Mental Health for All by Involving All | Vikram Patel | TED Talks

Translator: Joseph Geni Reviewer: Morton Bast

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Alia Makki

I want you to imagine this for a moment.

Saya ingin Anda membayangkan hal ini sejenak.

Two men, Rahul and Rajiv,

Dua orang pria, Rahul dan Rajiv,

living in the same neighborhood,

mereka tinggal di lingkungan yang sama,

from the same educational background, similar occupation,

dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang sama,

and they both turn up at their local accident emergency

dan mereka bersama-sama mendapat kecelakaan

complaining of acute chest pain.

dan merasakan nyeri dada yang parah.

Rahul is offered a cardiac procedure,

Rahul ditawari operasi jantung,

but Rajiv is sent home.

namun Rajiv dipulangkan.

What might explain the difference in the experience

Apa yang bisa menjelaskan perbedaan dari

of these two nearly identical men?

kedua orang yang hampir sama ini?

Rajiv suffers from a mental illness.

Rajiv menderita gangguan mental.

The difference in the quality of medical care

Perbedaan pada mutu pelayanan kesehatan

received by people with mental illness is one of the reasons

yang diterima oleh para pengidap gangguan mental adalah salah satu alasan

why they live shorter lives

mengapa hidup mereka lebih pendek

than people without mental illness.

dibandingkan orang tanpa gangguan mental.

Even in the best-resourced countries in the world,

Bahkan di negara dengan sumber daya terbaik di dunia

this life expectancy gap is as much as 20 years.

perbedaan usia harapan hidup itu bisa mencapai 20 tahun.

In the developing countries of the world, this gap

Di negara berkembang, perbedaan ini

is even larger.

lebih besar lagi.

But of course, mental illnesses can kill in more direct ways

Tentu saja, gangguan mental juga dapat membunuh dengan cara langsung.

as well. The most obvious example is suicide.

Contoh yang paling nyata adalah bunuh diri.

It might surprise some of you here, as it did me,

Mungkin beberapa dari Anda akan terkejut, sama seperti saya

when I discovered that suicide is at the top of the list

saat tahu bahwa bunuh diri adalah penyebab kematian

of the leading causes of death in young people

nomor satu pada orang-orang muda

in all countries in the world,

di semua negara di dunia,

including the poorest countries of the world.

termasuk negara yang paling miskin.

But beyond the impact of a health condition

Namun selain dampak kondisi kesehatan pada

on life expectancy, we're also concerned

usia harapan hidup, kami juga khawatir

about the quality of life lived.

akan mutu kehidupan mereka.

Now, in order for us to examine the overall impact

Kini, untuk memeriksa dampak keseluruhan

of a health condition both on life expectancy

dari kondisi kesehatan, baik prakiraan jangka hidup

as well as on the quality of life lived, we need to use

maupun mutu hidup mereka, kita perlu menggunakan

a metric called the DALY,

ukuran yang disebut DALY,

which stands for a Disability-Adjusted Life Year.

singkatan dari "Disability-Adjusted Life Year."

Now when we do that, we discover some startling things

Dengan ukuran itu, kami menemukan beberapa hal mengejutkan

about mental illness from a global perspective.

tentang gangguan mental dari sudut pandang global.

We discover that, for example, mental illnesses are

Contohnya, kami menemukan bahwa gangguan mental

amongst the leading causes of disability around the world.

adalah salah satu penyebab utama dari kelumpuhan di seluruh dunia.

Depression, for example, is the third-leading cause

Sebagai contoh, depresi adalah penyebab nomor tiga

of disability, alongside conditions such as

dari kelumpuhan, di samping kondisi seperti

diarrhea and pneumonia in children.

diare dan radang paru-paru pada anak-anak.

When you put all the mental illnesses together,

Saat Anda menggabungkan gangguan mental,

they account for roughly 15 percent

gangguan mental menyumbang sekitar 15 persen

of the total global burden of disease.

dari total beban penyakit global.

Indeed, mental illnesses are also very damaging

Memang, gangguan mental sangat merusak kehidupan seseorang,

to people's lives, but beyond just the burden of disease,

namun selain beban penyakit,

let us consider the absolute numbers.

mari kita pertimbangkan angka mutlaknya.

