The difference between winning and succeeding | John Wooden | TED

Translator: Intan Kumalasari Reviewer: Alia Makki

I coined my own definition of success in 1934,

Saya menciptakan definisi saya tentang sukses

pada tahun 1934, ketika mengajar di sebuah SMU di South Bend, Indiana,

when I was teaching at a high school in South Bend, Indiana,

being a little bit disappointed, and [disillusioned] perhaps,

karena merasa sedikit kecewa dan terpedaya, mungkin terhadap

by the way parents of the youngsters in my English classes

cara orang tua dari anak-anak di kelas bahasa Inggris saya

expected their youngsters to get an A or a B.

mengharapkan anak-anak mereka untuk

mendapatkan A atau B. Mereka pikir C cocoknya untuk anak-anak tetangga,

They thought a C was all right for the neighbors' children,

karena anak-anak tetangga kemampuannya rata-rata semua.

because they were all average.

But they weren't satisfied when their own --

Tapi mereka tidak puas ketika anak mereka sendiri --

it would make the teacher feel that they had failed, or the youngster had failed.

akan membuat guru merasa telah gagal, atau anak itu telah gagal.

And that's not right.

Dan itu tidak benar. Tuhan memiliki kebijaksanaan yang tak terbatas

The good Lord in his infinite wisdom didn't create us all equal

dengan menciptakan tingkatan kecerdasan yang berbeda-beda,

as far as intelligence is concerned,

sebagaimana kita diciptakan berbeda ukuran dan bentuk.

any more than we're equal for size, appearance.

Not everybody could earn an A or a B, and I didn't like that way of judging,

Tidak semua orang bisa mendapatkan A atau B, dan saya tidak suka penilaian seperti itu.

and I did know how the alumni of various schools

Dan saya tahu bagaimana alumni berbagai sekolah

back in the '30s judged coaches and athletic teams.

pada tahun 30-an menilai pelatih dan tim atletik.

If you won them all, you were considered to be reasonably successful --

Jika Anda memenangkan semua pertandingan, Anda dianggap cukup berhasil --

not completely.

tidak sepenuhnya. Karena saya menemukan --

Because I found out --

we had a number of years at UCLA where we didn't lose a game.

kami tidak pernah kalah pertandingan selama beberapa tahun di UCLA.

But it seemed that we didn't win each individual game

Tapi sepertinya kami tidak memenangkan setiap permainan dengan margin

by the margin that some of our alumni had predicted --

yang diramalkan beberapa alumni kami dan

saya cukup sering --

(Laughter)

(Tawa penonton)

And quite frequently I really felt that they had backed up their predictions

-- saya cukup sering merasa bahwa mereka mendukung prediksi mereka

in a more materialistic manner.

dengan cara yang lebih materialistis.

(Laughter)

But that was true back in the 30s, so I understood that.

Tapi itu yang terjadi pada tahun 30an, jadi saya mengerti itu.

But I didn't like it, I didn't agree with it.

Tapi saya tidak menyukainya. Dan saya tidak menyetujuinya.

I wanted to come up with something I hoped could make me a better teacher,

Dan saya ingin mengajarkan sesuatu yang bisa membuat saya menjadi guru yang lebih baik,

dan memberikan kepada murid-murid di bawah pengawasan saya --

and give the youngsters under my supervision,

baik itu dalam di kelas atletik atau kelas bahasa Inggris --

be it in athletics or the English classroom,

something to which to aspire,

sesuatu yang bisa menginspirasi,

other than just a higher mark in the classroom,

lebih dari sekedar nilai yang lebih tinggi

or more points in some athletic contest.

dalam kelas atau poin yang lebih banyak di perlombaan atletik.

I thought about that for quite a spell,

Saya cukup lama memikirkan hal itu,

and I wanted to come up with my own definition.

dan saya ingin menciptakan definisi saya sendiri. Saya pikir itu mungkin berguna.

I thought that might help.

And I knew how Mr. Webster defined it,

Dan saya tahu bagaimana Mr. Webster mendefinisikan itu:

as the accumulation of material possessions

sebagai akumulasi harta benda

or the attainment of a position of power or prestige, or something of that sort,

atau pencapaian posisi kekuasaan atau prestise, atau yang sejenis itu --

worthy accomplishments perhaps,

mungkin pencapaian yang hebat,

but in my opinion, not necessarily indicative of success.

tapi menurut saya tidak selalu menunjukkan keberhasilan.

So I wanted to come up with something of my own.

Jadi saya ingin menghasilkan sesuatu dari saya sendiri.

And I recalled --

Dan saya ingat - saya dibesarkan di sebuah pertanian kecil di Southern Indiana

I was raised on a small farm in Southern Indiana,

and Dad tried to teach me and my brothers

dan Ayah saya mencoba mengajari saya dan saudara-saudara lelaki saya

that you should never try to be better than someone else.

bahwa Anda tidak harus bersaing dengan orang lain.

