Phil Borges: Documenting our endangered cultures

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Ade Indarta

A fact

Sebuah fakta

came out of MIT,

muncul dari MIT,

couple of years ago. Ken Hale,

beberapa tahun yang lalu, Ken Hale,

who's a linguist,

seorang ahli bahasa,

said that of the 6,000 languages

mengatakan bahwa dari 6.000 bahasa

spoken on Earth right now,

yang ada di Bumi sekarang,

3,000 aren't spoken by the children.

3.000 tidak lagi digunakan oleh anak-anak.

So that in one generation,

Sehingga dalam satu generasi,

we're going to halve our cultural diversity.

keanekaragaman budaya kita akan berkurang setengah.

He went on to say

Dia lalu mengatakan

that every two weeks,

bahwa setiap dua minggu,

an elder goes to the grave

seorang berusia lanjut meninggal

carrying the last spoken word

dan membawa serta kata terakhir

of that culture.

dari budaya itu.

So an entire philosophy,

Jadi keseluruhan filsafat,

a body of knowledge about the natural world

satu tubuh pengetahuan tentang alam

that had been empirically gleaned over centuries,

yang telah diperoleh selama berabad-abad

goes away.

lenyap.

And this happens every two weeks.

Dan ini terjadi setiap dua minggu

So for the last 20 years,

Jadi selama 20 tahun terakhir,

since my dental experience,

sejak pertama kali saya ke dokter gigi,

I have been traveling the world

saya telah mengelilingi dunia

and coming back

dan kembali

with stories about some of these people.

dengan kisah tentang orang-orang ini.

What I'd like to do right now

Dan -- yang ingin saya lakukan sekarang

is share some of those stories with you.

adalah membagikan beberapa kisah tersebut.

This is Tamdin.

Inilah Tamdin.

She is a 69-year-old nun.

Seorang biksuni berusia 69 tahun.

She was thrown in prison in Tibet for two years

Dia dijebloskan ke penjara di Tibet selama dua tahun

for putting up a little tiny placard

karena menempelkan pengumuman kecil

protesting the occupation of her country.

yang memprotes pendudukan negaranya.

And when I met her, she had just

Saat bertemu dengannya, dia baru saja

taken a walk over the Himalayas

berjalan kaki melintasi Himalaya

from Lhasa, the capital of Tibet,

dari Lhasa, ibukota Tibet

into Nepal, across to India --

ke Nepal, lalu menyeberang ke India --

30 days --

30 hari --

to meet her leader, the Dalai Lama.

untuk menemui pemimpinnya, Dalai Lama.

The Dalai Lama lives in Dharamsala, India.

Dalai Lama tinggal di Dharamsala, India.

So I took this picture three days

Gambar ini diambil tiga hari

after she arrived,

setelah dia tiba

and she had this beat-up pair of tennis shoes on,

dan dia memakai sepatu tenis yang rusak

with her toes sticking out.

sehingga jari kakinya menyembul keluar.

And she crossed in March,

Dia berjalan di bulan Maret,

and there's a lot of snow at 18,500 feet in March.

saat ada banyak salju pada ketinggian 18.500 kaki.

This is Paldin.

Inilah Paldin.

Paldin is a 62-year-old monk.

Paldin seorang biksu berusia 62 tahun.

And he spent 33 years in prison.

Dia dipenjara selama 33 tahun.

His whole monastery was thrown into prison

Dan dia -- seluruh anggota biaranya dijebloskan ke penjara

at the time of the uprising,

saat terjadi pergolakan,

when the Dalai Lama had to leave

di mana Dalai Lama harus meninggalkan

Tibet.

Tibet.

And

Dan

he was beaten, starved,

dia dipukuli, dibiarkan kelaparan,

tortured -- lost all his teeth while in prison.

disiksa -- kehilangan semua giginya.

And when I met him, he was a kind gentle old man.

Saat saya bertemu dia, dia orang tua yang baik dan lembut.

And it really impressed me --

Dan itu sangat mengesankan saya --

I met him two weeks after he got out of prison --

saya bertemu dengannya 2 minggu setelah dia keluar dari penjara --

that he went through that experience, and ended up

setelah melalui semua pengalaman seperti itu

with the demeanor that he had.

perilakunya masih tetap baik dan lembut.

So I was in Dharamsala meeting these people,

Saya bertemu dengan orang-orang ini di Dharamsala

and I'd spent about five weeks there,

dan saya menghabiskan 5 minggu

and I was hearing these similar stories

dan mendengar kisah-kisah serupa

of these refugees that had poured out of Tibet

dari para pengungsi yang pergi dari Tibet

into Dharamsala.

menuju Dharamsala.

