Stefan Sagmeister: The power of time off

Translator: Katarina Sowerby Reviewer: Antonius Yudi Sendjaja

I run a design studio in New York.

Saya memiliki sebuah studio desain di New York.

Every seven years, I close it for one year

Setiap tujuh tahun saya menutup studio desain saya selama setahun penuh

to pursue

untuk melakukan

some little experiments, things that

beberapa eksperimen kecil, sesuatu yang

are always difficult to accomplish

selalu sulit dilakukan

during the regular working year.

dalam kurun tahun kerja biasa.

In that year, we are not available

Dalam kurun waktu setahun itu kami tidak

for any of our clients.

menerima pelanggan.

We are totally closed.

Kami tutup total.

And as you can imagine,

Dan seperti bisa Anda bayangkan,

it is a lovely and very energetic time.

kurun waktu tersebut merupakan saat yang indah dan sangat energetik.

I originally had opened the studio in New York

Pada mulanya saya membuka studio di New York

to combine my two loves, music and design.

untuk memadukan dua hal yang sangat saya cintai, musik dan desain.

And we created videos and packaging

Dan kami menciptakan video-video dan kemasan sampul

for many musicians that you know,

untuk banyak pemusik yang Anda kenal.

and for even more that you've never heard of.

Dan lebih banyak lagi dari yang Anda tidak pernah dengar.

As I realized, just like with many many things in my life

Sayapun menyadari, seperti banyak hal dalam hidup ini

that I actually love,

yang sesungguhnya saya cintai,

I adapt to it.

saya beradaptasi.

And I get, over time, bored by them.

Dan saya ..., dari waktu ke waktu, menjadi bosan.

And for sure, in our case,

Tentu saja, dalam hal ini,

our work started to look the same.

karya kami mulai kelihatan sama.

You see here a glass eye in a die cut of a book.

Anda lihat disini sebuah bola mata dalam sampul buku

Quite the similar idea, then, a perfume packaged

Mirip dengan ide tersebut, sebuah kemasan parfum

in a book, in a die cut.

dalam sebuah buku.

So I decided to close it down for one year.

Jadi saya memutuskan untuk menutup studio selama satu tahun.

Also is the knowledge that

Juga disadari bahwa

right now we spend about

saat ini kita menghabiskan sekitar

in the first 25 years of our lives learning,

25 tahun pertama dalam hidup kita untuk belajar.

then there is another 40 years

Kemudian 40 tahun

that's really reserved for working.

diperuntukkan untuk bekerja.

And then tacked on at the end of it

dan kemudian

are about 15 years for retirement.

sekitar 15 tahun untuk masa pensiun.

And I thought it might be helpful

Dan saya pikir akan lebih baik

to basically cut off five of those retirement years

bila kita mengurangi 5 tahun masa pensiun

and intersperse them in between those working years.

dan menyisipkannya di antara tahun-tahun kerja aktif

(Applause)

(Hadirin bertepuk tangan)

That's clearly enjoyable for myself.

Hal ini sangat menyenangkan bagi saya.

But probably even more important is

Namun demikian, barangkali yang lebih penting adalah

that the work that comes out of these years

karya cipta yang dihasilkan dalam kurun waktu tersebut

flows back into the company

mengalir kembali ke perusahaan,

and into society at large,

dan ke masyarakat luas,

rather than just benefiting a grandchild or two.

bukan sekedar bermanfaat bagi satu atau dua orang cucu.

There is a fellow TEDster who spoke two years ago,

Seorang TEDster yang menjadi pembicara dua tahun yang lalu,

Jonathan Haidt,

Jonathan Haidt

who defined his work into three different levels.

yang mendefinisikan pekerjaannya dalam tiga tingkatan.

And they rang very true for me.

Bagi saya hal tersebut sangat benar.

I can see my work as a job. I do it for money.

Saya bisa memandang pekerjaan saya sebagai tugas dan kewajiban. Saya melakukannya untuk memperoleh uang.

I likely already look forward to the weekend on Thursdays.

Sangat mungkin saya sudah menantikan akhir pekan di hari Kamis.

And I probably will need a hobby as a leveling mechanism.

Dan boleh jadi pula saya memerlukan hobi untuk keseimbangan.