Saya yakin pada saat itu ia mengajarkannya, saya tidak -- itu tidak --

I'm sure at the time he did that, I didn't -- it didn't --

well, somewhere, I guess in the hidden recesses of the mind,

atau mungkin tersembunyi di suatu tempat dalam pikiran saya,

it popped out years later.

lalu muncul beberapa tahun kemudian.

Never try to be better than someone else,

Jangan pernah berusaha jadi lebih baik daripada orang lain,

always learn from others.

selalu belajar dari orang lain. Jangan pernah berhenti

Never cease trying to be the best you can be --

mencoba sebaik mungkin yang Anda bisa - selama itu di bawah kendali Anda.

that's under your control.

If you get too engrossed and involved and concerned

Jika Anda terlalu asyik dan terlibat dan peduli

in regard to the things over which you have no control,

dengan hal yang tidak dapat Anda kendalikan,

it will adversely affect the things over which you have control.

maka akan berpengaruh buruk pada hal-hal yang bisa Anda kendalikan.

Then I ran across this simple verse that said,

Lalu saya teringat kalimat sederhana yang mengatakan,

"At God's footstool to confess,

"Pada tumpuan kaki Allah untuk mengaku, jiwa yang miskin berlutut, dan menundukkan kepalanya.

a poor soul knelt, and bowed his head.

"Saya gagal!" Dia menangis.

'I failed!' he cried.

Guru berkata, "Ketika kamu telah melakukan sebaik kemampuanmu, maka itulah yang namanya sukses."

The Master said, 'Thou didst thy best, that is success.'"

From those things, and one other perhaps,

Dari hal ini, dan mungkin hal yang lain,

I coined my own definition of success, which is:

Saya menciptakan definisi saya sendiri tentang sukses,

Peace of mind attained only through self-satisfaction

yaitu: ketenangan pikiran yang diperoleh hanya melalui

kepuasan diri sendiri ketika menyadari bahwa Anda telah berusaha sebaik mungkin

in knowing you made the effort to do the best of which you're capable.

sesuai dengan kemampuan Anda.

I believe that's true.

Saya percaya bahwa itu adalah benar. Jika kamu telah berusaha

If you make the effort to do the best of which you're capable,

melakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuanmu, untuk mencoba meningkatkan kondisi

trying to improve the situation that exists for you,

yang telah tersedia untuk Anda, Saya pikir itu adalah sukses.

I think that's success,

and I don't think others can judge that;

Dan Saya pikir orang lain tidak bisa menentukan itu. Saya pikir itu seperti karakter dan reputasi.

it's like character and reputation --

your reputation is what you're perceived to be;

Reputasi Anda adalah penilaian orang lain terhadap Anda;

your character is what you really are.

Karakter ada adalah diri Anda yang sebenarnya.

And I think that character is much more important

Dan Saya kira karakter jauh lebih

than what you are perceived to be.

penting daripada penilaian orang lain.

You'd hope they'd both be good,

Anda berharap kedua hal tersebut bagus,

but they won't necessarily be the same.

tapi kedua hal tersebut tidak selalu sama.

Well, that was my idea that I was going to try to get across to the youngsters.

Itu ide yang saya coba sampaikan kepada para pemuda.

I ran across other things.

Saya mengerjakan hal lain. Saya suka mengajar

I love to teach, and it was mentioned by the previous speaker

dan hal itu telah disebutkan oleh pembicara sebelumnya

that I enjoy poetry, and I dabble in it a bit, and love it.

bahwa saya menikmati puisi, dan saya mencoba-coba di dalamnya sedikit, dan menyukainya.

There are some things that helped me, I think,

Ada beberapa hal yang mungkin membantu saya

be better than I would have been.

menjadi lebih baik saya dari yang saya bayangkan. Saya tahu saya tidak menjadi apa yang semestinya,

I know I'm not what I ought to be, what I should be,

tidak menjadi apa yang seharusnya. Tapi sepertinya saya menjadi lebih baik dari yang saya bayangkan

but I think I'm better than I would have been

if I hadn't run across certain things.

seandainya saya tidak melalui beberapa hal.

One was just a little verse that said,

Salah satunya adalah kalimat pendek yang menyebutkan,

"Tidak ada kata tertulis, tidak ada permohonan terucap

"No written word, no spoken plea

can teach our youth what they should be;

yang dapat mengajarkan murid kita bagaimana mereka seharusnya menjadi.

nor all the books on all the shelves --

Tidak juga ada di buku di semua rak --

it's what the teachers are themselves."

mereka sendiri adalah para gurunya sendiri. "

That made an impression on me in the 1930s.