The World Health Organization estimates

Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan

that there are nearly four to five hundred million people

bahwa ada hampir 400 hingga 500 juta orang

living on our tiny planet

yang tinggal di planet kita yang kecil

who are affected by a mental illness.

mengidap gangguan mental.

Now some of you here

Beberapa dari Anda yang hadir di sini

look a bit astonished by that number,

terlihat cukup terkejut,

but consider for a moment the incredible diversity

namun pikirkan sejenak banyaknya ragam

of mental illnesses, from autism and intellectual disability

gangguan mental, dari autisme dan ketidakmampuan intelektual

in childhood, through to depression and anxiety,

pada anak-anak hingga depresi, gelisah,

substance misuse and psychosis in adulthood,

penyalahgunaan obat dan kegilaan pada orang dewasa,

all the way through to dementia in old age,

hingga kepikunan pada usia tua

and I'm pretty sure that each and every one us

dan saya yakin kita semua yang hadir di sini

present here today can think of at least one person,

dapat mengetahui setidaknya seseorang,

at least one person, who's affected by mental illness

satu orang, yang terkena gangguan mental

in our most intimate social networks.

dalam jejaring sosial kita yang terdekat.

I see some nodding heads there.

Saya melihat beberapa anggukan kepala di sana.

But beyond the staggering numbers,

Namun selain angkanya yang luar biasa

what's truly important from a global health point of view,

hal yang benar-benar penting, yang benar-benar mengkhawatirkan

what's truly worrying from a global health point of view,

dari sudut pandang kesehatan global

is that the vast majority of these affected individuals

adalah kebanyakan dari mereka yang terkena gangguan ini

do not receive the care

tidak menerima perawatan

that we know can transform their lives, and remember,

yang diketahui dapat mengubah hidup mereka, dan ingatlah,

we do have robust evidence that a range of interventions,

kita memiliki bukti kuat bahwa berbagai perawatan,

medicines, psychological interventions,

baik obat-obatan, perawatan psikologi, dan sosial

and social interventions, can make a vast difference.

dapat menciptakan perbedaan besar.

And yet, even in the best-resourced countries,

Namun, bahkan di negara dengan sumber daya terbaik

for example here in Europe, roughly 50 percent

contohnya di sini, di Eropa, sekitar 50 persen

of affected people don't receive these interventions.

dari orang-orang ini tidak menerima perawatan seperti ini.

In the sorts of countries I work in,

Di berbagai negara tempat saya bekerja

that so-called treatment gap

perbedaan perlakuan ini

approaches an astonishing 90 percent.

dapat mencapai 90 persen.

It isn't surprising, then, that if you should speak

Hal ini tidak mengejutkan, karena jika Anda bicara

to anyone affected by a mental illness,

dengan pengidap gangguan mental

the chances are that you will hear stories

Anda mungkin akan mendengar kisah-kisah

of hidden suffering, shame and discrimination

mengenai penderitaan terpendam, rasa malu, dan diskriminasi

in nearly every sector of their lives.

pada hampir setiap bagian hidup mereka.

But perhaps most heartbreaking of all

Namun mungkin yang paling memilukan

are the stories of the abuse

adalah kisah tentang pelanggaran

of even the most basic human rights,

hak mereka yang paling dasar sekalipun

such as the young woman shown in this image here

seperti wanita muda yang ditunjukkan pada gambar ini

that are played out every day,

yang dipermainkan setiap hari,

sadly, even in the very institutions that were built to care

bahkan oleh lembaga yang dibangun untuk merawat

for people with mental illnesses, the mental hospitals.

para pengidap gangguan mental, yaitu rumah sakit jiwa.

It's this injustice that has really driven my mission

Ketidakadilan inilah yang mendorong misi saya

to try to do a little bit to transform the lives

untuk mencoba sedikit mengubah hidup

of people affected by mental illness, and a particularly

orang-orang yang mengidap gangguan mental,

critical action that I focused on is to bridge the gulf

dan tindakan-tindakan penting yang saya fokuskan untuk menjembatani

between the knowledge we have that can transform lives,

pengetahuan yang kita miliki untuk mengubah hidup seseorang,

the knowledge of effective treatments, and how we actually

pengetahuan akan perawatan yang efektif, dan bagaimana kita

use that knowledge in the everyday world.

menggunakan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

And an especially important challenge that I've had to face

Dan tantangan penting yang saya hadapi

is the great shortage of mental health professionals,

adalah tenaga kesehatan profesional seperti psikiater

such as psychiatrists and psychologists,

dan psikolog yang sangat kurang,

particularly in the developing world.

terutama di negara-negara berkembang.

