkestra, namun setiap orang di dalamnya,

within an inch of their lives.

dalam setiap inci hidup mereka.

But I'm happy to say now that the world has moved on,

Namun kini dunia telah berubah,

music has moved on with it.

dan musik juga telah berubah bersamanya.

We now have a more democratic view and way of making music --

Kini kita memiliki pandangan dan cara bermain musik yang lebih demokratis --

a two-way street.

musik dua arah.

I, as the conductor, have to come to the rehearsal with a cast-iron sense

Sebagai konduktor, saya harus berlatih dengan sangat keras

of the outer architecture of that music,

mengenai arsitektur luar dari musik itu

within which there is then immense personal freedom

yang kemudian tenggelam ke dalam kebebasan pribadi

for the members of the orchestra to shine.

bagi para anggota orkestra agar dapat bersinar.

For myself, of course,

Sudah pasti bagi saya,

I have to completely trust my body language.

saya harus mempercayai bahasa tubuh saya sepenuhnya.

That's all I have at the point of sale.

Itulah yang saya miliki untuk dijual.

It's silent gesture.

Sikap tenang.

I can hardly bark out instructions while we're playing.

Saya hampir tidak bisa meneriakkan perintah saat kami bermain.

(Music)

(Musik)

Ladies and gentlemen, the Scottish Ensemble.

Para hadirin sekalian, "Ansambel Skotlandia."

(Applause)

(Tepuk tangan)

So in order for all this to work,

Jadi agar semua bisa berhasil

obviously I have got to be in a position of trust.

sudah jelas saya harus ada dalam posisi percaya.

I have to trust the orchestra,

Saya harus mempercayai orkestra,

and, even more crucially, I have to trust myself.

dan lebih penting lagi saya harus mempercayai diri sendiri.

Think about it: when you're in a position of not trusting,

Pikirkanlah: saat Anda ada dalam posisi tidak percaya,

what do you do?

apa yang Anda lakukan?

You overcompensate.

Anda terlalu berlebihan.

And in my game, that means you overgesticulate.

Dalam permainan ini, itu berarti terlalu banyak menggerakkan tangan

You end up like some kind of rabid windmill.

dan akhirnya menjadi seperti kincir angin ganas.

And the bigger your gesture gets,

Dan semakin besar gerak tubuh Anda,

the more ill-defined, blurry

semakin kabur, tidak jelas

and, frankly, useless it is to the orchestra.

dan tidak berguna bagi orkestra itu.

You become a figure of fun. There's no trust anymore, only ridicule.

Anda menjadi tokoh untuk diolok-olok. Tidak ada kepercayaan lagi.

And I remember at the beginning of my career,

Saya ingat pada awal karir saya,

again and again, on these dismal outings with orchestras,

orkestra yang terasa suram itu terus menerus terulang,

I would be going completely insane on the podium,

saya benar-benar menjadi gila di atas panggung

trying to engender a small scale crescendo really,

hanya sekedar ketika mencoba membuat crescendo kecil,

just a little upsurge in volume.

mengeraskan volumenya sedikit.

Bugger me, they wouldn't give it to me.

Benar-benar kacau, mereka tidak mau melakukannya.

I spent a lot of time in those early years

Saya banyak menghabiskan waktu saat itu

weeping silently in dressing rooms.

dengan menangis di kamar ganti.

And how futile seemed the words of advice to me

Dan bagaimana nasihat yang terasa sia-sia

from great British veteran conductor Sir Colin Davis

dari konduktor veteran Inggris Sir Colin Davis

who said, "Conducting, Charles,

yang mengatakan "Charles, menjadi konduktor

is like holding a small bird in your hand.

seperti memegang burung kecil di tanganmu.

If you hold it too tightly, you crush it.

Jika terlalu erat, burung itu akan remuk.

If you hold it too loosely, it flies away."

Jika terlalu longgar, burung itu terbang."

I have to say, in those days, I couldn't really even find the bird.

Saya harus berkata, saat itu, saya bahkan tidak menemukan burungnya.

