What is dyslexia? - Kelli Sandman-Hurley

Translator: Lisa Widjaja Reviewer: Made Pramana

Take a moment to read the following.

Cobalah baca ini

How was that?

Bagaimana?

Frustrating?

Frustasi?

Slow?

Pelan?

What were those sentences about?

Tentang apakah kalimat tersebut?

They're actually a simulation

Itu adalah sebuah simulasi

of the experience of dyslexia,

dari pengalaman disleksia,

designed to make you decode each word.

yang dirancang untuk membuat kamu mengdekode-kan setiap kata.

Those with dyslexia experience that laborious pace

Orang dengan disleksia perlu usaha keras

every time they read.

setiap kali mereka membaca.

Ketika kebanyakan orang berpikir tentang disleksia,

When most people think of dyslexia,

they think of seeing letters and words backwards,

mereka berpikir huruf-huruf dan kata-kata terlihat terbalik-balik,

like seeing "b" as "d" and vice versa,

melihat "b" sebagai "d" and sebaliknya,

or they might think people with dyslexia

atau mereka berpikir orang dengan disleksia

see "saw" as "was".

melihat kata "saw" sebagai kata "was".

The truth is people with dyslexia

Faktanya adalah orang dengan disleksia

see things the same way as everyone else.

melihat sesuatu dengan cara yang sama seperti orang lain.

Dyslexia is caused by a phonological processing problem,

Disleksia disebabkan oleh masalah proses fonologis,

meaning people affected by it

jadi orang dengan kondisi ini

have trouble not with seeing language

tidak mempunyai kesulitan melihat bahasa

but with manipulating it.

tapi memanipulasi bahasa.

For example, if you heard the word cat

Contohnya, jika kamu mendengar kata "cat"

and then someone asked you, "Remove the 'c',"

dan seseorang memintamu, "Hilangkan huruf c"

what word would you have left?

kata apa yang akan tersisa?

At.

"At."

Hal ini sulit bagi orang-orang yang berkondisi disleksia.

This can be difficult for those with dyslexia.

Given a word in isolation,

Jika diberikan satu kata,

like fantastic,

seperti "fantastic,"

students with dyslexia need to break the word

murid-murid dengan kondisi ini perlu memecahan kata itu

into parts to read it:

menjadi beberapa bagian

fan,

"fan,"

tas,

"tas,"

tic.

"tic."

Waktu yang dihabiskan untuk menguraikan kata menyulitkan penderita

Time spent decoding makes it hard

to keep up with peers

mengikuti teman sebaya

and gain sufficient comprehension.

dan untuk mencapai pengertian yang cukup baik.

Spelling words phonetically,

Mengeja kata-kata secara fonetik,

like s-t-i-k

seperti "s-t-i-k"

for stick

untuk "stick"

and f-r-e-n-s

dan "f-r-e-n-s"

for friends

untuk "friends"

is also common.

juga sering ditemukan.

These difficulties are more widespread and varied

Kesulitan-kesulitan ini lebih luas dan bervariasi

daripada yang diperkirakan.

than commonly imagined.

Dyslexia affects up to one in five people.

Disleksia memengaruhi satu dari lima orang.

It occurs on a continuum.

Ini terjadi di suatu kontinum.

One person might have mild dyslexia

Seseorang mungkin hanya menderita disleksia ringan

while the next person has a profound case of it.

tapi orang selanjutnya dapat mempunyai kasus yang berat.

Dyslexia also runs in families.

Disleksia juga bawaan dari keturunan.

It's common to see one family member

Lumrah untuk melihat seorang anggota keluarga

who has trouble spelling

memiliki kesulitan mengeja

while another family member

dan seorang anggota keluarga lain

has severe difficulty decoding even one syllable words,

juga memiliki kesulitan mengurai kata, meski hanya untuk kata satu silabus,

like catch.

seperti "catch."

The continuum and distribution of dyslexia

Kontinum dan distribusi disleksia

suggests a broader principle to bear in mind

menunjukan prinsip yang lebih luas

as we look at how the brains of those with dyslexia

jika kita melihat otak disleksia

process language.

memproses bahasa.