Now I trained in medicine in India, and after that

Saya belajar kedokteran di India dan setelah itu

I chose psychiatry as my specialty, much to the dismay

saya memilih mengambil spesialis penyakit jiwa, di mana

of my mother and all my family members who

ibu dan semua keluarga saya tidak setuju dan berpikir

kind of thought neurosurgery would be

bahwa ahli bedah syaraf akan menjadi

a more respectable option for their brilliant son.

pilihan yang lebih terhormat untuk putra mereka yang cerdas.

Any case, I went on, I soldiered on with psychiatry,

Namun, saya meneruskan niat saya dan belajar menjadi psikiater

and found myself training in Britain in some of

dan akhirnya saya belajar di Inggris pada

the best hospitals in this country. I was very privileged.

beberapa rumah sakit terbaik di negara itu. Saya sangat beruntung.

I worked in a team of incredibly talented, compassionate,

Saya bekerja bersama tim kesehatan mental profesional

but most importantly, highly trained, specialized

yang sangat berbakat, bergairah,

mental health professionals.

dan yang paling penting sangat terlatih.

Soon after my training, I found myself working

Setelah pelatihan, saya bekerja

first in Zimbabwe and then in India, and I was confronted

di Zimbabwe, kemudian di India di mana saya dihadapkan

by an altogether new reality.

pada kenyataan baru.

This was a reality of a world in which there were almost no

Ini adalah kenyataan dari sebuah dunia dimana hampir

mental health professionals at all.

tidak ada tim kesehatan mental profesional sama sekali.

In Zimbabwe, for example, there were just about

Contohnya di Zimbabwe hanya ada selusin psikiater,

a dozen psychiatrists, most of whom lived and worked

yang kebanyakan tinggal dan bekerja

in Harare city, leaving only a couple

di Harare, sehingga hanya ada beberapa orang

to address the mental health care needs

untuk menangani kebutuhan perawatan kesehatan mental

of nine million people living in the countryside.

dari 9 juta orang di pedesaan.

In India, I found the situation was not a lot better.

Di India, saya menemukan situasinya sama saja.

To give you a perspective, if I had to translate

Untuk memberi gambaran, jika saya membandingkan

the proportion of psychiatrists in the population

jumlah psikiater berbanding dengan jumlah penduduk

that one might see in Britain to India,

di Inggris dan India,

one might expect roughly 150,000 psychiatrists in India.

seharusnya ada sekitar 150.000 orang psikiater di India.

In reality, take a guess.

Pada kenyataannya, coba terka.

The actual number is about 3,000,

Angka sebenarnya adalah sekitar 3.000 orang,

about two percent of that number.

sekitar 2 persen dari angka yang seharusnya.

It became quickly apparent to me that I couldn't follow

Sudah jelas bagi saya bahwa saya tidak bisa mengikuti

the sorts of mental health care models that I had been trained in,

model perawatan kesehatan mental yang saya terima selama latihan,

one that relied heavily on specialized, expensive

yang sangat tergantung pada tenaga kesehatan mental profesional

mental health professionals to provide mental health care

yang terlatih dan mahal untuk menyediakan pealayanan kesehatan mental

in countries like India and Zimbabwe.

di negara seperti India dan Zimbabwe.

I had to think out of the box about some other model

Saya harus memikirkan beberapa model lainnya

of care.

yang berbeda.

It was then that I came across these books,

Dan kemudian saya membaca buku ini

and in these books I discovered the idea of task shifting

dan di buku ini saya menemukan gagasan akan pergeseran tugas

in global health.

pada kesehatan global.

The idea is actually quite simple. The idea is,

Sebenarnya gagasannya cukup sederhana, yaitu

when you're short of specialized health care professionals,

saat Anda kekurangan tenaga kesehatan profesional

use whoever is available in the community,

gunakan siapa saja yang ada di dalam masyarakat,

train them to provide a range of health care interventions,

latihlah mereka agar dapat memberikan serangkaiann layanan kesehatan

and in these books I read inspiring examples,

dan dalam buku ini saya melihat contoh yang mengilhami saya,

for example of how ordinary people had been trained

contohnya bagaimana orang-orang awam dapat dilatih

to deliver babies,

untuk membantu persalinan,

diagnose and treat early pneumonia, to great effect.

mendiagnosis dan merawat radang paru-paru awal, dengan dampak besar.