Now a fundamental

Kini pengalaman dasar

and really viscerally important experience for me, in terms of music,

yang benar-benar sangat penting bagi saya, dalam hal musik

has been my adventures in South Africa,

adalah petualangan saya di Afrika Selatan,

the most dizzyingly musical country on the planet in my view,

negara paling memusingkan dalam hal musik menurut saya,

but a country which, through its musical culture,

namun negara ini, melalui budaya musiknya

has taught me one fundamental lesson:

telah mengajarkan saya satu pelajaran dasar

that through music making

bahwa bermain musik

can come deep levels

dapat memunculkan kepercayaan

of fundamental life-giving trust.

mendasar yang benar-benar mendalam.

Back in 2000, I had the opportunity to go to South Africa

Pada tahun 2000, saya mendapat kesempatan pergi ke Afrika Selatan

to form a new opera company.

untuk mendirikan perusahaan opera baru.

So I went out there, and I auditioned,

Jadi saya ke sana dan menyeleksi

mainly in rural township locations, right around the country.

kebanyakan di kota-kota kecil, di seluruh negara itu.

I heard about 2,000 singers

Saya mendengar 2.000 penyanyi

and pulled together a company

dan membuat perusahaan opera

of 40 of the most jaw-droppingly amazing young performers,

dari 40 orang muda yang paling mengagumkan,

the majority of whom were black,

kebanyakan berkulit hitam,

but there were a handful of white performers.

namun masih ada sekelompok orang berkulit putih.

Now it emerged early on in the first rehearsal period

Lalu pada awal masa latihan, ada peristiwa

that one of those white performers

di mana salah satu pemain berkulit putih

had, in his previous incarnation,

dalam masa hidup sebelumnya

been a member of the South African police force.

adalah anggota polisi Afrika Selatan.

And in the last years of the old regime,

Dan pada tahun terakhir dari rezim lama,

he would routinely be detailed to go into the township

dia akan pergi meneliti ke desa-desa secara berkala

to aggress the community.

untuk menyerang masyarakat.

Now you can imagine what this knowledge did to the temperature in the room,

Kini Anda dapat bayangkan apa dampaknya bagi suasana di ruangan itu,

the general atmosphere.

bagi atmosfer yang ada di sana.

Let's be under no illusions.

Mari lihat pada kenyataan.

In South Africa, the relationship most devoid of trust

Di Afrika Selatan, hubungan yang paling tidak memiliki kepercayaan

is that between a white policeman

adalah antara polisi berkulit putih

and the black community.

dan masyarakat berkulit hitam.

So how do we recover from that, ladies and gentlemen?

Jadi bagaimana kita memulihkannya?

Simply through singing.

Melalui nyanyian.

We sang, we sang,

Kami bernyanyi, bernyanyi,

we sang,

dan bernyanyi,

and amazingly new trust grew,

dan kepercayaan baru mulai tumbuh,

and indeed friendship blossomed.

persahabatan juga mulai tumbuh.

And that showed me such a fundamental truth,

Dan hal itu menunjukkan kebenaran yang mendasar

that music making and other forms of creativity

bahwa bermain musik dan bentuk kreativitas lainnya

can so often go to places

sering dapat mencapai tempat

where mere words cannot.

yang tidak bisa dicapai kata-kata.

So we got some shows off the ground. We started touring them internationally.

Kami mengadakan beberapa pertunjukan di sana dan mulai bepergian ke luar negeri.

One of them was "Carmen."

Salah satunya adalah, "Carmen."

We then thought we'd make a movie of "Carmen,"

Kami berpikir untuk membuat film berjudul "Carmen,"

which we recorded and shot outside on location

yang kami rekam dan ambil gambarnya

in the township outside Cape Town called Khayelitsha.

di pedesaan di luar Capetown bernama Khayelitsha.

The piece was sung entirely in Xhosa,

Lagu itu seluruhnya dinyanyikan dalam bahsa Xhosa,

which is a beautifully musical language, if you don't know it.

jika Anda tidak tahu, itu adalah sebuah bahasa musik yang indah.

It's called "U-Carmen e-Khayelitsha" --

Lagu ini berjudul "U-Carmen e-Khayelitsha" --

literally "Carmen of Khayelitsha."

yang berarti "Carmen dari Khayelitsha."

