Pavan Sukhdev: Put a value on nature!

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: TED Translators admin

I'm here to talk to you

Saya ingin berbicara

about the economic invisibility of nature.

tentang peran ekonomi dari alam yang tidak terlihat.

The bad news

Kabar buruknya

is that mother nature's back office isn't working yet,

adalah kantor untuk menjalankan alam belum bekerja,

so those invoices don't get issued.

sehingga tidak ada tagihan yang dikeluarkan.

But we need to do something about this problem.

Namun kita perlu melakukan sesuatu tentang hal ini.

I began my life as a markets professional

Saya memulai karir saya sebagai tenaga pemasaran

and continued to take an interest,

dan masih terus mengambil bunga,

but most of my recent effort

namun pekerjaan saya belakangan ini

has been looking at the value

adalah melihat pada harga

of what comes to human beings from nature,

yang diberikan kepada manusia dari alam

and which doesn't get priced by the markets.

yang sama sekali tidak ditarik bayaran oleh alam.

A project called TEEB was started in 2007,

Sebuah proyek bernama TEEB diluncurkan pada tahun 2007

and it was launched by a group of environment ministers

oleh sekelompok duta lingkungan hidup

of the G8+5.

dari G8+5.

And their basic inspiration

Dan hal utama yang mengilhami mereka

was a stern review of Lord Stern.

adalah tinjauan dari Lord Stem.

They asked themselves a question:

Mereka bertanya kepada diri sendiri.

If economics could make such a convincing case

Jika ekonomi benar-benar dapat meyakinkan kita

for early action on climate change,

untuk cepat menanggapi perubahan iklim,

well why can't the same be done for conservation?

mengapa pelestarian lingkungan tidak bisa?

Why can't an equivalent case be made

Mengapa kita tidak bisa membuat hal yang sama

for nature?

untuk alam?

And the answer is: Yeah, it can.

Dan jawabannya adalah: Bisa.

But it's not that straightforward.

Namun tidak langsung ke sana.

Biodiversity, the living fabric of this planet, is not a gas.

Keanekaragaman hayati, penyusun kehidupan planet ini, bukanlah gas

It exists in many layers,

dan ada berlapis-lapis,

ecosystems, species and genes across many scales --

ekosistem, spesies, dan gen dalam berbagai ukuran --

international, national, local, community --

internasional, nasional, lokal, masyarakat --

and doing for nature

dan melakukan sesuatu bagi alam

what Lord Stern and his team did for nature is not that easy.

seperti yang dilakukan Lord Stem dan timnya tidak semudah itu.

And yet, we began.

Namun, kami sudah memulainya.

We began the project with an interim report,

Kami memulainya dengan laporan sementara

which quickly pulled together

yang menggabungkan secara singkat

a lot of information that had been collected on the subject

banyak informasi yang telah dikumpulkan tentang hal ini

by many, many researchers.

oleh berbagai peneliti.

And amongst our compiled results

Dan di antara hasil-hasil itu

was the startling revelation

ada pengungkapkan mengejutkan

that, in fact, we were losing natural capital --

bahwa kita kehilangan modal alami --

the benefits that flow from nature to us.

keuntungan yang diperoleh dari alam.

We were losing it at an extraordinary rate --

Kita kehilangan modal itu pada laju yang luar biasa --

in fact, of the order of two to four trillion dollars-worth

sebenarnya sekitar 2 hingga 4 triliun dolar

of natural capital.

dari modal alami.

This came out in 2008,

Ini adalah hasil tahun 2008,

which was, of course, around the time that the banking crisis had shown

di mana, sudah pasti, saat itu krisis perbankan telah menunjukkan

that we had lost financial capital

bahwa kita kehilangan modal keuangan

of the order of two and a half trillion dollars.

sekitar 2 setengah triliun dolar.

So this was comparable in size to that kind of loss.

Jadi jumlah hilangnya modal alami ini setara dengan itu.

We then have gone on since

Sejak itu kami telah mulai

to present for [the] international community,

mempresentasikannya kepada masyarakat internasional,

for governments,

kepada pemerintah,

for local governments and for business

kepada pemerintah lokal dan para usahawan

and for people, for you and me,

dan kepada orang-orang, Anda dan saya,

a whole slew of reports, which were presented at the U.N. last year,

seluruh laporan ini, yang dipresentasikan di depan PBB tahun lalu

which address the economic invisibility of nature

mengenai peran ekonomi dari alam yang tidak terlihat

and describe what can be done to solve it.

dan menjelaskan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.