Yang membuat saya terkesan

di tahun 1930.

And I tried to use that more or less in my teaching,

Dan saya mencoba menggunakan itu saat mengajar,

whether it be in sports, or whether it be in the English classroom.

apakah itu dalam kelas olah raga atau kelas bahasa inggris.

I love poetry and always had an interest in that somehow.

Saya menyukai puisi dan entah bagaimana selalu memiliki ketertarikan padanya.

Maybe it's because Dad used to read to us at night,

Mungkin karena ayah saya dulu selalu membacakannya kepada kami setiap malam.

by coal oil lamp --

Lampu arang dan minyak -- kami tidak mempunyai listrik

we didn't have electricity in our farm home.

di rumah pertanian kami.

And Dad would read poetry to us. So I always liked it.

Dan ayah saya membacakan kami puisi. Jadi saya selalu menyukainya.

And about the same time I ran across this one verse,

Dan dalam waktu yang hampir bersamaan dengan penemuan bait tadi,

I ran across another one.

saya menemukan bait lain. Seseorang bertanya

Someone asked a lady teacher why she taught,

kepada seorang guru perempuan mengapa dia mengajar.

and after some time, she said she wanted to think about that.

Dan dia -- setelah beberapa waktu, berkata dia ingin memikirkan hal itu.

Then she came up and said,

Kemudian dia datang dan berkata,

"They ask me why I teach, and I reply,

"Mereka bertanya mengapa saya mengajar

dan saya menjawab, "Di mana lagi saya dapat menemukan teman sebaik mereka?'

'Where could I find such splendid company?'

There sits a statesman, strong, unbiased, wise;

Di sana seorang negarawan berkuasa, kuat, adil, bijaksana;

another Daniel Webster, silver-tongued.

Seperti Daniel Webster, seorang negarawan yang persuasif.

A doctor sits beside him, whose quick, steady hand may mend a bone,

Seorang dokter duduk di sebelahnya,

dengan tangannya yang tangkas dan kukuh mampu memperbaiki tulang,

or stem the life-blood's flow.

atau memantik aliran kehidupan.

And there a builder; upward rise the arch of a church he builds,

Di sana ada pembangun. Menjulang tinggi lengkung gereja yang ia bangun,

wherein that minister may speak the word of God,

dimana pendeta dapat menyampaikan firman Allah

and lead a stumbling soul to touch the Christ.

dan membimbing jiwa yang sesat kepada Kristus.

And all about, a gathering of teachers,

Dan dimana-mana berkumpullah para guru,

farmers, merchants, laborers --

petani, pedagang, buruh:

those who work and vote and build

mereka yang bekerja dan memilih dan membangun dan merencanakan dan berdoa untuk hari esok yang baik.

and plan and pray into a great tomorrow.

And I may say, I may not see the church,

Dan saya mungkin akan bilang, saya mungkin tak melihat gereja,

or hear the word, or eat the food their hands may grow,

atau mendengar firman atau makan makanan yang mereka tumbuhkan.

but yet again I may;

Tapi mungkin saja itu terjadi. Mungkin saya akan berkata,

And later I may say,

I knew him once, and he was weak, or strong, or bold or proud or gay.

Saya pernah mengenalnya, dan ia lemah, atau kuat,

atau berani atau bangga atau ceria.

I knew him once, but then he was a boy.

Saya pernah mengenalnya, tetapi saat ia masih kecil.

They ask me why I teach and I reply,

Mereka bertanya mengapa saya mengajar dan saya menjawab,

'Where could I find such splendid company?'"

'Di mana lagi saya bisa menemukan teman sebaik mereka?' "

And I believe the teaching profession --

Dan saya percaya profesi sebagai guru --

it's true, you have so many youngsters,

memang benar, Anda memiliki begitu banyak murid.

and I've got to think of my youngsters at UCLA --

Dan saya mengenang murid-murid saya di UCLA -

30 orang pengacara, 11 orang dokter gigi dan dokter,

30-some attorneys, 11 dentists and doctors,

many, many teachers and other professions.

banyak, banyak guru dan profesi lainnya.

And that gives you a great deal of pleasure,

Dan itu yang memberikan Anda banyak kebahagiaan,

to see them go on.

untuk melihat mereka maju.

I always tried to make the youngsters feel that they're there to get an education,

Saya selalu berusaha agar murid-murid saya merasa

bahwa mereka di sana untuk mendapatkan pendidikan, paling utama.

number one; basketball was second, because it was paying their way,

Basketbal yang kedua, karena itu yang membiayai pendidikan mereka,

and they do need a little time for social activities,

dan mereka memerlukan sedikit waktu untuk aktifitas sosial,

but you let social activities take a little precedence over the other two,

tetapi begitu kegiatan sosial menjadi kegiatan utama

maka perjalanan Anda tidak akan panjang.

and you're not going to have any very long.