I want to play you a tiny clip of it now

Saya ingin memainkan cuplikan kecilnya

for no other reason than to give you proof positive

hanya untuk memberikan Anda bukti positif

that there is nothing tiny about South African music making.

bahwa tidak ada yang remeh mengenai permainan musik di Afrika Selatan.

(Music)

(Musik)

(Applause)

(Tepuk tangan)

Something which I find utterly enchanting

Satu hal yang bagi saya sangat memikat

about South African music making

tentang permainan musik Afrika Selatan

is that it's so free.

adalah musik itu sangat bebas.

South Africans just make music really freely.

Orang Afrika Selatan menggubah musik dengan sangat bebas.

And I think, in no small way,

Dan saya rasa, bukan dalam artian sempit

that's due to one fundamental fact:

yaitu karena satu fakta utama

they're not bound to a system of notation.

mereka tidak terikat pada sistem tangga nada.

They don't read music.

Mereka tidak membaca musik.

They trust their ears.

Mereka mempercayai telinganya.

You can teach a bunch of South Africans a tune in about five seconds flat.

Anda dapat mengajarkan lagu pada orang Afrika Selatan selama 5 detik.

And then, as if by magic,

Lalu, seperti sebuah sihir

they will spontaneously improvise a load of harmony around that tune

mereka akan langsung mengimprovisasikan banyak harmoni dengan lagu itu

because they can.

karena mereka bisa.

Now those of us that live in the West, if I can use that term,

Lalu kita yang tinggal di Barat, jika saya dapat berkata seperti itu,

I think have a much more hidebound attitude or sense of music --

saya rasa lebih berpandangan sempit dalam hal musik --

that somehow it's all about skill and systems.

seperti musik hanyalah tentang kemampuan dan sistem.

Therefore it's the exclusive preserve

Sehingga musik hanya milik eksklusif

of an elite, talented body.

dari orang yang berbakat dan elit.

And yet, ladies and gentlemen, every single one of us on this planet

Namun, para hadirin sekalian, kita semua di planet ini

probably engages with music on a daily basis.

mungkin terlibat dengan musik setiap hari.

And if I can broaden this out for a second,

Dan jika saya dapat memperluasnya sebentar,

I'm willing to bet that every single one of you sitting in this room

saya bersedia bertaruh bahwa semua orang yang ada di ruangan ini

would be happy to speak with acuity, with total confidence,

akan senang untuk berbicara dengan tajam, dengan percaya diri,

about movies, probably about literature.

tentang film, mungkin tentang literatur.

But how many of you would be able to make a confident assertion

Namun berapa banyak dari Anda yang dapat berbicara dengan yakin

about a piece of classical music?

tentang musik klasik?

Why is this?

Mengapa ini terjadi?

And what I'm going to say to you now

Dan apa yang ingin saya katakan

is I'm just urging you to get over

adalah saya mengajak Anda untuk mengenyahkan

this supreme lack of self-confidence,

rasa kurang percaya diri yang besar ini

to take the plunge, to believe that you can trust your ears,

untuk terjun, untuk percaya bahwa Anda bisa mempercayai telinga Anda,

you can hear some of the fundamental muscle tissue,

Anda dapat mendengar beberapa jaringan otot dasar,

fiber, DNA,

serat, DNA,

what makes a great piece of music great.

apa yang membuat lagu menjadi luar biasa.

I've got a little experiment I want to try with you.

Ada percobaan kecil yang ingin saya coba lakukan.

Did you know

Tahukah Anda

that TED is a tune?

bahwa TED adalah lagu?

A very simple tune based on three notes -- T, E, D.

Nada sederhana dari tiga nada -- T, E, D.

Now hang on a minute.

Tunggu sebentar.

I know you're going to say to me, "T doesn't exist in music."

Saya tahu Anda akan mengatakan, "T tidak ada dalam musik."

Well ladies and gentlemen, there's a time-honored system,

Begini, ada sistem berbasis waktu

which composers have been using for hundreds of years,

yang telah digunakan para penggubah lagu selama ratusan tahun,

which proves actually that it does.

yang membuktikan sebenarnya T ada.

If I sing you a musical scale: A, B, C, D, E, F, G --

Jika saya menyanyikan nada musik, A, B, C, D, E, F, G --

and I just carry on with the next set of letters in the alphabet, same scale:

dan saya meneruskannya dengan abjad berikutnya, nada yang sama:

H, I, J, K, L, M, N,

H, I, J, K, L, M, N,

O, P, Q, R, S, T -- there you go.