What is this about?

Apa hal ini sebenarnya?

A picture that you're familiar with --

Inilah gambar yang mungkin sering Anda lihat --

the Amazon rainforests.

hutan hujan Amazon.

It's a massive store of carbon, it's an amazing store of biodiversity,

Gudang penyimpanan karbon dan keanekaragaman hayati yang besar,

but what people don't really know

namun yang tidak diketahui orang-orang

is this also is a rain factory.

adalah tempat ini juga pabrik hujan.

Because the northeastern trade winds,

Karena angin pasat dari timur laut

as they go over the Amazonas,

saat melintasi Amazon

effectively gather the water vapor.

mengumpulkan uap air.

Something like 20 billion tons per day of water vapor

Angin pasat dari timur laut ini mengambil

is sucked up by the northeastern trade winds,

sekitar 20 miliar ton uap air per hari

and eventually precipitates in the form of rain

yang kemudian mengembun dan menjadi hujan

across the La Plata Basin.

di sepanjang Cerukan La Plata.

This rainfall cycle, this rainfall factory,

Siklus hujan dan pabrik hujan ini

effectively feeds an agricultural economy

membantu ekonomi pertanian secara efektif

of the order of 240 billion dollars-worth

dengan nilai 240 miliar dolar

in Latin America.

di Amerika Latin.

But the question arises: Okay, so how much

Namun pertanyaannya: "Jadi berapa yang dibayar

do Uruguay, Paraguay, Argentina

oleh Uruguay, Paraguay, Argentina,

and indeed the state of Mato Grosso in Brazil

dan sudah jelas negara bagian Mato Grosso di Brazil

pay for that vital input to that economy

untuk masukan penting pada ekonomi mereka

to the state of Amazonas, which produces that rainfall?

kepada negara bagian Amazonas, yang menghasilkan hujan itu?

And the answer is zilch,

Dan jawabannya adalah nihil,

exactly zero.

nol.

That's the economic invisibility of nature.

Itulah peran ekonomi alam yang tidak terlihat.

That can't keep going on,

Hal ini tidak dapat berlangsung terus,

because economic incentives and disincentives are very powerful.

karena dorongan dan hambatan ekonomi sangat kuat.

Economics has become the currency of policy.

Ekonomi telah menjadi mata uang politik.

And unless we address

Dan jika kita tidak mengatasi

this invisibility,

peran ekonomi yang tidak terlihat ini

we are going to get the results that we are seeing,

kita akan teurs melihat apa yang kita lihat sekarang

which is a gradual degradation and loss

yaitu penurunan bertahap

of this valuable natural asset.

dari kekayaan alam yang berharga ini.

It's not just about the Amazonas, or indeed about rainforests.

Ini bukan hanya tentang Amazonas atau hutan hujan.

No matter what level you look at,

Dalam tingkat manapun yang Anda lihat,

whether it's at the ecosystem level or at the species level or at the genetic level,

apakah itu tingkat ekosistem, spesies, atau genetik

we see the same problem again and again.

kita terus menerus melihat hal yang sama.

So rainfall cycle and water regulation by rainforests

Siklus hujan dan pengaturan air oleh hutan hujan

at an ecosystem level.

pada tingkat ekosistem.

At the species level,

Pada tingkat spesies,

it's been estimated that insect-based pollination,

diperkirakan bahwa penyerbukan oleh serangga,

bees pollinating fruit and so on,

seperti penyerbukan buah oleh lebah,

is something like 190 billion dollars-worth.

bernilai sekitar 190 miliar dola.

That's something like eight percent

Jumlah itu sekitar 8 persen

of the total agricultural output globally.

dari total hasil pertanian global.

It completely passes below the radar screen.

Semua benar-benar tidak terlihat.

But when did a bee actually ever give you an invoice?

Namun kapan lebah itu memberi Anda tagihan?

Or for that matter, if you look at the genetic level,

Atau untuk itu, jika Anda melihat pada tingkat genetik,

60 percent of medicines were prospected,

60 persen dari obat-obatan

were found first as molecules in a rainforest or a reef.

ditemukan sebagai molekul di hutan hujan atau karang.

Once again, most of that doesn't get paid.