In a career I'm definitely more engaged.

Pekerjaan sebagai sebuah karir, pastilah saya lebih terlibat.

But at the same time, there will be periods when I think

Namun akan ada saat-saat dimana saya mempertanyakan

is all that really hard work really worth my while?

apakah semua upaya kerja keras itu ada maknanya?

While in the third one, in the calling,

Yang ketiga, pekerjaan sebagai sebuah panggilan jiwa,

very much likely I would do it also

sangat mungkin saya akan melakukannya

if I wouldn't be financially compensated for it.

kendatipun saya tidak menerima imbalan.

I am not a religious person myself,

Saya bukan seorang yang religius

but I did look for nature.

namun saya memperhatikan alam.

I had spent my first sabbatical in New York City.

Saya menghabiskan liburan panjang pertama saya di New York.

Looked for something different for the second one.

mencari sesuatu yang berbeda untuk libur panjang yang kedua.

Europe and the U.S. didn't really feel enticing

Eropa dan Amerika Serikat tidak menarik minat saya

because I knew them too well. So Asia it was.

karena saya mengenal Eropa dan Amerika Serikat terlalu baik. Jadilah saya memilih Asia.

The most beautiful landscapes I had seen in Asia

Bentang alam terindah yang pernah saya lihat di Asia

were Sri Lanka and Bali.

adalah di Sri Lanka dan Bali.

Sri Lanka still had the civil war going on, so Bali it was.

Saat itu di Sri Lanka masih ada perang saudara. Jadi Bali menjadi pilihan saya.

It's a wonderful, very craft-oriented society.

Bali sangat indah, sebuah masyarakat yang sangat berorientasi pada seni pekerjaan tangan.

I arrived there in September 2008,

Saya tiba di sana dalam bulan September 2008,

and pretty much started to work right away.

dan mulai bekerja segera setelah saya tiba di sana.

There is wonderful inspiration coming from the area itself.

Inspirasi indah datang dari kawasan itu sendiri.

However the first thing that I needed was

Tetapi, hal pertama yang saya perlukan adalah

mosquito repellent typography

tipografi obat nyamuk

because they were definitely around heavily.

karena di sana sangat banyak nyamuk.

And then I needed some sort of way

Kemudian saya perlu sesuatu

to be able to get back to all the wild dogs

untuk dapat menghalau anjing-anjing liar

that surround my house,

yang mengerumuni rumah saya,

and attacked me during my morning walks.

dan menyerang saya ketika saya jalan-jalan pagi.

So we created this series of 99 portraits on tee shirts.

Jadi kami menciptakan satu seri 99 foto di kaos oblong.

Every single dog on one tee shirt.

Setiap anjing di kaos oblong

As a little retaliation

Sebagai sebuah balas dendam

with a just ever so slightly menacing message

dengan pesan yang agak mengancam

(Laughter)

(Hadirin tertawa)

on the back of the shirt.

di bagian belakang kaos oblong.

(Laughter)

Hadirin tertawa.

Just before I left New York

Sebelum saya meninggalkan New York

I decided I could actually renovate my studio.

saya memutuskan untuk merenovasi studio saya.

And then just leave it all to them.

Dan saya serahkan pada mereka.

And I don't have to do anything.

Dan saya tidak perlu melakukan apapun.

So I looked for furniture.

Jadi saya mencari perabotan.

And it turned out that

Dan ternyata

all the furniture that I really liked,

semua perabotan yang saya suka

I couldn't afford.

harganya tidak terjangkau.

And all the stuff I could afford, I didn't like.

Dan semua yang harganya terjangkau, saya tidak menyukainya.

So one of the things that we pursued in Bali

Jadi satu hal yang saya cari di Bali

was pieces of furniture.

adalah perabotan.

This one, of course, still works with the wild dogs.

Yang satu ini, tentunya, tampak bagus dengan anjing-anjing liar.

It's not quite finished yet.

Belum sepenuhnya rampung.

And I think by the time this lamp came about,

Dan saya pikir bila lampu ini selesai

(Laughter)

(Hadirin tertawa)

I had finally made peace with those dogs.

Akhirnya saya berdamai dengan anjing-anjing itu.