O, P, Q, R, S, T -- ini dia.

T, see it's the same as F in music.

T, sama dengan nada F dalam musik.

So T is F.

Jadi T adalah F.

So T, E, D is the same as F, E, D.

T, E, D sama dengan F, E, D.

Now that piece of music that we played at the start of this session

Lalu cuplikan musik yang kita mainkan pada awal sesi ini

had enshrined in its heart

telah terabadikan dalam hati

the theme, which is TED.

lagu temanya, yaitu TED.

Have a listen.

Dengarlah.

(Music)

(Musik)

Do you hear it?

Apa Anda mendengarnya?

Or do I smell some doubt in the room?

Ataukah saya mencium keraguan di ruangan ini?

Okay, we'll play it for you again now,

Baiklah, kita akan mainkan lagi sekarang

and we're going to highlight, we're going to poke out the T, E, D.

kita akan menyoroti, menyodok kata-kata TED.

If you'll pardon the expression.

Maaf atas ekspresi saya.

(Music)

(Musik)

Oh my goodness me, there it was loud and clear, surely.

Astaga, sungguh sangat keras dan jelas, benar.

I think we should make this even more explicit.

Saya rasa kita harus membuatnya lebih eksplisit lagi.

Ladies and gentlemen, it's nearly time for tea.

Para hadirin sekalian, sudah hampir saatnya istirahat.

Would you reckon you need to sing for your tea, I think?

Kita anggap saja Anda harus bernyanyi agar dapat minum teh saat istirahat. Bagaimana?

I think we need to sing for our tea.

Saya rasa kita harus bernyanyi sebelum istirahat.

We're going to sing those three wonderful notes: T, E, D.

Kita akan menyanyikan ketiga nada mengagumkan ini: T, E, D.

Will you have a go for me?

Anda bersedia?

Audience: T, E, D.

Penonton: T, E, D.

Charles Hazlewood: Yeah, you sound a bit more like cows really than human beings.

Charles Hazlewood: Ya, Itu lebih terdengar seperti suara sapi ketimbang suara manusia.

Shall we try that one again?

Maukah kita mencobanya lagi?

And look, if you're adventurous, you go up the octave.

Dan jika Anda berjiwa petualang, nyanyikanlah 1 oktaf lebih tinggi,

T, E, D.

T, E, D.

Audience: T, E, D.

Penonton: T, E, D.

CH: Once more with vim. (Audience: T, E, D.)

CH: Sekali lagi dengan semangat. (Penonton: T, E, D.)

There I am like a bloody windmill again, you see.

Yah, saya seperti kincir angin ganas lagi.

Now we're going to put that in the context of the music.

Baik, kita akan menggabungkannya dengan musik.

The music will start, and then at a signal from me, you will sing that.

Musiknya akan dimulai lalu saat saya memberi tanda Anda akan bernyanyi.

(Music)

(Musik)

One more time,

Sekali lagi,

with feeling, ladies and gentlemen.

dengan perasaan. Jika tidak,

You won't make the key otherwise.

Anda tidak akan menemukan kuncinya.

Well done, ladies and gentlemen.

Anda mendapat tepuk tangan meriah.

It wasn't a bad debut for the TED choir,

Bukan permulaan yang buruk bagi paduan suara TED,

not a bad debut at all.

sama sekali bukan permulaan yang buruk.

Now there's a project that I'm initiating at the moment

Kini ada proyek yang sedang saya rintis

that I'm very excited about and wanted to share with you,

proyek yang sangat menarik dan ingin saya bagikan

because it is all about changing perceptions,

karena hal ini berhubungan tentang mengubah persepsi,

and, indeed, building a new level of trust.

dan membangun kepercayaan dalam tingkatan yang baru.

The youngest of my children was born with cerebral palsy,

Anak bungsu saya terlahir dengan celebral palsy,

which as you can imagine,

di mana seperti yang Anda bayangkan,

if you don't have an experience of it yourself,

jika Anda tidak berpengalaman dalam hal ini

is quite a big thing to take on board.

cukup sulit untuk membawanya.