Sekali lagi, kebanyakan tidak menerima bayaran.

And that brings me to another aspect of this,

Dan hal itu membawa saya kepada aspek lain dari hal ini

which is, to whom should this get paid?

yaitu, siapa yang seharusnya menerima bayaran?

That genetic material

Bahan genetik itu

probably belonged, if it could belong to anyone,

mungkin, jika bukan milik semua orang

to a local community of poor people

adalah milik masyarakat lokal yang miskin,

who parted with the knowledge that helped the researchers to find the molecule,

yang pengetahuannya telah membantu para peneliti menemukan molekul

which then became the medicine.

yang kemudian menjadi obat.

They were the ones that didn't get paid.

Merekalah yang tidak menerima bayaran.

And if you look at the species level,

Dan jika Anda melihat pada tingkat spesies,

you saw about fish.

contohnya pada ikan.

Today, the depletion of ocean fisheries is so significant

Kini, kerusakan tambak-tambak air laut benar-benar parah

that effectively it is effecting the ability of the poor,

sehingga mempengaruhi kemampuan si miskin,

the artisanal fisher folk

para peternak ikan rakyat

and those who fish for their own livelihoods,

dan mereka yang hidup dari memancing

to feed their families.

untuk memberi makan keluarganya.

Something like a billion people depend on fish,

Sekitar 1 miliar orang tergantung pada ikan,

the quantity of fish in the oceans.

jumlah ikan yang ada di lautan.

A billion people depend on fish

1 miliar orang menggantungkan hidup pada ikan

for their main source for animal protein.

sebagai sumber utama protein hewani.

And at this rate at which we are losing fish,

Dan dengan laju penurunan produksi ikan seperti ini,

it is a human problem of enormous dimensions,

hal ini menjadi masalah manusia yang sangat besar,

a health problem

masalah kesehatan

of a kind we haven't seen before.

yang belum pernah kita temui sebelumnya.

And finally, at the ecosystem level,

Dan akhirnya, pada tingkat ekosistem,

whether it's flood prevention or drought control provided by the forests,

baik pencegahan banjir maupun pengendalian kekeringan dari hutan,

or whether it is the ability of poor farmers

ataupun kemampuan para petani miskin

to go out and gather leaf litter

untuk pergi mengumpulkan dedaunan

for their cattle and goats,

bagi ternak mereka,

or whether it's the ability of their wives

atau itu kemampuan para istri mereka

to go and collect fuel wood from the forest,

untuk pergi mengumpulkan kayu bakar dari hutan,

it is actually the poor

sebenarnya orang miskinlah

who depend most on these ecosystem services.

yang paling tergantung pada jasa ekosistem ini.

We did estimates in our study

Dalam kajian kami, kami memperkirakan

that for countries like Brazil, India and Indonesia,

bahwa bagi negara seperti Brazil, India, dan Indonesia,

even though ecosystem services --

bahkan dengan jasa ekosistem --

these benefits that flow from nature to humanity for free --

manfaat yang datang dari alam bagi manusia dengan gratis -

they're not very big in percentage terms of GDP --

tidaklah besar dibandingkan PDB --

two, four, eight, 10, 15 percent --

sekitar 2, 4, 8, 10, 15 persen --

but in these countries, if we measure how much they're worth to the poor,

namun di negara itu, jika kita mengukur nilainya bagi si miskin,

the answers are more like

jawabannya sekitar

45 percent, 75 percent, 90 percent.

45 persen, 75 persen, 90 persen.

That's the difference.

itulah perbedaannya.

Because these are important benefits for the poor.

Karena hal ini sangat bermanfaat bagi si miskin.

And you can't really have a proper model for development

Anda tidak bisa memiliki model pembangunan yang benar

if at the same time you're destroying or allowing

jika pada saat yang sama Anda menghancurkan

the degradation of the very asset, the most important asset,

atau membiarkan penurunan dari harta yang paling penting ini,

which is your development asset,

yaitu harta pembangunan,

that is ecological infrastructure.

yaitu prasarana ekologi.

How bad can things get?

Seberapa buruk hal ini?

Well here a picture of something called the mean species abundance.

Inilah gambar yang disebut kelimpahan spesies rata-rata.

It's basically a measure

Pada dasarnya ini adalah ukuran

of how many tigers, toads, ticks or whatever on average

dari berapa banyak harimau, kodok, kutu atau apapun

of biomass of various species are around.

dari biomassa berbagai spesies yang ada.