And it just so happened, on the fifth week,

Dan ternyata, pada minggu kelima

there was a public teaching by the Dalai Lama.

ada khotbah umum dari Dalai Lama.

And

Dan

I was watching this crowd of monks and nuns,

dia -- dan saya menyaksikan kerumunan biksu dan biksuni ini,

many of which I had just interviewed,

banyak di antara mereka yang telah

and heard their stories,

diwawancarai dan bercerita kepada saya,

and I watched their faces,

dan saya melihat wajah-wajah mereka,

and they gave us a little FM radio,

dan mereka memberikan radio FM kecil ini

and we could listen to the translation of his teachings.

sehingga kami bisa mendengar terjemahan dari khotbahnya.

And what he said was:

Dia mengatakan,

treat your enemies as if they were precious jewels,

perlakukan musuhmu seperti perhiasan berharga,

because it's your enemies

karena musuhmu itulah

that build your tolerance and patience

yang membangun rasa toleransi dan kesabaran

on the road to your enlightenment.

di jalan menuju pencerahan.

That hit me so hard,

Saya tidak bisa -- itu sangat mengena,

telling these people that had been through this experience.

berbicara pada orang-orang yang telah melalui pengalaman ini.

So, two months later, I went into

Jadi, dua bulan kemudian

Tibet, and I started

saya pergi ke Tibet dan mulai

interviewing the people there, taking my photographs. That's what I do.

mewawancarai orang-orang di sana dan mengambil foto

I interview and do portraits.

Saya melakukan wawancara dan mengambil foto.

And this is a little girl.

Dan -- gadis kecil ini.

I took her portrait up on top of the Jokhang Temple.

Saya mengambil fotonya di puncak Boara Jokhang.

And I'd snuck in --

Dan saya menyelundupkan --

because it's totally illegal to have a picture of the Dalai Lama in Tibet --

karena memiliki foto Dalai Lama di Tibet itu ilegal --

it's the quickest way you can get arrested.

itu cara tercepat jika Anda ingin ditahan.

So I snuck in a bunch of little wallet-sized pictures of the Dalai Lama,

Jadi saya menyelundupkan beberapa foto kecil Dalai Lama

and I would hand them out.

dan saya memberikannya kepada mereka.

And when I gave them to the people,

Saat saya memberikannya,

they'd either hold them to their heart,

mereka memeluk foto itu,

or they'd hold them up to their head and just stay there.

atau menempelkannya di kepala dan tetap diam.

And this is --

Dan ini --

well, at the time -- I did this 10 years ago --

saat itu -- saya mengambil foto ini 10 tahun yang lalu --

that was 36 years after the Dalai Lama had left.

36 tahun setelah Dalai Lama pergi.

So

Jadi,

I was going in, interviewing these people and doing their portraits.

saya datang, mewawancarai orang-orang ini dan mengambil foto mereka.

This is Jigme and her sister, Sonam.

ini Jigme dan saudaranya, Sonam.

And they live up on the Chang Tang, the Tibetan Plateau,

Mereka tinggal di Chang Tang, dataran tinggi Tibet,

way in the western part of the country.

di bagian barat negara itu.

This is at 17,000 feet.

Ini di ketinggian 17.000 kaki.

And they had just come down from the high pastures,

Mereka baru turun dari padang rumput

at 18,000 feet.

di ketinggian 18.000 kaki.

Same thing: gave her a picture,

Sama: Saya memberinya foto itu,

she held it up to her forehead.

dia menempelkannya di keningnya.

And I usually hand out Polaroids

Saya biasanya menggunakan Polaroid

when I do these, because I'm setting up lights,

saat saya melakukannya, saya menyiapkan

and checking my lights,

dan memeriksa pencahayaannya,

and when I showed her her Polaroid, she screamed and ran into her tent.

saat saya menunjukkan Polaroid ini, dia berteriak dan lari menuju tendanya.

This is Tenzin Gyatso;

Ini Tenzin Gyatso,

he was found to be the Buddha of Compassion at the age of two,

dia dinyatakan sebagai Budha Pengasih pada usia 2 tahun

out in a peasant's house,

dari pedesaan

way out in the middle of nowhere.

di negeri antah berantah.

At the age of four, he was installed

Pada usia 4 tahun, dia dinobatkan

as the 14th Dalai Lama.

sebagai Dalai Lama ke-14.