(Laughter)

(Hadirin tertawa)

Then there is a coffee table. I also did a coffee table.

Lalu sebuah meja kopi. Saya juga membuat sebuah meja kopi.

It's called Be Here Now.

Namanya "Be Here Now."

It includes 330 compasses.

Terbuat dari 330 buah kompas.

And we had custom espresso cups made

Dan kami membuat cangkir espreso yang dirancang khusus

that hide a magnet inside,

dan di dalamnya ada sebuah magnet,

and make those compasses go crazy,

yang membuat jarum-jarum kompas bergerak liar

always centering on them.

selalu berpusat ke gelas itu.

Then this is a fairly talkative, verbose kind of chair.

Kemudian ini adalah sebuah kursi yang sangat cerewet.

I also started meditating for the first time in my life in Bali.

Sayapun mulai bersemedi untuk pertama kali dalam hidup saya di Bali.

And at the same time, I'm extremely aware

Dan bersamaan dengan itu, saya sangat sadar

how boring it is to hear about other people's happinesses.

betapa membosankan mendengar orang berbicara tentang kebahagiaan.

So I will not really go too far into it.

Jadi saya tidak ingin membahasnya lebih dalam.

Many of you will know this TEDster,

Banyak di antara Anda mengenal TEDster yang satu ini,

Danny Gilbert, whose book, actually,

Dabby Gilbert, yang menulis buku, yang

I got it through the TED book club.

saya dapatkan melalui klub buku TED.

I think it took me four years

Saya pikir diperlukan 4 tahun

to finally read it, while on sabbatical.

sampai akhirnya saya membacanya, saat berlibur panjang.

And I was pleased to see

Dan saya sangat senang mengetahui

that he actually wrote the book while he was on sabbatical.

bahwa dia menulis buku saat menjalani liburan panjang.

And I'll show you a couple of people

Dan saya akan tunjukkan beberapa orang

that did well by pursuing sabbaticals.

yang sangat sukses karena berlibur panjang.

This is Ferran Adria. Many people think

Inilah Ferran Adria. Banyak orang menganggap

he is right now the best chef in the world

saat ini dia merupakan juru masak terbaik di dunia

with his restaurant north of Barcelona, El Bulli.

dengan restorannya di utara Barcelona, el Bulli.

His restaurant is open seven months every year.

Restorannya buka tujuh bulan setiap tahun.

He closes it down for five months

Dia menutup restoran selama lima bulan dalam setahun

to experiment with a full kitchen staff.

untuk bereksperimen dengan seluruh staff dapur.

His latest numbers are fairly impressive.

Angka statistiknya sangat mengagumkan.

He can seat, throughout the year,

Sepanjang tahun dia bisa

he can seat 8,000 people.

melayani 8.000 orang.

And he has 2.2 million requests for reservations.

Dan dia menerima 2,2 juta permintaan pesanan.

If I look at my cycle, seven years, one year sabbatical,

Bila saya lihat daur saya, satu tahun liburan dalam tujuh tahun,

it's 12.5 percent of my time.

sama dengan 12,5% waktu saya.

And if I look at companies that are actually more successful than mine,

Dan bila saya mengamati perusahaan-perusahaan yang lebih sukses dari perusahaan saya,

3M since the 1930s

3M, sejak era tahun 1930-an

is giving all their engineers

memberi keleleluasaan pada insinyur-insunyurnya

15 percent to pursue whatever they want.

untuk menghabiskan 15% waktu melakukan apa saja yang mereka sukai.

There is some good successes.

Mereka meraup beberapa sukses besar.

Scotch tape came out of this program,

Produk selotip diciptakan melalui program ini,

as well as Art Fry developed

demikian juga dengan Art Fry yang

sticky notes from during his personal time for 3M.

menciptakan sticky notes selama bekerja di 3M

Google, of course, very famously

Google, tentu saja, tersohor dengan

gives 20 percent for their software engineers

memberi para desainer perangkat lunak 20% waktu kerja

to pursue their own personal projects.

untuk melakukan berbagai proyek pribadi.

Anybody in here has actually ever conducted a sabbatical?

Apakah ada di antara hadirin yang pernah berlibur panjang?

That's about five percent of everybody.

Ada sekitar 5% dari hadirin.