The green represents the percentage.

Warna hijau menunjukkan persentasenya.

If you start green, it's like 80 to 100 percent.

Jika pada awalnya hijau, sekitar 80 hingga 100 persen.

If it's yellow, it's 40 to 60 percent.

Jika kuning, maka sekitar 40 hingga 60 persen

And these are percentages versus the original state, so to speak,

Dan inilah persentase sehubungan dengan kondisi awalnya,

the pre-industrial era, 1750.

jadi sebelum jaman industri, 1750.

Now I'm going to show you

Kini saya akan menunjukkan

how business as usual will affect this.

bagaimana kegiatan sehari-hari akan mempengaruhinya.

And just watch the change in colors

Lihatlah perubahan warnanya

in India, China, Europe,

di India, Cina, Eropa,

sub-Saharan Africa

Afrika sub-Sahara

as we move on and consume global biomass

saat kita maju dan menghabiskan biomassa global

at a rate which is actually not going to be able to sustain us.

dengan laju yang sebenarnya tidak akan dapat bertahan.

See that again.

Lihatllah kembali.

The only places that remain green -- and that's not good news --

Tempat yang masih berwarna hijau -- dan ini bukan berita baik --

is, in fact, places like the Gobi Desert,

sebenarnya, seperti Gurun gobi,

like the tundra and like the Sahara.

daerah tundra dan Sahara.

But that doesn't help because there were very few species

Namun itu tidak membantu karena hanya ada sedikit spesies

and volume of biomass there in the first place.

dan voume biomassa di sana.

This is the challenge.

Inilah tantangannya.

The reason this is happening

Alasan hal in terjadi

boils down, in my mind, to one basic problem,

menurut saya, pada intinya adalah karena 1 masalah dasar,

which is our inability to perceive the difference

yaitu ketidakmampuan kita memahami perbedaan

between public benefits

antara keuntungan publik

and private profits.

dan keuntungan pribadi.

We tend to constantly ignore public wealth

Kita cenderung mengabaikan keuntungan publik

simply because it is in the common wealth,

hanya karena itu adalah kemakmuran bersama,

it's common goods.

kepemilikan bersama.

And here's an example from Thailand

Inilah sebuah contoh dari Thailand

where we found that, because the value of a mangrove is not that much --

di mana kami menemukan, bahwa karrena pohon bakau tidak terlalu bernilai --

it's about $600 over the life of nine years that this has been measured --

sekitar $600 untuk pohon berusia 9 tahun,

compared to its value as a shrimp farm,

dibandingkan harga tambak udang

which is more like $9,600,

yang sekitar $9.600,

there has been a gradual trend to deplete the mangroves

ada kecenderungan secara bertahap untuk menebang pohon bakau

and convert them to shrimp farms.

dan mengubahnya menjadi tambak udang.

But of course, if you look at exactly what those profits are,

Namun tentu saja, jika kita melihat pada keuntungan

almost 8,000 of those dollars

yang hampir sekitar 8.000 dolar ini

are, in fact, subsidies.

sebenarnya berkurang.

So you compare the two sides of the coin

Jadi Anda membandingkan 2 sisi mata uang

and you find that it's more like 1,200 to 600.

dan Anda menemukan keuntungan itu sekitar 1200 atau 600 dolar.

That's not that hard.

Itu tidak begitu besar.

But on the other hand, if you start measuring,

Namun di sisi lain, jika Anda mulai mengukur

how much would it actually cost

berapa biaya sebenarnya

to restore the land of the shrimp farm

untuk mengembalikan lahan bekas tambak udang

back to productive use?

untuk menjadi lahan produkti kembali?

Once salt deposition and chemical deposition

Sekali dampak dari endapan garam dan bahan kimia

has had its effects,

telah muncul,

that answer is more like $12,000 of cost.

jawabannya lebih dari 12.000 dolar.

And if you see the benefits of the mangrove

Dan jika Anda melihat keuntungan dari pohon bakau

in terms of the storm protection and cyclone protection that you get

dalam hal perlindungan badai dan taifun yang Anda dapatkan

and in terms of the fisheries, the fish nurseries,

dan dalam hal tambak, perkembangan ikan

that provide fish for the poor,

yang menyediakan ikan bagi si miskin,

that answer is more like $11,000.

jawabannya sekitar 11.000 dolar.