As a teenager, he faced

Sebagai remaja, dia menghadapi

the invasion of his country,

penyerbuan negaranya

and had to deal with it -- he was the leader of the country.

dan harus menghadapinya -- dia adalah pemimpin negara itu.

Eight years later, when they discovered there was a plot

Delapan tahun kemudian, saat mereka mengetahui

to kill him,

rencana pembunuhan dirinya,

they dressed him up like a beggar

mereka mendandaninya seperti pengemis

and snuck him out of the country on horseback,

dan menyelundupkannya di atas punggung kuda,

and took the same trip that Tamdin did.

dia melakukan perjalanan yang sama seperti Tandin.

And he's never been back to his country since.

Dan dia tinggal -- dia tidak pernah kembali ke negaranya sejak itu.

And

Dan

if you think about this man,

jika Anda berpikir tentang orang ini,

46 years later,

46 tahun kemudian,

still sticking

masih teguh

to this non-violent response

pada tanggapan tanpa kekerasan

to a severe political and human rights issue.

pada masalah besar tentang politik dan hak asasi.

And the young people,

Namun orang-orang muda,

young Tibetans, are starting to say, listen, this doesn't work.

orang-orang Tibet muda, mulai mengatakan, ini tidak akan berhasil.

You know, violence as a political tool

Anda tahu -- kekerasan sebagai alat politik

is all the rage right now.

kini sedang populer.

And

Dan

he still is holding this line.

dia masih memegang prinsip ini.

So this is our icon

Jadi inilah lambang

to non-violence in our world --

antikekerasan di dunia kita --

one of our living icons.

salah satu lambang hidup.

This is another leader of his people.

Ini pemimpin yang lainnya.

This is Moi. This is in the Ecuadorian Amazon.

Namanya Moi. Dia tinggal di Hutan Amazon di Ekuador

And Moi is 35 years old.

Usianya 35 tahun.

And

Dan

this area of the Ecuadorian Amazon --

di Hutan Amazon di Ekuador --

oil was discovered in 1972.

ditemukan minyak pada tahun 1972.

And in this period of time -- since that time --

Dan selama waktu itu -- sejak saat itu --

as much oil, or twice as much oil

minyak yang ditumpahkan di daerah kecil ini,

as was spilled in the Exxon Valdez accident,

sama atau dua kali lebih banyak dibandingkan

was spilled in this little area of the Amazon,

minyak yang tumpah dalam kecelakaan Exxon Valdez

and the tribes in this area have constantly had to move.

dan suku-suku di daerah ini harus terus pindah.

And Moi

Dan Moi

belongs to the Huaorani tribe,

yang berasal dari suku Huaorani,

and they're known as

dan sudah terkenal

very fierce, they're known as "auca."

sangat kejam, mereka dikenal sebagai "auca."

And they've managed to keep out

Mereka berhasil mengusir

the seismologists and the oil workers

para seismolog dan penambang minyak

with spears and blowguns.

dengan tombak dan sumpitan.

And we spent --

Saya menghabiskan --

I was with a team --

-- dengan sekelompok orang --

two weeks with these guys out in the jungle

dua minggu bersama orang-orang ini di hutan

watching them hunt.

menyaksikan mereka berburu.

This was on a monkey hunt,

Ini mereka sedang berburu monyet,

hunting with curare-tipped darts.

dengan anak panah berujung racun curare.

And the knowledge that these people have

Pengetahuan yang dimiliki orang-orang ini

about the natural environment is incredible.

mengenai lingkungan alam sangat luar biasa.

They could hear things, smell things, see things I couldn't see.

Mereka dapat mendengar, mencium, melihat hal yang tidak dapat saya lihat.

And I couldn't even see the monkeys

Saya bahkan tidak dapat melihat monyet

that they were

yang mereka tangkap

getting with these darts.

dengan anak panah ini.

This is Yadira,

Ini Yadira,

and Yadira is

dan Yadira berusia

five years old. She's in a

lima tahun. Dia --

tribe that's neighboring the Huaorani.

adalah suku tetangga Hoaorani.

And her tribe has had to move

Sukunya harus pindah

three times in the last 10 years because of the oil spills.

tiga kali dalam 10 tahun terakhir karena ceceran minyak.