So that was the idea that I tried to get across

Jadi, itulah ide yang saya berusaha sampaikan

to the youngsters under my supervision.

pada murid-murid di bawah bimbingan saya.

I had three rules, pretty much,

Saya punya tiga aturan, kurang lebih, yang selalu saya praktekkan.

that I stuck with practically all the time.

I'd learned these prior to coming to UCLA, and I decided they were very important.

Saya mempelajarinya sebelum masuk UCLA,

dan saya memutuskan bahwa mereka sangat penting.

One was "Never be late."

Pertama -- Jangan pernah telat. Jangan pernah telat.

Later on I said certain things --

Kemudian saya mengatakan hal-hal tertentu --

the players, if we were leaving for somewhere, had to be neat and clean.

Saya mempunyai -- pemain, jika kita mengunjungi suatu tempat, harus rapi dan bersih.

There was a time when I made them wear jackets and shirts and ties.

Ada suatu masa ketika saya meminta mereka memakai jaket dan kemeja dan dasi.

Then I saw our chancellor coming to school in denims and turtlenecks,

Lalu saya melihat kepala sekolah datang ke sekolah

memakai celana jins dan kaus turtleneck, dan saya berpikir,

and thought, it's not right for me to keep this other [rule] so I let them just --

tidak benar kalo saya tetap menyuruh pemain saya memakai pakaian tersebut.

Jadi saya biarkan mereka berpakaian apa saja -- yang penting mereka tetap rapi dan bersih

they had to be neat and clean.

I had one of my greatest players that you probably heard of, Bill Walton.

Salah satu pemain terbaik saya mungkin pernah Anda dengar namanya,

Bill Walton. Dia datang untuk naik bis;

He came to catch the bus; we were leaving for somewhere to play.

saat itu kami hendak pergi ke suatu tempat untuk bermain.

And he wasn't clean and neat, so I wouldn't let him go.

Dan dia tidak bersih dan rapi, jadi saya tidak akan mengizinkannya ikut.

He couldn't get on the bus,

Dia tidak boleh naik bus. Dia harus pulang ke rumah dan membersihkan diri

he had to go home and get cleaned up

to get to the airport.

sebelum pergi ke bandara.

So I was a stickler for that. I believed in that.

Jadi saya mengotot soal itu. Saya percaya itu.

I believe in time; very important.

Saya percaya pada waktu -- benar-benar penting.

I believe you should be on time, but I felt at practice, for example --

Saya percaya Anda harus tepat waktu. Tapi saya merasa saat latihan, misalnya,

we start on time, we close on time.

kami mulai tepat waktu, kami selesai tepat waktu.

The youngsters didn't have to feel that we were going to keep them over.

Murid-murid tidak perlu merasa bahwa kami terlalu berlebihan menjaga mereka

When I speak at coaching clinics, I often tell young coaches --

Ketika saya berbicara di konferensi pelatih, saya sering mengatakan

pada para pelatih muda --di konferensi pelatih, biasanya

and at coaching clinics, more or less,

they'll be the younger coaches getting in the profession.

yang akan mendapatkan sebagai pelatih adalah pelatih muda.

Most of them are young, you know, and probably newly-married.

Kebanyakan dari mereka masih muda dan mungkin baru menikah.

And I tell them, "Don't run practices late,

Dan Saya katakan kepada mereka, "Jangan pernah mengadakan latihan terlambat."

because you'll go home in a bad mood,

Karena kamu akan balik ke rumah dengan perasaan yang tidak baik.

and that's not good, for a young married man to go home in a bad mood.

Dan itu tidak bagus, untuk anak muda yang baru menikah pulang dengan perasaan yang tidak baik.

When you get older, it doesn't make any difference, but --"

Ketika Anda sudah tua, hal itu tidak menjadi masalah, "Tapi --

(Tawa penonton)

(Laughter)

So I did believe: on time.

Saya percaya harus tepat waktu. Saya percaya harus mulai tepat waktu,

I believe starting on time, and I believe closing on time.

dan saya percaya harus selesai tepat waktu.

And another one I had was, not one word of profanity.

Dan peraturan saya yang lain adalah, tidak boleh ada ucapan kotor.

One word of profanity, and you are out of here for the day.

Satu kata tidak pantas, Anda keluar saat itu juga.

If I see it in a game, you're going to come out and sit on the bench.

Jika saya melihatnya dalam pertandingan, Anda akan keluar dan duduk di bangku cadangan.

And the third one was, never criticize a teammate.

Dan yang ketiga adalah, jangan pernah mengkritik teman satu tim.

I didn't want that. I used to tell them I was paid to do that.