Neurodiversity is the idea

Keanekaragaman neural adalah sebuah ide

that because all our brains show differences

di mana otak manusia memiliki perbedaan

in structure and function,

dalam hal struktur dan fungsi,

we shouldn't be so quick to label

kita tak boleh terlalu cepat memberi label

every deviation from "the norm"

untuk setiap penyimpangan dari "norma"

as a pathological disorder

sebagai suatu penyakit

or dismiss people living with these variations

atau menganggap orang yang mempunyai kondisi ini

as "defective."

sebagai cacat.

People with neurobiological variations like dyslexia,

Orang-orang dengan variasi neurobiologis seperti disleksia,

including such creative and inventive individuals

termasuk orang yang kreatif dan berdaya cipta

as Picasso,

seperti Picasso,

Muhammad Ali,

Muhammad Ali,

Whoopi Goldberg,

Whoopi Goldberg,

Steven Spielberg,

Steven Spielberg,

and Cher,

and Cher,

clearly have every capacity

jelas-jelas mempunyai kapasitas

to be brilliant and successful in life.

untuk menjadi hebat dan sukses.

So, here's the special way

Ini adalah cara spesial

the brains of those with dyslexia work.

otak dengan disleksia bekerja.

The brain is divided into two hemispheres.

Otak terbagi menjadi dua hemisfer.

The left hemisphere is generally in charge of language

Otak kiri biasanya bertugas untuk bahasa

and, ultimately, reading,

dan juga membaca,

while the right typically handles spatial activities.

di pihak lain, otak kanan menagani aktivitas spasial.

fMRI studies have found

Studi fMRI menemukan

that the brains of those with dyslexia

otak dari orang dengan disleksia

rely more on the right hemisphere and frontal lobe

mengandalkan otak kanan dan lobus frontal

than the brains of those without it.

dibandingkan dengan otak biasa.

This means, when they read a word,

Ini artinya, ketika mereka membaca sebuah kata,

it takes a longer trip through their brain

informasi berjalan lebih jauh di otak mereka

and can get delayed in the frontal lobe.

dan informasi dapat melambat di lobus frontal.

Because of this neurobiological glitch,

Karena kesalahan neurobiologis,

they read with more difficulty.

mereka lebih kesulitan membaca.

But those with dyslexia

Tapi mereka yang mempunyai disleksia

can physically change their brain

dapat mengubah fisik otak mereka

and improve their reading

dan meningkatkan cara membaca

with an intensive, multi-sensory intervention

dengan intervensi intensif yang mencangkup semua indra

untuk memisahkan bagian-bagian bahasa

that breaks the language down

and teaches the reader to decode

dan mengajar pembaca untuk mengurai kode

based on syllable types and spelling rules.

berdasarkan jenis suku kata dan kaidah mengeja.

The brains of those with dyslexia

Otak disleksia

begin using the left hemisphere

mulai menggunakan hemisfer kiri

more efficiently while reading,

dengan lebih efisien ketika membaca,

and their reading improves.

dan kemampuan baca meningkat.

The intervention works

Intervensi dapat berhasil

because it locates dyslexia appropriately

karena intervensi menargetkan disleksia tepat

as a functional variation in the brain,

sebagai cara kerja fungsi otak yang berbeda,

which, naturally, shows all sorts of variations

dimana perbedaan alami juga didapati

from one person to another.

dari satu orang ke orang lainnya.

Neurodiversity emphasizes this spectrum

Keanekaragaman neural menegaskan spektrum ini

of brain function in all humans

dari fungsi otak di semua manusia

and suggests that to better understand the perspectives

dan ini menunjukan untuk mendapat pengertian yang baik

of those around us,

dari orang-orang di sekitar kita,

we should try not only to see the world through their eyes

kita perlu mencoba melihat tidak hanya dari mata mereka

but understand it through their brains.

tapi juga mengerti melalui otak mereka.