And we never hear about that. And the latest

Kita tidak pernah mendengarnya. Dan pelanggaran

infraction against these people is,

terbaru terhadap orang-orang ini adalah

as part of Plan Colombia,

bagian dari Rencana Kolumbia,

we're spraying Paraquat or Round Up, whatever it is --

kita menyemprotkan Paraquat atau Round Up, atau apapun itu --

we're defoliating thousands of acres

kita menghancurkan ribuan hektar

of the Ecuadorian Amazon

Hutan Amazon di Ekuador

in our war on drugs.

untuk memerangi obat terlarang.

And these people are the people who take the brunt of it.

Orang-orang inilah yang menanggung beban terberat.

This is Mengatoue.

Ini Mengatoue.

He's the shaman of the Huaorani,

Dia dukun suku Huaorani

and

dan dia --

he said to us, you know, I'm an older man now;

dia mengatakan kepada kami, "Saya sekarang sudah tua,

I'm getting tired, you know; I'm tired

saya sudah lelah, benar-benar lelah

of spearing these oil workers.

memerangi para pekerja minyak ini,

I wish they would just go away.

saya harap mereka pergi saja."

And I was -- I usually travel alone

Dan saya -- saya biasanya sendirian

when I do my work, but I did this --

saat mengerjakan tugas ini, namun saya melakukan --

I hosted a program for Discovery,

Saya memandu sebuah program di Discovery,

and when I went down with the team,

dan saat saya terjun bersama tim ini

I was quite concerned about

saya cukup khawatir saat

going in with a whole bunch of people, especially into the Huaorani,

masuk ke sekelompok orang, terutama suku Huaorani,

deep into the Huaorani tribe.

jauh di dalam suku Huaorani.

And

Dan

as it turned out, these guys really

dan ternyata, orang-orang ini sungguh

taught me a thing or two about blending in

mengajari saya satu atau dua hal tentang

with the locals.

berbaur dengan penduduk lokal.

(Laughter)

(Suara tawa)

One of the things I did

Salah satu hal yang saya lakukan

just before 9/11 --

sebelum peristiwa 11 September --

August of 2001 --

Agustus 2001 --

I took my son, Dax,

saya membawa putra saya, Dax,

who was 16 at the time,

yang saat itu berusia 16 tahun,

and I took him to Pakistan.

ke Pakistan.

Because at first I wanted --

Karena pada awalnya saya ingin --

you know, I've taken him on a couple of trips,

saya telah mengajaknya beberapa kali,

but I wanted him to see

namun saya ingin dia menyaksikan

people that live on a dollar a day or less.

orang-orang yang hidup dengan kurang dari 1 dolar per hari.

I wanted him to get an experience

Saya ingin dia mendapat pengalaman

in the Islamic world

akan dunia Islam

and I also wanted him to --

dan saya juga ingin --

I was going there to work with a group,

saya pergi ke sana untuk bekerja dengan sekelompok orang,

do a story on a group called the Kalash,

membuat kisah mengenai kelompok yang disebut Kalash,

that are a group of animists, 3,000 animists,

yaitu sekelompok penganut animisme, 3.000 orang

that live -- very small area --

yang tinggal -- di daerah yang sangat kecil --

surrounded by Islam -- there's 3,000

dikelilingi oleh penduduk Islam -- orang Kalash yang tersisa

of these Kalash left; they're incredible people.

ada 3.000 orang, mereka orang-orang luar biasa.

So it was a great experience for him. He stayed up all night with them,

Jadi ini pengalaman hebat baginya. Dia tinggal semalaman bersama mereka,

drumming and dancing.

bermain drum dan menari.

And he brought a soccer ball,

Dia membawa bola sepak,

and we had soccer every night in this little village.

dan kami bermain setiap malam di desa kecil ini.

And then we went up

Lalu kami pergi

and met their shaman.

dan bertemu dukun mereka.

By the way, Mengatoue was the shaman

Mengatoue adalah

of his tribe as well.

dukun suku mereka.

And this is John Doolikahn,

Ini John Doolikahn,

who's the shaman of the Kalash.

dukun dari suku Kalash.

And he's up in the mountains,

Dia tinggal di pegunungan

right on the border with Afghanistan.

tepat di perbatasan Afganistan.

In fact, on that other side is the area, Tora Bora,

Sebenarnya, di sisi daerah lainnya, Tora Bora,

the area where

daerah di mana

Osama bin Laden's supposed to be. This is the tribal area.

Osama bin Laden diperkirakan berada. Ini daerah kesukuan.

And we watched

Kami menyaksikan

and stayed with

dan tinggal bersama

John Doolikahn.

John Doolikahn.

And the shaman -- I did a whole series on shamanism,

Dan dukun ini -- saya bekerja bersama banyak dukun,

which is

yang merupakan --

an interesting phenomenon.

fenomena menarik.