Saya tidak menginginkannya. Dulu saya sering mengatakan kepada mereka bahwa saya dibayar untuk melakukan itu.

That's my job. I'm paid to do it. Pitifully poor, but I am paid to do it.

Itu pekerjaan saya. Saya dibayar untuk melakukannya. Bayaran yang menyedihkan, tapi saya dibayar untuk itu.

Not like the coaches today, for gracious sakes, no.

Tidak seperti para pelatih sekarang, demi dianggap ramah, tidak.

It's a little different than it was in my day.

Ini sedikit perbedaan pada zaman saya.

Those were three things that I stuck with pretty closely all the time.

Ketiga peraturan itu yang selalu saya pegang kuat setiap saat.

Dan itu sebenarnya berasal dari ayah saya.

And those actually came from my dad.

That's what he tried to teach me and my brothers at one time.

Yang dia ajarkan kepada saya dan saudara-saudara lelaki saya dulu.

I came up with a pyramid eventually,

Pada akhirnya saya menemukan piramida,

that I don't have the time to go on that.

tapi tak ada waktu untuk menjelaskannya.

Tapi hal itu membantu saya, menjadi seorang guru yang lebih baik.

But that helped me, I think, become a better teacher.

It's something like this:

Sesuatu seperti ini:

And I had blocks in the pyramid,

Ada beberapa blok di piramida,

and the cornerstones being industriousness and enthusiasm,

dan dasarnya adalah kerajinan dan antusiasme,

working hard and enjoying what you're doing,

kerja keras dan menikmati apa yang Anda lakukan,

coming up to the apex,

menuju puncak

according to my definition of success.

menurut defenisi kesuksesan saya.

And right at the top, faith and patience.

Yang paling di atas adalah -- iman dan kesabaran

And I say to you, in whatever you're doing,

Dan saya katakan kepada Anda, apapun yang Anda lakukan,

you must be patient.

Anda harus bersabar. Anda harus memiliki kesabaran --

You have to have patience to -- we want things to happen.

kita ingin tujuan kita tercapai. Kita menganggap kaum muda sering tak sabar.

We talk about our youth being impatient a lot, and they are.

They want to change everything. They think all change is progress.

Dan memang begitu. Meraka ingin merubah segalanya.

Mereka pikir semua perubahan adalah kemajuan.

And we get a little older -- we sort of let things go.

Dan semakin dewasa -- kita cenderung membiarkan apa adanya.

And we forget there is no progress without change.

Dan kita lupa bahwa tidak ada kemajuan tanpa perubahan.

Jadi Anda harus bersabar.

So you must have patience,

and I believe that we must have faith.

Saya percaya bahwa kita harus memiliki iman.

I believe that we must believe, truly believe.

Saya percaya bahwa kita harus percaya,

benar-benar percaya. Tidak sekedar bicara saja;

Not just give it word service,

believe that things will work out as they should,

percaya bahwa segala sesuatu akan terjadi sebagaimana mestinya,

providing we do what we should.

asal kita melakukan apa yang mestinya kita lakukan.

I think our tendency is to hope things will turn out the way we want them to

Saya pikir kita cenderung berharap bahwa dunia akan berubah sesuai yang kita mau

pada umumnya. Tapi kita tidak melakukan hal-hal yang perlu

much of the time,

but we don't do the things that are necessary

to make those things become reality.

agar keinginan kita menjadi kenyataan.

I worked on this for some 14 years,

Saya mempelajari ini selama 14 tahun,

and I think it helped me become a better teacher.

dan Saya pikir itu membantu saya menjadi seorang guru yang lebih baik.

But it all revolved around that original definition of success.

Tapi itu semua berkisar pada definisi awal dari kesuksesan.

You know, a number of years ago,

Anda tahu beberapa tahun yang lalu, ada wasit

there was a Major League Baseball umpire by the name of George Moriarty.

Liga Basebal Besar bernama George Moriarty.

He spelled Moriarty with only one 'i'.

Ia mengeja Moriarty hanya dengan satu 'i'.

I'd never seen that before, but he did.

Saya belum pernah menyadarinya sebelumnya, tapi dia sadar.

Big league baseball players --

Pemain liga besar basebal --

they're very perceptive about those things,

mereka sangat peka tentang hal-hal itu,

and they noticed he had only one 'i' in his name.

dan mereka menyadari bahwa dia hanya punya satu 'i' di namanya.

You'd be surprised how many also told him

Anda juga akan terkejut betapa banyak yang pernah bilang padanya

that that was one more than he had in his head

bahwa ada lebih dari satu di pikirannya

at various times.

berkali-kali.