So now look at the different lens.

Kini kita lihat melalui lensa yang berbeda.

If you look at the lens of public wealth

Jika kita melihat dengan lensa kesejahteraan umum

as against the lens of private profits,

bukan dari keuntungan pribadi,

you get a completely different answer,

Anda mendapat jawaban yang benar-benar berbeda

which is clearly conservation makes more sense,

yaitu melestarikannya jelas jauh lebih masuk akal,

and not destruction.

bukan menghancurkannya.

So is this just a story from South Thailand?

Apakah ini hanya kisah dari Thailand Selatan?

Sorry, this is a global story.

Maaf, ini adalah kisah global.

And here's what the same calculation looks like,

Dan inilah perhitungan yang serupa

which was done recently -- well I say recently, over the last 10 years --

yang dilakukan belakangan ini -- kira-kira dalam 10 tahun terakhir --

by a group called TRUCOST.

dari kelompok yang disebut TRUCOST.

And they calculated for the top 3,000 corporations,

Mereka menghitung dari 3.000 perusahaan terkemuka

what are the externalities?

apa faktor eksternalnya?

In other words, what are the costs of doing business as usual?

Dengan kata lain, berapa biaya untuk melakukan usaha seperti biasa?

This is not illegal stuff, this is basically business as usual,

Ini tidak ilegal, hanya usaha seperti biasa

which causes climate-changing emissions, which have an economic cost.

yang menyebabkan perubahan iklim, yang memiliki dampak ekonomi.

It causes pollutants being issued, which have an economic cost,

Usaha yang mengeluarkan polusi, yang berdampak pada ekonomi,

health cost and so on.

kesehatan, dan sebagainya.

Use of freshwater.

Penggunaan air bersih.

If you drill water to make coke near a village farm,

Jika Anda mengebor air untuk membuat arang dekat daerah pertanian,

that's not illegal, but yes, it costs the community.

itu tidak ilegal, namun mengorbankan masyarakat.

Can we stop this, and how?

Dapatkah kita menghentikannya, dan bagaimana?

I think the first point to make is that we need to recognize natural capital.

Saya rasa hal pertamanya adalah kita perlu mengenali modal alami.

Basically the stuff of life is natural capital,

Pada dasarnya kehidupan adalah modal alami

and we need to recognize and build that into our systems.

dan kita perlu mengenali dan memasukkannya ke dalam sistem kita.

When we measure GDP

Saat kita mengukur PDB

as a measure of economic performance at the national level,

sebagai ukuran kinerja ekonomi di tingkat nasional,

we don't include our biggest asset at the country level.

kita tidak memasukkan harta terbesar kita pada tingkat negara.

When we measure corporate performances,

Saat kita mengukur kinerja perusahaan,

we don't include our impacts on nature

kita tidak memasukkan dampaknya pada alam

and what our business costs society.

dan pada masyarakat.

That has to stop.

Ini harus dihentikan.

In fact, this was what really inspired my interest in this phase.

Sebenarnya, inilah yang menarik ketertarikan saya pada tahapan ini.

I began a project way back called the Green Accounting Project.

Sebelum ini saya memulai proyek yang disebut Proyek Akuntansi Hijau.

That was in the early 2000s

Proyek ini dimulai pada awal 2000-an

when India was going gung-ho about GDP growth

saat India mulai tancap gas dalam pertumbuhan PDB

as the means forward --

ke depan --

looking at China with its stellar growths of eight, nine, 10 percent

melihat pada Cina dengan pertumbuhan sekitar 8, 9, 10 persen

and wondering, why can we do the same?

dan saya bertanya, mengapa kita tidak bisa melakukan hal yang sama.

And a few friends of mine and I

Saya dan beberapa teman

decided this doesn't make sense.

memutuskan bahwa ini tidak masuk akal.

This is going to create more cost to society and more losses.

Ini akan menyebabkan kerugian dan beban yang lebih besar pada masyarakat.

So we decided to do a massive set of calculations

Jadi kami memutuskan melakukan penghitungan besar-besaran

and started producing green accounts for India and its states.

dan mulai membuat akuntansi hijau bagi India dan negara-negara bagiannya.

That's how my interests began

Saat itulah ketertarikan saya dimulai

and went to the TEEB project.

yang kemudian menjadi proyek TEEB.