And it struck me that if you could train ordinary people

Dan saya berpikir bahwa jika Anda bisa melatih orang awam

to deliver such complex health care interventions,

untuk memberikan layanan kesehatan yang sulit seperti itu,

then perhaps they could also do the same

mungkin mereka juga dapat melakukan hal yang sama

with mental health care.

pada layanan kesehatan mental.

Well today, I'm very pleased to report to you

Hari ini, saya sangat senang untuk menyampaikan

that there have been many experiments in task shifting

bahwa sudah ada banyak percobaan akan pergeseran tugas

in mental health care across the developing world

dalam layanan kesehatan mental di seluruh negara berkembang

over the past decade, and I want to share with you

pada dasawarsa yang lalu dan saya ingin ceritakan

the findings of three particular such experiments,

temuan dari tiga buah percobaan,

all three of which focused on depression,

semua percobaan ini berfokus pada depresi,

the most common of all mental illnesses.

gangguan mental yang paling umum.

In rural Uganda, Paul Bolton and his colleagues,

Di pedesaan Uganda, Paul Bolton dan rekan-rekannya,

using villagers, demonstrated that they could deliver

menggunakan penduduk desa dan menunjukkan cara menyampaikan

interpersonal psychotherapy for depression

psikoterapi antarpribadi untuk depresi

and, using a randomized control design,

dan dengan menggunakan rancangan pengendalian acak

showed that 90 percent of the people receiving

menemukan bahwa 90 persen orang-orang yang menerima

this intervention recovered as compared

perawatan ini menjadi lebih baik dibandingkan

to roughly 40 percent in the comparison villages.

sekitar 40 persen orang pada desa lainnya.

Similarly, using a randomized control trial in rural Pakistan,

Demikian pula dalam percobaan di pedesaan Pakistan,

Atif Rahman and his colleagues showed

Atif Rahman dan rekan-rekannya menunjukkan

that lady health visitors, who are community maternal

bahwa "lady health visitor," yang merupakan komunitas ibu-ibu

health workers in Pakistan's health care system,

pekerja kesehatan dalam sistem layanan kesehatan Pakistan

could deliver cognitive behavior therapy for mothers

dapat memberikan terapi perilaku kognitif bagi para ibu

who were depressed, again showing dramatic differences

yang mengalami depresi, dan menunjukkan perbedaan yang luar biasa

in the recovery rates. Roughly 75 percent of mothers

pada laju kesembuhan. Sekitar 75 persen dari para ibu

recovered as compared to about 45 percent

dapat disembuhkan, sedangkan di desa yang lain

in the comparison villages.

lajunya sekitar 45 persen.

And in my own trial in Goa, in India, we again showed

Dan dalam percobaan saya sendiri di Goa, India, kami kembali menunjukkan

that lay counselors drawn from local communities

bahwa orang awam dari masyarakat lokal

could be trained to deliver psychosocial interventions

dapat dilatih untuk memberikan perawatan psikososial

for depression, anxiety, leading to 70 percent

untuk depresi dan rasa gelisah, dengan laju kesembuhan

recovery rates as compared to 50 percent

mencapai 70 persen, dibandingkan dengan 50 persen

in the comparison primary health centers.

pada pusat layanan kesehatan lainnya.

Now, if I had to draw together all these different

Kini jika saya menggabungkan semua percobaan

experiments in task shifting, and there have of course

yang berbeda akan pergeseran tugas, dan sudah pasti

been many other examples, and try and identify

ada banyak contoh yang lainnya, lalu cobalah kenali

what are the key lessons we can learn that makes

apa pelajaran kunci yang dapat kita ambil

for a successful task shifting operation,

untuk pelaksanaan pergeseran tugas yang sukses.

I have coined this particular acronym, SUNDAR.

Saya telah menemukan satu singkatan, SUNDAR.

What SUNDAR stands for, in Hindi, is "attractive."

SUNDAR dalam Bahasa India berart, "menarik."