(Laughter)

(Tawa penonton)

But he wrote something where I think he did

Tapi dia menulis puisi

what I tried to do in this pyramid.

ketika saya tengah mengerjakan di piramida ini. Dia menyebutnya "The Road Ahead"

He called it "The Road Ahead, or the Road Behind."

or the Road Behind."

He said, "Sometimes I think the Fates must grin as we denounce them and insist

"Terkadang saya mengira Takdir harus

menyeringai ketika kami cela mereka dan bersikeras

the only reason we can't win, is the Fates themselves have missed.

bahwa satu-satunya alasan kita tidak bisa menang, adalah Takdir yang salah.

Yet there lives on the ancient claim:

Namun, ada kepercayaan lama yang berteguh:

we win or lose within ourselves.

kita menang atau kalah dengan diri sendiri. Piala berkilau di rak

The shining trophies on our shelves can never win tomorrow's game.

tidak akan pernah memenangkan pertandingan kelak.

You and I know deeper down, there's always a chance to win the crown.

Kita tahu selalu ada kesempatan untuk menang.

But when we fail to give our best,

Tapi saat kita tak berusaha sepenuhnya,

we simply haven't met the test, of giving all and saving none

kita gagal cobaan, dalam mengurah kemampuan

sampai pertandingan benar-benar dimenangkan;

until the game is really won;

gagal menunjukkan apa artinya tabah;

of showing what is meant by grit;

dengan terus bermain saat orang telah menyerah;

of playing through when others quit;

of playing through, not letting up.

dengan terus bermain, menolak kalah.

It's bearing down that wins the cup.

Pemenangnya adalah keteguhan. Pemenangnya adalah tujuan di depan;

Of dreaming there's a goal ahead; of hoping when our dreams are dead;

pemenangnya adalah harapan saat impian tenggelam;

pemenangnya adalah doa saat harapan menghilang.

of praying when our hopes have fled; yet losing, not afraid to fall,

Biarpun kalah, tidak takut jatuh,

if, bravely, we have given all.

saat segala usaha telah dicoba. Karena tak akan ada yang menyalahkan

For who can ask more of a man than giving all within his span.

pemain yang mengerahkan segala kemampuan.

Giving all, it seems to me, is not so far from victory.

Melakukan sebaiknya, sepertinya, mirip dengan kemenangan.

And so the Fates are seldom wrong, no matter how they twist and wind.

Maka Takdir jarang salah, bagaimanapun mereka memutar dan melintir.

It's you and I who make our fates --

Kitalah yang menciptakan Takdir --

we open up or close the gates on the road ahead or the road behind."

Kitalah yang membuka atau menutup gerbang perjalanan ke depan atau ke belakang."

Reminds me of another set of threes that my dad tried to get across to us:

Ini mengingatkan saya pada set trinitas lain yang diajarkan ayah saya.

Don't whine. Don't complain. Don't make excuses.

Jangan merengek. Jangan mengeluh. Jangan membuat alasan.

Just get out there,

Lakukan saja, dan apapun itu,

and whatever you're doing, do it to the best of your ability.

lakukan sebaik Anda yang mampu.

And no one can do more than that.

Dan tidak seorangpun dapat melakukan lebih dari itu.

I tried to get across, too, that --

Saya mencoba mengajarkan hal itu juga, yang --

my opponents will tell you -- you never heard me mention winning.

apa yang lawan saya tak akan ceritakan -- saya tak pernah menuntut kemenangan.

Never mention winning.

Jangan pernah menuntut kemenangan. Idenya adalah

My idea is that you can lose when you outscore somebody in a game,

Anda bisa tetap kalah meskipun menang angka skor.

and you can win when you're outscored.

Dan Anda bisa tetap menang saat kalah angka skor.

I've felt that way on certain occasions, at various times.

Saya merasakan itu pada beberapa kesempatan,

beberapa kali.

And I just wanted them to be able to hold their head up after a game.

Dan saya hanya ingin mereka mampu

menegakkan kepala mereka setelah sebuah pertandingan.

I used to say that when a game is over,

Saya dulu sering bilang bahwa saat pertandingan selesai,

and you see somebody that didn't know the outcome,

dan bertemu seseorang yang tidak tahu hasilnya,

I hope they couldn't tell by your actions

Saya berharap mereka tidak dapat menebak dari sikap Anda

whether you outscored an opponent or the opponent outscored you.

apakah Anda menang atau kalau dalam perhitungan angka skor.

That's what really matters:

Karena itu paling penting: jika Anda berusaha

if you make an effort to do the best you can regularly,

melakukan yang terbaik secara rutin,

the results will be about what they should be.

hasilnya tidak akan jauh dari yang seharusnya.

Not necessarily what you'd want them to be but they'll be about what they should;

Tidak harus seperti yang Anda inginkan,

tapi tidak jauh dari yang seharusnya,

only you will know whether you can do that.

dan hanya Anda yang akan tahu batas kemampuan untuk itu.