Calculating this at the national level is one thing, and it has begun.

Menghitung pada tingkat nasional itu adalah salah satunya.

And the World Bank has acknowledged this

Dan Bank Dunia telah mengakuinya

and they've started a project called WAVES --

dan mereka memulai proyek bernama WAVES --

Wealth Accounting and Valuation of Ecosystem Services.

Akuntansi Kemakmuran dan Penaksiran Jasa Ekosistem.

But calculating this at the next level,

Namun perhitungan pada tingkatan selanjutnya

that means at the business sector level, is important.

yaitu pada tingkat sektor bisnis, itu penting.

And actually we've done this with the TEEB project.

Dan kami melakukannya dalam proyek TEEB ini.

We've done this for a very difficult case,

Kami melakukan perhitungan yang sulit

which was for deforestation in China.

yaitu penggundulan hutan di Cina.

This is important, because in China in 1997,

Hal ini penting, karena pada tahun 1997 di Cina

the Yellow River actually went dry for nine months

Sungai Kuning menjadi kering selama 9 bulan

causing severe loss of agriculture output

dan menyebabkan kerugian besar di sektor pertanian

and pain and loss to society.

dan kerugian besar di masyarakat.

Just a year later the Yangtze flooded,

Setahun berikutnya, Sungai Yangtze banjir

causing something like 5,500 deaths.

dan memakan sekitar 5.500 korban jiwa.

So clearly there was a problem with deforestation.

Jadi sudah pasti ada masalah dengan penggundulan hutan.

It was associated largely with the construction industry.

Hal ini banyak dikaitkan dengan industri konstruksi.

And the Chinese government responded sensibly

Dan Pemerintah Cina menanggapinya

and placed a ban on felling.

dan melarang penebangan hutan.

A retrospective on 40 years

Peninjauan ke belakang sejauh 40 tahun

shows that if we had accounted for these costs --

menunjukkan bahwa jika kita memperhitungkan biaya ini --

the cost of loss of topsoil,

biaya dari hilangnya humus,

the cost of loss of waterways,

biaya dari hilangnya jalan air,

the lost productivity, the loss to local communities

hilangnya produktivitas dan kerugian masyarakat lokal

as a result of all these factors,

sebagai kaibat dari hal-hal ini --

desertification and so on --

penggurunan dan sebagainya --

those costs are almost twice as much

biaya ini hampir dua kali lipat

as the market price of timber.

harga pasar dari balik kayu.

So in fact, the price of timber in the Beijing marketplace

Jadi sebenarnya harga pasaran balik kayu di Beijing

ought to have been three-times what it was

seharusnya 3 kali lipat harga sekarang

had it reflected the true pain and the costs

jika memperhitungkan biaya dan pengorbanan

to the society within China.

dari masyarakat cina.

Of course, after the event one can be wise.

Tentu saja, setelah itu orang bisa lebih bijaksana.

The way to do this is to do it on a company basis,

Cara melakukan ini adalah melakukannya pada perusahaan

to take leadership forward,

untuk membawa kepemimpinannya ke depan

and to do it for as many important sectors which have a cost,

dan melakukannya pada banyak sektor penting yang memiliki dampak

and to disclose these answers.

dan menyingkapkan jawabannya.

Someone once asked me, "Who is better or worse,

Seseorang bertanya, "Siapa yang lebih baik,

is it Unilever or is it P&G

apakah Unilever atau P

when it comes to their impact on rainforests in Indonesia?"

dalam hal pengaruh mereka terhadap hutan hujan di Indonesia?"

And I couldn't answer because neither of these companies,

Saya tidak dapat menjawabnya karena tidak ada perusahaan ini,

good though they are and professional though they are,

meskipun keduanya perusahaan bagus dan profesional,

do not calculate or disclose their externalities.

yang menghitung atau mengungkap faktor eksternal ini.

But if we look at companies like PUMA --

Namun jika kita melihat perusahaan seperti PUMA --

Jochen Zeitz, their CEO and chairman,

Jochen Zeitz, CEO dan direkturnya,

once challenged me at a function,

pernah menantang saya,

saying that he's going to implement my project before I finish it.

dan berkata dia akan menerapkan proyek saya sebelum saya selesai.

Well I think we kind of did it at the same time, but he's done it.

Saya rasa kami melakukannya pada saat yang sama, namun dia sudah melakukannya.