So I'm not sure if you saw your neighbor putting their hand up.

Saya tidak yakin apa orang di sebelah Anda mengangkat tangan.

Talk to them about if it was successful or not.

Berbincanglah dengan mereka dan tanyakan apakah libur panjang mereka berjalan sukses.

I've found that

Menurut saya

finding out about what I'm going to like in the future,

untuk mencari tahu apa yang akan saya suka di masa depan,

my very best way is to talk to people

cara terbaik bagi saya adalah bertanya pada orang-orang

who have actually done it

yang sudah melakukannya

much better than myself envisioning it.

lebih baik dari pada saya menggagasnya sendiri.

When I had the idea of doing one,

Ketika saya mendapat ide untuk melakukannya,

the process was I made the decision and I put it into my daily planner book.

proses yang saya tempuh adalah dengan menuliskannya di buku agenda.

And then I told as many, many people as I possibly could about it

Dan kemudian saya memberi tahu sebanyak mungkin orang bahwa saya akan melakukannya

so that there was no way that I could chicken out later on.

dengan demikian saya tidak punya alasan untuk mengurungkan rencana saya.

(Laughter)

(Hadirin tertawa)

In the beginning, on the first sabbatical,

Pada mulanya, libur panjang pertama saya

it was rather disastrous.

berjalan agak penuh halangan.

I had thought that I should do this without any plan,

Saya pikir saya harus melakukannya tampa rencana,

that this vacuum of time somehow would

bahwa kekosongan waktu ini akan berjalan

be wonderful and enticing

dengan indah dan menarik

for idea generation. It was not.

untuk menghasilkan banyak ide. Ternyata tidak demikian.

I just, without a plan, I just reacted

Tanpa rencana, saya bersikap reaktif

to little requests, not work requests,

terhadap permintaan-permintaan kecil, bukan permintaan yang berhubungan dengan pekerjaan

those I all said no to, but other little requests.

yang saya jawab dengan tidak, namun permintaan-permintaan kecil lainnya.

Sending mail to Japanese design magazines and things like that.

Mengirim surat ke majalah-majalah desain Jepang dan sejenisnya.

So I became my own intern.

Jadi saya menjadi pemagang.

(Laughter)

(Hadirin tertawa)

And I very quickly

Dan dengan sangat cepat

made a list of the things I was interested in,

saya membuat daftar hal-hal yang saya sukai,

put them in a hierarchy, divided them into chunks of time

saya atur secara hirarki, membaginya dalam kurun waktu

and then made a plan, very much like in grade school.

dan kemudian membuat sebuah rencana, seperti ketika di sekolah dasar.

What does it say here? Monday, 8 to 9: story writing;

Apa yang saya tuliskan di sini? Senin dari jam delapan sampai jam sembilan: menulis certita.

9 to 10: future thinking.

Jam sembilan sampai jam sepuluh: berpikir mengenai masa depan.

Was not very successful. And so on and so forth.

Tidak berhasil. Begitu seterusnya.

And that actually, specifically as a starting point

Dan sesungguhnya, sebagai titik awal

of the first sabbatical, worked really well for me.

dari libur panjang pertama saya berjalan baik buat saya.

What came out of it?

Apa yang saya hasilkan?

I really got close to design again.

Saya semakin dekat dengan dunia desain.

I had fun.

Saya bersenang-senang.

Financially, seen over the long term, it was actually successful.

Dalam hal keuangan, dilihat dalam jangka panjang, sangat sukses.

Because of the improved quality, we could ask for higher prices.

Karena dengan semakin tingginya kualitas kerja, kami dapat mematok harga yang lebih tinggi.

And probably most importantly,

Dan mungkin yang paling penting,

basically everything we've done

pada dasarnya apapun yang sudah kami lakukan

in the seven years following the first sabbatical

dalam tujuh tahun sejak libur panjang pertama saya

came out of thinking of that one single year.

merupakan buah pikiran dari waktu setahun itu.

And I'll show you a couple of projects

Saya akan perlihatkan beberapa proyek

that came out of the seven years following that sabbatical.

yang kami hasilkan selama tujuh tahun setelah libur panjang itu.