But around the world,

Namun di seluruh dunia

they go into trance in different ways,

mereka kesurupan dengan cara yang berbeda,

and in Pakistan,

dan di Pakistan

the way they do it is they burn juniper leaves

mereka kesurupan dengan membakar daun jintan

and they sacrifice an animal,

dan mengorbankan hewan,

pour the blood of the animal on the leaves

menuangkan darah hewan itu ke atas daunnya

and then inhale the smoke.

lalu menghirup asapnya.

And they're all praying

Mereka semua berdoa

to the mountain gods

kepada dewa gunung saat mereka --

as they go into trance.

saat mereka kesurupan.

You know,

Itu -- Anda tahu

getting kids used to different realities,

membiasakan anak-anak berada pada realitas berbeda,

I think, is so important. What Dan Dennett said the other day --

saya rasa sangat penting. Apa yang dikatakan Dan Dennett saat itu --

having a curriculum where they study different religions,

memiliki kurikulum di mana mereka mempelajari agama yang berbeda --

just to make a mental flexibility,

untuk menciptakan mental yang supel --

give them a mental flexibility

memberikan mental yang supel

in different belief systems --

dalam sistem kepercayaan yang berbeda.

I think this is so necessary in our world today

Saya rasa hal itu sangat penting saat ini

as you see these clash of beliefs taking place.

di mana bentrokan kepercayaan sedang terjadi.

And all the security issues they cause us.

Semua masalah keamanan -- yang disebabkannya.

So, one thing we did five years ago:

Jadi, satu hal yang kami lakukan 5 tahun yang lalu

we started a program that links kids

kami memulai program yang menghubungkan anak-anak

in indigenous communities with kids in the United States.

di lingkungan asli ini dengan anak-anak di Amerika Serikat.

So we first hooked up

Pertama kami menghubungkan --

a spot in the Navajo Nation with a classroom in Seattle.

sebuah tempat di daerah Navajo dengan ruang kelas di Seattle.

We now have 15 sites.

Kini kami memiliki 15 tempat.

We have one in Kathmandu, Nepal;

Ada di Kathmandu, Nepal;

Dharamsala, India; Takaungu, Kenya --

Dharamsala, India; Takaungu, Kenya --

Takaungu is one-third Christian, one-third Muslim

Takaungu adalah daerah dengan sepertiga orang Kristen

and one-third animist, the community is --

sepertiga orang Islam, dan sepertiga animisme, masyarakatnya --

Ollantaytambo, Peru,

Ollantaytambo, Peru,

and Arctic Village, Alaska.

dan Arctic Village, Alaska.

This is Daniel; he's one of our students

Ini Daniel, dia salah satu siswa

in Arctic Village, Alaska.

di Arctic Village, Alaska.

He lives in this log cabin --

Dia tinggal dalam pondokan panjang ini,

no running water, no heat other than --

tanpa air mengalir, tanpa panas --

no windows

tanpa jendela

and high-speed Internet connection.

dan internet berkecepatan tinggi.

And this is --

Dan inilah -- ini --

I see this rolling out all over --

saya melihat semuanya keluar --

this is our site in Ollantaytambo, Peru, four years ago,

ini tempat kami di Ollantaytambo, Peru, 4 tahun yang lalu

where they first saw their first computers;

saat mereka pertama kali melihat komputer;

now they have computers in their classrooms.

kini mereka memiliki komputer di ruang kelas mereka.

And the way we've done this --

Dan cara kami melakukannya --

we teach digital storytelling to these kids.

kami mengajar seni bercerita digital kepada anak-anak ini.

And we have them tell stories about issues in their community

Dan kami meminta mereka bercerita tentang masalah di masyarakat mereka

in their community that they care about.

masalah yang mereka pedulikan.

And this is in Peru, where the kids told the story

Dan ini di Peru, di mana anak-anak bercerita

about a river that they cleaned up.

tentang sungai yang mereka bersihkan.

And the way we do it is, we do it in workshops,

Cara kami melakukannya, kami mengadakan lokakarya

and we bring people who want to learn

dan kami membawa orang-orang yang mau belajar

digital workflow and storytelling,

alur kerja digital dan seni bercerita

and have them

dan meminta mereka

work with the kids.

bekerja dengan anak-anak.

And just this last year we've taken a group of teenagers in,

Baru tahun lalu kami mengumpulkan sekelompok remaja

and this has worked the best.

dan kegiatan ini sangat berhasil.