He's basically worked the cost to PUMA.

Dia menghitung biayanya pada PUMA.

PUMA has 2.7 billion dollars of turnover,

PUMA memiliki omset 2,7 miliar dolar.

300 million dollars of profits,

300 juta dolar keuntungan,

200 million dollars after tax,

200 juta dolar keuntungan setelah pajak,

94 million dollars of externalities, cost to business.

94 miliear dolar faktor eksternal, biaya untuk berbisnis.

Now that's not a happy situation for them,

Ini bukan sesuatu yang menggembirakan untuk mereka

but they have the confidence and the courage

namun mereka yakin dan memiliki semangat

to come forward and say, "Here's what we are measuring.

untuk maju dan berkata, "Inilah hasil pengukuran kami.

We are measuring it because we know

Kami mengukurnya karena kami tahu

that you cannot manage what you do not measure."

anda tidak bisa mengelola hal yang tidak diukur."

That's an example, I think, for us to look at

Saya rasa itulah sebuah contoh bagi kita untuk melihat

and for us to draw comfort from.

dan merasa nyaman.

If more companies did this,

Jika lebih banyak perusahaan melakukan ini

and if more sectors engaged this as sectors,

dan jika lebih banyak sektor melakukan ini,

you could have analysts, business analysts,

mungkin ada analis, analis bisnis

and you could have people like us and consumers and NGOs

dan ada orang-orang seperti kami, konsumen, dan LSM

actually look and compare the social performance of companies.

yang melihat dan membandingkan kinerja sosial perusahaan.

Today we can't yet do that, but I think the path is laid out.

Saat ini kami belum melakukannya, namun kami membuat jalurnya.

This can be done.

Ini dapat dilakukan.

And I'm delighted that the Institute of Chartered Accountants in the U.K.

Dan saya senang bahwa institut Akuntan Berijazah di Inggris

has already set up a coalition to do this,

telah mendirikan persekutuan untuk melakukan hal ini,

an international coalition.

persekutuan internasional.

The other favorite, if you like, solution for me

Solusi favorit lainnya bagi saya

is the creation of green carbon markets.

adalah mendirikan pasar karbon hijau.

And by the way, these are my favorites --

Dan sebagai selingan, inilah favorit saya --

externalities calculation and green carbon markets.

perhitungan faktor eksternal dan pasar karbon hijau.

TEEB has more than a dozen separate groups of solutions

TEEB memiliki lebih dari selusin kelompok solusi berbeda

including protected area evaluation

termasuk evaluasi daerah perlindungan

and payments for ecosystem services

dan pembayaran jasa ekosistem

and eco-certification and you name it, but these are the favorites.

dan eko-sertifikasi, namun inilah favorit saya.

What's green carbon?

Apa itu karbon hijau?

Today what we have is basically a brown carbon marketplace.

Saat ini pada dasarnya ada pasar karbon coklat.

It's about energy emissions.

Ini mengenai pengeluaran energi.

The European Union ETS is the main marketplace.

Uni Eropa ETS adalah pasar utamanya.

It's not doing too well. We've over-issued.

Mereka tidak terlalu baik. Terlalu banyak membuang.

A bit like inflation: you over-issue currency,

Sedikit seperti inflasi, nilai mata uangnya terlalu tinggi,

you get what you see, declining prices.

maka Anda melihat harga menurun.

But that's all about energy and industry.

Namun itulah mengenai energi dan industri.

But what we're missing is also some other emissions

Apa yang hilang di sini adalah emisi lainnya

like black carbon, that is soot.

seperti karbon hitam, jelaga.

What we're also missing is blue carbon,

Apa yang hilang juga karbon biru,

which, by the way, is the largest store of carbon --

yang sebenarnya, gudang penyimpanan karbon terbesar --

more than 55 percent.

lebih dari 55 persen.

Thankfully, the flux, in other words, the flow of emissions

Untungnya, aliran dari emisi

from the ocean to the atmosphere and vice versa,

dari lautan ke atmosfer dan sebaliknya

is more or less balanced.

kurang lebih seimbang.

In fact, what's being absorbed

Sebenarnya, apa yang terserap

is something like 25 percent of our emissions,

yaitu sekitar 25 persen dari emisi yang kita keluarkan

which then leads to acidification

yang kemudian membawa pengasaman

or lower alkalinity in oceans.

atau pengurangan kebasaan di lautan.