One of the strands of thinking I was involved in was

Salah satu buah pikiran yang muncul adalah

that sameness is so incredibly overrated.

bahwa keseragaman merupakan sesuatu yang terlalu dibesar-besarkan.

This whole idea that everything needs to be exactly the same

Pemikiran bahwa semuanya harus seragam

works for a very very few strand of companies,

hanya berlaku bagi segelintir perusahaan

and not for everybody else.

dan tidak berlaku bagi orang lain.

We were asked to design an identity for Casa da Musica,

Kami diminta untuk mendesain identitas untuk Casa de Musica,

the Rem Koolhaas-built music center

pusat musik yang dirancang oleh arsitek Rem Koolhaas

in Porto, in Portugal.

di Porto, Portugal.

And even though I desired to do an identity

Dan kendatipun saya berminat untuk menciptakan sebuah identitas

that doesn't use the architecture,

yang tidak memanfaatkan gaya arsitektur,

I failed at that.

saya gagal melakukannya.

And mostly also because I realized

Dan terutama karena saya juga menyadari

out of a Rem Koolhaas presentation to the city of Porto, where

bahwa berdasarkan presentasi Rem Koolhaas di dewan kota Porto dimana

he talked about a conglomeration of various layers of meaning.

dia berbicara tentang suatu konglomerasi berbagai lapisan makna.

Which I understood after I

Yang kemudian saya sadari setelah saya

translated it from architecture speech

menterjemahkan pidato arsitektur

in to regular English,

ke dalam bahasa Inggris awam

basically as logo making.

pada dasarnya untuk membuat logo.

And I understood that the building itself was a logo.

Dan saya menyadari bahwa bangunan itu sendiri merupakan sebuah logo.

So then it became quite easy.

Jadi kemudian semuanya menjadi cukup mudah.

We put a mask on it,

Kami menutupi gambar bangunan itu,

looked at it deep down in the ground,

mengamatinya dengan dalam,

checked it out from all sides,

mengamati berbagai sisi,

west, north, south, east,

barat, utara, selatan, timur,

top and bottom.

atas dan bawah.

Colored them in a very particular way

Mewarnainya dengan cara yang sangat khusus

by having a friend of mine write a piece of software,

dengan cara meminta seorang teman membuat perangkat lunak,

the Casa da Musica Logo Generator.

Pembuat Logo Casa de Musica.

That's connected to a scanner.

Perangkat lunak itu dihubungkan dengan sebuah pemindai.

You put any image in there, like that Beethoven image.

Bila anda masukkan gambar apapun, semisal gambar Beethoven.

And the software, in a second,

Dan perangkat lunak tersebut, dalam sekejap,

will give you the Casa da Musica Beethoven logo.

akan memberi Anda sebuah logo Casa de Musica versi Beethoven.

Which, when you actually have to design a Beethoven poster,

Dimana, bila Anda harus merancang sebuah poster Beethoven,

comes in handy, because the visual information of the logo

sangat mudah karena informasi visual dari logo

and the actual poster is exactly the same.

dan poster, pada dasarnya sama.

So it will always fit together, conceptually, of course.

Jadi akan selalu serasi, secara konseptual, tentu saja.

If Zappa's music is performed, it gets its own logo.

Bila musik Zappa digelar, maka pagelaran itu akan memiliki logo tersendiri.

Or Philip Glass or Lou Reed or the Chemical Brothers,

Atau Philip Glass atau Lou Reed atau Chemical Brothers

who all performed there, get their own

yang melakukan pagelaran di sana, akan memiliki

Casa da Musica logo.

logo Casa de Musica tersendiri.

It works the same internally with the president or the musical director,

Sama halnya dengan presiden atau pengarah musik

whose Casa da Musica portraits wind up on their business cards.

dimana gambar-gambar Casa de Musica dicetak di kartu-kartu nama.

There is a full-blown orchestra

Ada pula sebuah orkestra komplit

living inside the building.

di dalam bangunan gedung.

It has a more transparent identity.

Ini memiliki identitas yang lebih transparan.

The truck they go on tour with.

Bis yang mereka gunakan dalam tur.

Or there's a smaller contemporary orchestra,

Atau sebuah orkestra kontemporer yang lebih kecil,

12 people that remixes its own title.