So our dream is to bring teenagers together,

Jadi impian kami, mengumpulkan para remaja

so they'll have a community service experience

sehingga mereka memiliki pengalaman pelayanan masyarakat

as well as a cross-cultural experience,

dan juga pengalaman lintas budaya,

as they teach kids in these areas

saat mereka mengajar anak-anak di daerah ini

and help them build their communication infrastructure.

dan membantu membangun prasarana komunikasi mereka.

This is teaching Photoshop

Inilah pelajaran Photoshop

in the Tibetan children's village in Dharamsala.

di -- desa anak-anak Tibet di Dharamsala.

We have the website, where the kids all get their homepage.

Kami memiliki situs, di mana semua anak-anak memiliki laman sendiri.

This is all their movies. We've got about 60 movies

Inilah film-film mereka. Ada sekitar 60 film

that these kids have made,

yang telah dibuat anak-anak ini,

and they're quite incredible.

dan mereka cukup mengagumkan.

The one I want to show you --

Hal yang ingin saya tunjukkan --

after we get them to make the movies,

setelah mereka membuat film-film ini,

we have a night where we show the movies to the community.

kami memutarkan film-film ini kepada masyarakat suatu malam.

And this is in Takaungu --

Ini di Takaungu --

we've got a generator and a digital projector,

kami mendapat generator dan proyektor digital

and we're projecting it up against a barn,

dan menyorotkannya pada dinding sebuah lumbung

and showing one of the movies that they made.

dan menayangkan salah satu film yang mereka buat.

And if you get a chance, you can go to our website, and you'll see

Jika Anda memiliki kesempatan, kunjungilah situs kami dan Anda akan melihat

the incredible work these kids do.

karya mengagumkan dari anak-anak ini.

The other thing:

Anak-anak di negara -- hal lainnya:

I wanted to give indigenous people a voice.

saya ingin menyuarakan orang-orang asli.

That was one of the big motivating factors.

Ini salah satu faktor pendorong besar.

But the other motivating factor is

Namun faktor pendorong lainnya adalah

the insular nature of our country.

negara kita yang pada dasarnya picik.

National Geographic just did a Roper Study

National Geographic baru saja melakukan kajian

of 18 to 26 year olds

pada orang berusia 18 hingga 26 tahun

in our country

di negara kita,

and in nine other industrialized countries.

dan di sembilan negara maju lainnya.

It was a two million dollar study.

Kajian ini menelan biaya 2 juta dolar.

United States came in second to last

Amerika Serikat menduduki peringkat kedua dari bawah

in geographic knowledge.

dalam pengetahuan geografi.

70 percent of the kids couldn't find

70 persen orang-orang ini tidak dapat menemukan

Afghanistan or Iraq on a map;

Afganistan atau Irak di peta.

60 percent couldn't find India;

60 persen tidak dapat menemukan India;

30 percent couldn't find the Pacific Ocean.

30 persen tidak dapat menemukan Samudera Pasifik.

And this is a study

Ini penelitian

that was just done a couple of years ago.

yang baru dilakukan beberapa tahun yang lalu.

So what I'd like to show you now,

Jadi apa yang ingin saya tunjukkan

in the couple of minutes I have left,

dalam beberapa menit yang tersisa

is a film that a student made in Guatemala.

adalah film yang dibuat seorang siswa di Guatemala.

We just had a workshop in Guatemala.

Kami baru saja mengadakan lokakarya di Guatemala.

A week before we got to the workshop,

Satu minggu sebelum lokakarya ini,

a massive landslide, caused by Hurricane Stan,

tanah longsor raksasa karena Badai Stan

last October, came in and buried

Oktober yang lalu menerjang dan mengubur

600 people alive in their village.

600 orang di desa mereka hidup-hidup.

And this kid lived in the village --

Dan siswa ini tinggal di desa ini --

he wasn't there at the time --

dia tidak berada di sana saat itu --

and this is the little movie he put together about that.

dan inilah film singkat yang digabungkannya tentang hal itu.

And he hadn't seen a computer before

Dia tidak pernah melihat komputer sebelumnya,

we did this movie. We taught him Photoshop and --

kami membuat film ini. Kami mengajarkan Photoshop dan --

yeah, we can play it.

ya, kami bisa menayangkannya.

This is an old Mayan funeral chant

Ini adalah nyanyian penguburan Maya kuno

that he got from his grandfather.

yang diturunkan dari kakeknya.

Thank you very much.

Terima kasih banyak.

(Applause)

(Tepuk tangan)