More of that in a minute.

Saya akan membahasnya lebih lanjut nanti.

And finally, there's deforestation,

Akhirnya, ada penggundulan hutan

and there's emission of methane

dan emisi dari gas metana

from agriculture.

dari pertanian.

Green carbon,

Karbon hijau

which is the deforestation and agricultural emissions,

yaitu penggundulan hutan dan emisi dari pertanian

and blue carbon

dan karbon biru

together comprise 25 percent of our emissions.

adalah 25 persen dari emisi karbon kita.

We have the means already in our hands,

Kita telah mengetahui caranya

through a structure, through a mechanism, called REDD Plus --

melalui struktur, melalui mekanisme, yang disebut Red Plus --

a scheme for the reduced emissions

skema untuk mengurangi emisi

from deforestation and forest degradation.

dari penggundulan dan kerusakan hutan.

And already Norway has contributed a billion dollars each

Dan Norwegia telah menyertakan masing-masing 1 juta dolar

towards Indonesia and Brazil

kepada Indonesia dan Brazil

to implement this Red Plus scheme.

untuk menerapkan sistem Red Plus ini.

So we actually have some movement forward.

Jadi sebenarnya ada kemajuan.

But the thing is to do a lot more of that.

Namun kita harus melakukan lebih dari itu.

Will this solve the problem? Will economics solve everything?

Akankah ini menyelesaikan masalah? Akankah ekonomi mengatasi semuanya?

Well I'm afraid not.

Saya khawatir tidak.

There is an area that is the oceans, coral reefs.

Ada daerah di lautan, terumbu karang.

As you can see,

Seperti yang bisa Anda lihat

they cut across the entire globe

terumbu karang melintasi seluruh Bumi

all the way from Micronesia

dari Mikronesia

across Indonesia, Malaysia, India, Madagascar

melalui Indonesia, Malaysia, India, Madagaskar,

and to the West of the Caribbean.

terus ke sebelah Barat Karibia.

These red dots, these red areas,

Titik merah ini, daerah merah ini

basically provide the food and livelihood

menyediakan makanan dan tempat hidup

for more than half a billion people.

bagi lebih dari setengah miliar orang.

So that's almost an eighth of society.

Itu hampir seperdelapan seluruh jumlah penduduk.

And the sad thing is that, as these coral reefs are lost --

Dan hal yang menyedihkan adalah terumbu karang ini menghilang --

and scientists tell us

dan para ilmuwan mengatakan

that any level of carbon dioxide in the atmosphere above 350 parts per million

bahwa tingkat karbondioksida di atmosfer di atas 350 bagian persejuta

is too dangerous for the survival of these reefs --

terlalu berbahaya bagi kelangsungan hidup karang ini -

we are not only risking the extinction

kita bukan saja menghadapi resiko punahnya

of the entire coral species, the warm water corals,

seluruh spesies terumbu karang air hangat ini,

we're not only risking a fourth of all fish species which are in the oceans,

kita bukan hanya beresiko kehilangan seperempat spesies ikan di lautan

but we are risking the very lives and livelihoods

namun kita menghadapi resiko dari hidup dan kehidupan

of more than 500 million people

lebih dari 500 juta orang

who live in the developing world in poor countries.

yang hidup di negara berkembang dan miskin.

So in selecting targets of 450 parts per million

Sehingga menetapkan 450 bagian per sejuta karbon dioksida

and selecting two degrees at the climate negotiations,

dan menetapkan kenaikan suhu 2 derajat

what we have done is we've made an ethical choice.

yang telah kita lakukan adalah membuat pilihan etis.

We've actually kind of made an ethical choice in society

Kita sebenarnya membuat pilihan etis di masyarakat

to not have coral reefs.

untuk tidak memiliki terumbu karang.

Well what I will say to you in parting

Apa yang ingin saya katakan adalah

is that we may have done that.

mungkin kita telah melakukannya.

Let's think about it and what it means,

Mari kita pikirkan hal itu dan apa artinya,

but please, let's not do more of that.

namun, jangan lakukan lebih dari itu.

Because mother nature only has that much

Karena alam memiliki keterbatasan

in ecological infrastructure and that much natural capital.

dalam prasarana ekologi dan modal alami.

I don't think we can afford too much of such ethical choices.

Saya rasa kita tidak memiliki pilihan etis sejauh itu.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)