12 orang yang meramu judul tersendiri.

And one of the handy things that came about

Dan satu hal yang sangat praktis adalah

was that you could take the logo type

Anda bisa menggunakan sejenis logo

and create advertising out of it.

dan menciptakan sebuah rancangan iklan.

Like this Donna Toney poster,

Seperti poster Donna Toney,

or Chopin, or Mozart,

atau Chopin, atau Mozart,

or La Monte Young.

atau La Monte Young.

You can take the shape and make typography out of it.

Anda bisa mengambil bentuk dan membuat sebuah tipografi.

You can grow it underneath the skin.

Anda bisa pula mengembangkannya di bawah kulit.

You can have a poster for a family event in front of the house,

Anda bisa membuat sebuah poster acara keluarga di depan rumah,

or a rave underneath the house

atau sebuah sambutan di bawah rumah

or a weekly program,

atau sebuah acara mingguan

as well as educational services.

dan layanan pendidikan.

Second insight. So far, until that point I had

Wawasan kedua. Sejauh ini, saya

been mostly involved

sebagian besar telah terlibat

or used the language of design

atau menggunakan bahasa desain

for promotional purposes,

untuk tujuan promosi,

which was fine with me.

yang tidak menjadi masalah buat saya.

On one hand I have nothing against selling.

Di satu sisi, saya tidak menentang ide penjualan.

My parents are both salespeople.

Kedua orang tua saya orang bagian penjualan

But I did feel that

Namun saya merasa

I spent so much time learning this language,

saya menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari bahasa ini,

why do I only promote with it?

mengapa saya hanya memakainya untuk promosi?

There must be something else.

Pada ada sesuatu yang lain.

And the whole series of work came out of it.

Dan seluruh rangkaian karya ini berasal dari pemikiran ini.

Some of you might have seen it.

Anda mungkin telah melihatnya.

I showed some of it

Saya telah memperlihatkannya

at earlier TEDs before,

di presentasi TED sebelumnya,

under the title "Things I've Learned in My Life So Far."

dalam presentasi berjudul "Hal-hal yang Telah Saya Perlajari Sejauh Ini."

I'll just show two now.

Kini saya akan memperlihatkan dua contoh.

This is a whole wall of bananas

Ini sebuah dinding terbuat dari pisang

at different ripenesses

dengan kematangan yang berbeda

on the opening day in this gallery in New York.

pada hari pembukaan galeri ini di New York.

It says, "Self-confidence produces fine results."

Di mana tertulis, "Rasa percaya diri memberikan hasil yang gemilang."

This is after a week.

Ini setelah satu minggu.

After two weeks,

Setelah dua minggu,

three weeks, four weeks, five weeks.

tiga minggu, empat minggu, lima minggu.

And you see the self confidence almost comes back,

Dan Anda liha rasa percaya diri hampir pulih,

but not quite.

tapi tidak sepenuhnya.

These are some pictures visitors sent to me.

Ini beberapa foto yang dikirim para pengunjung kepada saya.

(Laughter)

(Hadirin tertawa)

And then the city of Amsterdam

Dan kota Amsterdam

gave us a plaza and asked us to do something.

memberi kami sebuah plaza dan meminta kami untuk membuat sesuatu.

We used the stone plates as a grid

Kami memakai piring-piring batu sebagai grid

for our little piece.

untuk karya kecil kami.

We got 250,000 coins from the central bank,

Kami menerima 250.000 keping uang dari bank sentral

at different darknesses.

dengan gradasi warna yang berbeda.

So we got brand new ones, shiny ones,

Jadi kami dapat koin baru, yang masih berkilau,

medium ones, and very old, dark ones.

yang sedang, yang sangat tua, yang berwarna gelap.

And with the help of 100 volunteers, over a week,

Dengan bantuan sekitar 100 relawan, dalam waktu satu minggu

created this fairly floral typography

kami menciptakan tipografi flora ini

that spelled, "Obsessions make my life worse

yang bertuliskan: Obsesi membuat hidupku lebih buruk

and my work better."

dan karyaku lebih baik"

And the idea of course was to

Dan idenya tentu saja untuk

make the type so precious

membuat sebuah karya yang tak ternilai

that as an audience

yang membuat seorang pengunjung

you would be in between,

akan membatin antara,

"Should I really take as much money as I can?