And that's what I wanted from them more than anything else.

Dan itulah yang saya inginkan dari mereka lebih dari apapun.

And as time went by, and I learned more about other things,

Dan seiring berlalunya waktu, dan saya belajar lebih banyak tentang hal-hal lain,

I think it worked a little better,

Saya kira ini membantu

as far as the results.

sebatas perhitungan hasil. Tapi saya ingin skor pertandingan menjadi

But I wanted the score of a game to be the byproduct of these other things,

hasil sampingan dari hal-hal lain ini,

and not the end itself.

bukannya sebagai tujuan akhir dari semuanya.

I believe it was one great philosopher who said --

Sepertinya --

salah satu filsuf besar berkata -- bukan,

no, no -- Cervantes.

Cervantes. Cervantes yang bilang,

Cervantes said, "The journey is better than the end."

"Perjalanan lebih baik daripada tujuan."

And I like that.

Dan saya menyukainya. Saya kira itu adalah --

I think that it is -- it's getting there.

tentang perjalanan. Kadang ketika mencapai tujuan, terasa semacam kekecewaan.

Sometimes when you get there, there's almost a let down.

But it's the getting there that's the fun.

Tapi perjalanan ke sana yang membuatnya menyenangkan.

As a basketball coach at UCLA, I liked our practices to be the journey,

Saya suka -- sebagai pelatih basket di UCLA saya suka mengumpamakan latihan kita sebagai perjalanan,

and the game would be the end, the end result.

dan pertandingan adalah tujuan. Hasil akhir.

I liked to go up and sit in the stands and watch the players play,

Saya suka duduk di tribun dan menonton pertandingan,

and see whether I'd done a decent job during the week.

dan melihat apakah saya telah melakukan pekerjaan yang layak

selama seminggu.

There again, it's getting the players to get that self-satisfaction,

Ada juga, membuat para pemain untuk merasakan kepuasan pada dirinya sendiri,

in knowing that they'd made the effort to do the best of which they are capable.

dengan mengetahui bahwa mereka telah melakukan

yang terbaik dari kemampuan mereka.

Sometimes I'm asked who was the best player I had, or the best teams.

Kadang saya ditanya, siapakah

pemain terbaik atau tim terbaik.

I can never answer that.

Saya tidak pernah dapat menjawabnya,

As far as the individuals are concerned --

selama hal itu bersangkutan dengan individu.

I was asked one time about that,

Saya pernah ditanya begitu sekali,

and they said,

dan mereka bilang, "Seandainya dapat

"Suppose that you, in some way, could make the perfect player.

menciptakan pemain yang sempurna, apa yang akan Anda inginkan?"

What would you want?"

And I said, "Well, I'd want one that knew why he was at UCLA:

Dan saya menjawab, "Saya ingin seseorang yang mengetahui kenapa dia berada di UCLA:

to get an education, he was a good student,

untuk mengenyam pendidikan, seorang pelajar yang baik,

really knew why he was there in the first place.

mengetahui dengan pasti alasan keberadaannya di sana.

But I'd want one that could play, too.

Tapi saya juga ingin seseorang yang dapat bermain.

I'd want one to realize that defense usually wins championships,

Saya ingin seseorang yang menyadari bahwa

pertahanan biasanya memenangkan kejuaraan, dan akan bekerja keras dalam pertahanan.

and who would work hard on defense.

But I'd want one who would play offense, too.

Tapi saya ingin seseorang yang akan menyerang juga.

I'd want him to be unselfish,

Saya ingin dia tidak egois,

and look for the pass first and not shoot all the time.

dan berusaha mengoper bola dan tidak menembak terus-menerus.

And I'd want one that could pass and would pass.

Dan saya ingin seseorang yang mampu dan ingin mengoper bola.

(Laughter)

(Tawa penonton)

I've had some that could and wouldn't,

Saya pernah mempunyai beberapa pemain yang mampu tapi tak ingin mengoper,

and I've had some that would and could.

dan saya pernah mempunyai pemain yang ingin tapi tak mampu mengoper.

(Tawa penonton)

(Laughter)

So, yeah, I'd want that.

And I wanted them to be able to shoot from the outside.

Saya ingin mereka mampu menembak dari luar.

I wanted them to be good inside too.

Saya ingin mereka mampu menembak dari dalam juga.

(Tawa penonton)

(Laughter)

I'd want them to be able to rebound well at both ends, too.

Saya juga ingin mereka dapat menangkap dengan baik bola yang memantul pada kedua sisi lapangan.

Why not just take someone like Keith Wilkes and let it go at that.

Ambillah contoh Keith Wilkes dan pahami sendiri.