But the gift that my gorgeous daughter has given me,

Namun karunia yang diberikan putri saya itu

aside from her very existence,

selain dari kehadirannya itu sendiri

is that it's opened my eyes to a whole stretch of the community

adalah dia membuka mata saya pada seluruh ragam masyarakat

that was hitherto hidden,

yang sebelumnya tersembunyi,

the community of disabled people.

komunitas orang-orang cacat.

And I found myself looking at the Paralympics and thinking how incredible

Saya menyaksikan Paralympic (olimpiade para penyandang cacat) dan berpikir

how technology's been harnessed to prove beyond doubt

betapa menakjubkannya teknologi telah menjinakkan tanpa keraguan

that disability is no barrier

bahwa kelumpuhan bukanlah halangan

to the highest levels of sporting achievement.

untuk mencapai tingkatan olahraga tertinggi.

Of course there's a grimmer side to that truth,

Tentu saja ada sisi yang lebih suram dari kenyataan itu

which is that it's actually taken decades for the world at large

yaitu bahwa dunia memerlukan puluhan tahun

to come to a position of trust,

untuk dapat percaya,

to really believe that disability and sports can go together

untuk benar-benar yakin bahwa kelumpuhan dan olahraga dapat bersama

in a convincing and interesting fashion.

dalam cara yang meyakinkan dan menarik.

So I find myself asking:

Sehingga saya bertanya:

where is music in all of this?

di mana musik?

You can't tell me that there aren't millions of disabled people,

Anda tidak bisa berkata tidak ada jutaan orang lumpuh

in the U.K. alone,

di Inggris saja

with massive musical potential.

dengan potensi musik yang luar biasa.

So I decided to create a platform for that potential.

Jadi saya memutuskan untuk membuat tempat untuk itu.

It's going to be Britain's first ever

Ini akan menjadi orkestra penyandang cacat nasional

national disabled orchestra.

pertama di Inggris.

It's called Paraorchestra.

Sesuatu yang disebut "ParaOrkestra."

I'm going to show you a clip now

Saya akan menunjukkan sebuah klip

of the very first improvisation session that we had.

tentang sesi improvisasi pertama kami.

It was a really extraordinary moment.

Ini benar-benar saat-saat luar biasa.

Just me and four astonishingly gifted disabled musicians.

Saya bersama 4 musisi penyandang cacat yang sangat berbakat.

Normally when you improvise --

Biasanya saat Anda berimprovisasi --

and I do it all the time around the world --

dan saya melakukannya setiap saat di seluruh dunia --

there's this initial period of horror,

pada awalnya ada rasa takut,

like everyone's too frightened to throw the hat into the ring,

seperti semuanya terlalu takut untuk menyerah,

an awful pregnant silence.

kesunyian yang mengerikan.

Then suddenly, as if by magic, bang! We're all in there

Lalu tiba-tiba, seperti sihir, bang! Kita semua ada di sana,

and it's complete bedlam. You can't hear anything.

benar-benar hiruk pikuk. Anda tidak dapat mendengar apapun.

No one's listening. No one's trusting.

Tidak ada yang mendengar. Tidak ada yang percaya.

No one's responding to each other.

Tidak ada yang saling menanggapi.

Now in this room with these four disabled musicians,

Dalam ruangan ini dengan empat musisi penyandang cacat ini

within five minutes

dalam 5 menit,

a rapt listening, a rapt response

penuh pendengaran, penuh tanggapan,

and some really insanely beautiful music.

dan musik yang benar-benar indah.

(Video) (Music)

(Video) (Musik)

Nicholas:: My name's Nicholas McCarthy.

Nicholas: Nama saya Nicholas McCarthy.

I'm 22, and I'm a left-handed pianist.

Usia saya 22 tahun, seorang pianis kidal.

And I was born without my left hand -- right hand.

Dan saya lahir tanpa tangan kiri -- tangan kanan.

Can I do that one again?

Apa saya bisa melakukannya lagi?

(Music)

(Musik)

Lyn: When I'm making music,

Lyn: Saat saya bermain musik,

I feel like a pilot in the cockpit flying an airplane.

saya merasa seperti pilot yang menerbangkan pesawat.

I become alive.