"Haruskah saya mengambil uang sebanyak mungkin?

Or should I leave the piece intact as it is right now?"

Atau haruskah saya biarkan karya ini tak tersentuh?

While we built all this up

Ketika kami menyelesaikan karya ini

during that week, with the 100 volunteers,

dalam seminggu, dengan bantuan ratusan relawan,

a good number of the neighbors surrounding the plaza

banyak orang dari sekitar plaza

got very close to it and quite loved it.

mengamati dari dekat dan sangat menyukai karya ini.

So when it was finally done,

Jadi ketika akhirnya karya ini selesai

and in the first night

dan di malam pertama

a guy came with big plastic bags

seorang pria datang dengan tas-tas plastik besar

and scooped up as many coins as he could possibly carry,

dan meraup sebanyak mungkin uang

one of the neighbors called the police.

salah seorang penghuni di sekitar plaza menelepon polisi.

And the Amsterdam police

Dan polisi Amsterdam

in all their wisdom,

dengan semua kebijakannya,

came, saw,

datang, melihat

and they wanted to protect the artwork.

dan mereka ingin melindungi karya seni itu.

And they swept it all up and put it into custody

Dan meraup semua uang dan mengamankannya

at police headquarters.

di markas besar kepolisian.

(Laughter)

(Hadirin tertawa)

I think you see, you see them sweeping. You see them sweeping right here.

Anda bisa melihat di video ini polisi menyapu. Anda bisa melihat polisi-polisi menyapu di sini.

That's the police, getting rid of it all.

Itulah polisi, memusnahkan semuanya.

So after eight hours

Jadi setelah delapan jam

that's pretty much all that was left

inilah yang tersisa

of the whole thing.

dari seluruh karya seni.

(Laughter)

(Hadirin tertawa)

We are also working on the start of a bigger project in Bali.

Kami juga mulai sebuah proyek besar di Bali.

It's a movie about happiness.

Sebuah film tentang kebahagiaan.

And here we asked some nearby pigs

Dan di sini kami meminta beberapa babi

to do the titles for us.

untuk menulis judul filmnya

They weren't quite slick enough.

Tidak cukup rapi.

So we asked the goose to do it again,

Jadi kami meminta seekor angsa menuliskannya lagi

and hoped she would do somehow,

dan berharap dia akan melakukannya,

a more elegant or pretty job.

dengan lebih anggun atau mengasilkan karya yang indah.

And I think she overdid it.

Dan saya pikir saya membuatnya terlalu berlebihan.

Just a bit too ornamental.

Agak terlalu ornamental.

And my studio is very close to the monkey forest.

Dan studio saya sangat dekat dengan hutan yang dipenuhi monyet.

And the monkeys in that monkey forest

Dan monyet-monyet di hutan itu

looked, actually, fairly happy.

yang terlihat bahagia.

So we asked those guys to do it again.

Jadi kami minta kera-kera itu untuk melakukannya lagi

They did a fine job, but had

Mereka menghasilkan karya yang bagus, tapi

a couple of readability problems.

beberapa diantaranya susah dibaca

So of course whatever you don't really do yourself

Jadi tentu saja apapun yang tidak Anda lakukan sendiri

doesn't really get done properly.

tidak terlaksana dengan semestinya.

That film we'll be working on for the next two years.

Film itu akan dibuat selama dua tahun ke depan.

So it's going to be a while.

Jadi ini akan makan waktu.

And of course you might think that

Dan tentu saja Anda mungkin berpikir

doing a film on happiness

membuat sebuah film mengenai kebahagiaan

might not really be worthwhile.

boleh jadi tak bernilai

Then you can of course always

dan tentu saja Anda selalu bisa

go and see this guy.

melihat pria ini.

Video: (Laughter)

Video: (Hadirin tertawa)

And I'm happy I'm alive.

Dan saya bahagia saya hidup.

I'm happy I'm alive. I'm happy I'm alive.

Saya bahagia saya hidup. Saya bahagia saya hidup.

Stefan Sagmeister: Thank you.

Stefan Sagmeister: Terima kasih.

(Applause)

(Hadirin bertepuk tangan)