He had the qualifications.

Dia memiliki kualifikasi. Bukan hanya satu,

Not the only one, but he was one that I used in that particular category,

tapi dia adalah salah satu yang saya gunakan dalam

kategori tertentu, karena saya pikir dia

because I think he made the effort to become the best.

telah berusaha menjadi yang terbaik.

There was a couple.

I mention in my book, "They Call Me Coach,"

Saya sebutkan dalam buku saya, "They Call Me Coach."

two players that gave me great satisfaction,

Dua pemain yang memberikan saya kepuasan besar;

that came as close as I think anyone I ever had to reach their full potential:

yang saya rasa telah berusaha mencapai batas maksimal potensi mereka:

satu adalah Conrad Burke. Yang kedua Doug McIntosh.

one was Conrad Burke, and one was Doug McIntosh.

When I saw them as freshmen, on our freshmen team --

Ketika saya melihat mereka sebagai mahasiswa baru,

dalam tim pemula kami --

freshmen couldn't play varsity when I taught.

kami tidak punya -- ketika saya mengajar, mahasiswa baru dlarang ikut regu universitas.

I thought, "Oh gracious, if these two players, either one of them" --

Dan saya pikir, "Ampun, jika kedua pemain, atau salah satu dari mereka" --

they were different years, but I thought about each one at the time he was there --

mereka berbeda tingkatan tapi saya memikirkan hal yang sama dengan keduanya --

"Jika ia sampai masuk regu universitas,

"Oh, if he ever makes the varsity,

our varsity must be pretty miserable, if he's good enough to make it."

regu kami pasti cukup menyedihkan, jika dia cukup baik untuk itu."

And you know, one of them was a starting player for a season and a half.

Dan Anda mengenal satu dari mereka

adalah seorang pemain pemula selama satu setengah musim.

The other one, his next year, played 32 minutes in a national championship game,

Yang satunya -- tahun berikutnya, dia bermain

selama 32 menit dalam pertandingan kejuaraan nasional,

Did a tremendous job for us.

melakukan pekerjaan yang luar biasa untuk kami. Tahun berikutnya, dia bermain sebagai pemain pemula

The next year, he was a starting player on the national championship team,

dalam tim kejuaraan nasional.

and here I thought he'd never play a minute, when he was --

Dan di sini saya pikir dia tidak pernah bermain sebentar, ketika ia --

so those are the things that give you great joy,

sehingga mereka memberikan sukacita yang besar,

dan satu kepuasan besar untuk ditonton.

and great satisfaction to see.

Neither one of those youngsters could shoot very well.

Tidak satu pun dari keduanya dapat menembak dengan baik.

But they had outstanding shooting percentages,

Tapi mereka memiliki persentase tembakan yang luar biasa,

because they didn't force it.

karena mereka tidak memaksakanny.

And neither one could jump very well,

Keduanya juga tak bisa melompat sangat baik,

but they kept good position, and so they did well rebounding.

tetapi mereka -- tetap menjaga posisi yang baik,

sehingga mendapat banyak kesempatan untuk memainkan bola pantulan. Mereka mengingat bahwa

They remembered that every shot that's taken, they assumed would be missed.

setiap tembakan yang diambil, mereka anggap akan meleset.

I've had too many stand around and wait to see if it's missed,

Kebanyakan pemain hanya berdiri di sekitar ring basket dan menunggu jika tembakannya meleset,

lalu baru berusaha memantulkannya setelah terlambat.

then they go and it's too late, somebody else is in there ahead of them.

Orang lain sudah mendahului mereka.

They weren't very quick, but they played good position,

Kedua pemain tadi tidak terlalu cepat, tapi mereka menjaga posisi mereka dengan baik,

kept in good balance.

menjaga keseimbangan mereka dengan baik.

And so they played pretty good defense for us.

Jadi pertahanan mereka terjaga baik.

So they had qualities that -- they came close to --

Keduanya memiliki kualitas yang -- nyaris --

as close to reaching possibly their full potential

sedekat mungkin pada batas potensi maksimal mereka

as any players I ever had.

dari semua pemain yang pernah saya latih.

So I consider them to be as successful as Lewis Alcindor or Bill Walton,

Saya menganggap keduanya seberhasil

Lewis Alcindor atau Bill Walton,

or many of the others that we had;

atau seperti banyak pemain lain yang kita miliki. Beberapa yang luar biasa -- beberapa pemain yang luar biasa.

there were some outstanding players.

Have I rambled enough?

Apakah saya telah cukup mengoceh ?

I was told that when he makes his appearance, I was supposed to shut up.

Saya diberitahu bahwa saat Pembicara itu muncul, saya harus tutup mulut.

(Laughter)

(Tawa penonton)

(Applause)

(Tepuk Tangan)