Saya menjadi hidup.

(Music)

(Musik)

Clarence: I would rather be able to play an instrument again

Clarence: Saya lebih memilih dapat bermain alat musik lagi

than walk.

daripada dapat berjalan lagi.

There's so much joy and things

Ada begitu banyak hal dan kebahagiaan

I could get from playing an instrument and performing.

yang saya dapat dari bermain alat musik.

It's removed some of my paralysis.

Hal itu melenyapkan sebagian kelumpuhan saya.

(Music)

(Musik)

(Applause)

(Tepuk tangan)

CH: I only wish that some of those musicians were here with us today,

CH: Saya hanya berharap beberapa musisi ini ada di sini sekarang

so you could see at firsthand how utterly extraordinary they are.

sehingga Anda dapat melihat betapa luar biasanya mereka.

Paraorchestra is the name of that project.

Nama proyek ini adalah ParaOrkestra.

If any of you thinks you want to help me in any way

Jika ada di antara Anda yang ingin menolong saya

to achieve what is a fairly impossible and implausible dream still at this point,

untuk mewujudkan impian yang masih cukup tidak mungkin dan tidak masuk akal saat ini,

please let me know.

tolong beri tahu saya.

Now my parting shot

Lalu cuplikan ini

comes courtesy of the great Joseph Haydn,

adalah berkat Joseph Hadydn,

wonderful Austrian composer in the second half of the 18th century --

seorang penggubah lagu Austria luar biasa dari paruh kedua abad ke-18 --

spent the bulk of his life

yang menghabiskan banyak waktu hidupnya

in the employ of Prince Nikolaus Esterhazy, along with his orchestra.

bekerja untuk Pangeran Nikolaus Esterhazy bersama orkestranya.

Now this prince loved his music,

Pangeran itu menyukai musik

but he also loved the country castle that he tended to reside in most of the time,

namun juga menyukai istana di desa di perbatasan Austria dan Hungaria

which is just on the Austro-Hungarian border,

di mana dia menghabiskan sebagian besar waktunya,

a place called Esterhazy --

sebuah tempat bernama Esterhazy --

a long way from the big city of Vienna.

cukup jauh dari kota Vienna.

Now one day in 1772,

Lalu suatu hari di tahun 1772,

the prince decreed that the musicians' families,

pangeran itu menetapkan bahwa keluarga musisi,

the orchestral musicians' families,

keluarga musisi orkestra,

were no longer welcome in the castle.

tidak lagi diterima di istana itu.

They weren't allowed to stay there anymore; they had to be returned to Vienna --

Mereka tidak diijinkan tinggal di sana lagi, mereka harus kembali ke Vienna --

as I say, an unfeasibly long way away in those days.

seperti yang saya katakan, benar-bena perjalanan jauh saat itu.

You can imagine, the musicians were disconsolate.

Anda dapat membayangkan, para musisi itu putus asa,

Haydn remonstrated with the prince, but to no avail.

Hadyn memprotes keputusan itu, namun tidak ada hasilnya.

So given the prince loved his music,

Jadi karena pangeran menyukai musik,

Haydn thought he'd write a symphony to make the point.

Hadyn berpikir untuk menulis simfoni untuk memprotes.

And we're going to play just the very tail end of this symphony now.

Dan kami akan memutar bagian terakhir dari simfoni itu sekarang.

And you'll see the orchestra in a kind of sullen revolt.

Dan Anda akan melihat orkestra yang bagaikan pemberontakan buruk.

I'm pleased to say, the prince did take the tip

Namun pangeran itu menangkap petunjuk

from the orchestral performance,

dari pertunjukan orkestra itu

and the musicians were reunited with their families.

dan para musisi itu bersatu kembali dengan keluarga mereka.

But I think it sums up my talk rather well, this,

Namun saya rasa hal itu menyimpulkan presentasi ini cukup baik

that where there is trust,

yaitu saat tidak ada kepercayaan,

there is music -- by extension life.

tidak ada musik -- dan lebih jauh lagi, tidak ada kehidupan.

Where there is no trust,

Saat tidak ada kepercayaan

the music quite simply withers away.

musik itu hanya akan menjadi layu.

(Music)

(Musik)

(Applause)

(Tepuk tangan)