It seems to me that there are five key lessons

Tampaknya ada tiga pelajaran kunci

that I've shown on this slide that are critically important

yang saya tunjukkan pada slide ini yang sangat penting

for effective task shifting.

bagi pergeseran tugas yang efektif.

The first is that we need to simplify the message

Yang pertama adalah kita perlu menyederhanakan pesan

that we're using, stripping away all the jargon

yang kita sampaikan, membuang semua jargon

that medicine has invented around itself.

dari bahasa medis.

We need to unpack complex health care interventions

Kita harus membuka perawatan kesehatan

into smaller components that can be more easily

menjadi komponen-komponen lebih kecil yang dapat

transferred to less-trained individuals.

dipindahkan ke orang yang tidak terlatih dengan lebih mudah.

We need to deliver health care, not in large institutions,

Kita harus memberikan layanan kesehatan, bukan dalam lembaga besar,

but close to people's homes, and we need to deliver

namun di dekat rumah-rumah, dan kita harus memberikannya

health care using whoever is available and affordable

melalui siapapun yang tersedia dan terjangkau

in our local communities.

dalam masyarakat lokal.

And importantly, we need to reallocate the few specialists

Dan yang penting adalah, kita harus menyediakan beberapa spesialis

who are available to perform roles

yang bersedia melakukan peran-peran

such as capacity-building and supervision.

seperti pelatihan dan pengawasan.

Now for me, task shifting is an idea

Kini bagi saya, pergeseran tugas adalah gagasan

with truly global significance,

dengan dampak yang benar-benar global,

because even though it has arisen out of the

karena walaupun hal ini muncul dari situasi

situation of the lack of resources that you find

kekurangan sumber daya yang Anda temukan

in developing countries, I think it has a lot of significance

di negara-negara berkembang, saya rasa hal ini memiliki banyak peranan juga

for better-resourced countries as well. Why is that?

bagi negara-negara dengan sumber daya yang lebih baik. Mengapa?

Well, in part, because health care in the developed world,

Sebagian karena pelayanan kesehatan di negara-negara maju,

the health care costs in the [developed] world,

terutama biaya layanan kesehatan di negara maju

are rapidly spiraling out of control, and a huge chunk

naik tidak terkendali dan sebagian besar dari biaya itu

of those costs are human resource costs.

adalah biaya sumber daya manusia.

But equally important is because health care has become

Namun hal yang sama pentingnya adalah karena layanan kesehatan

so incredibly professionalized that it's become very remote

telah menjadi sangat profesional sehingga menjadi tak terjangkau

and removed from local communities.

bagi masyarakat lokal.

For me, what's truly sundar about the idea of task shifting,

Bagi saya, yang benar-benar sundar dari gagasan dari pergeseran tugas,

though, isn't that it simply makes health care

bukan hanya membuat layanan kesehatan

more accessible and affordable but that

lebih sederhana dan terjangkau namun juga

it is also fundamentally empowering.

hal itu memberi kekuatan

It empowers ordinary people to be more effective

kepada orang-orang agar dapat lebih efektif

in caring for the health of others in their community,

menjaga kesehatan sesamanya dalam masyarakat mereka,

and in doing so, to become better guardians

dan dengan demikian, menjadi pelindung yang lebih baik

of their own health. Indeed, for me, task shifting

bagi kesehatan mereka sendiri. Bagi saya, pergeseran tugas

is the ultimate example of the democratization

adalah contoh paling dasar dari demokratisasi

of medical knowledge, and therefore, medical power.

pengetahuan medis dan juga kekuatan medis.

Just over 30 years ago, the nations of the world assembled

Baru sekitar 30 tahun yang lalu, negara-negara di dunia berkumpul

at Alma-Ata and made this iconic declaration.

di Alma-Ata dan membuat pengumuman ikonik ini.

Well, I think all of you can guess

Saya rasa Anda semua dapat menebak

that 12 years on, we're still nowhere near that goal.

bahwa 12 tahun kemudian, kita masih jauh dari tujuan itu.

Still, today, armed with that knowledge

Namun hari ini, dengan berbekal pengetahuan

that ordinary people in the community

bahwa orang-orang awam di masyarakat

can be trained and, with sufficient supervision and support,

dapat dilatih dan dengan pengawasan dan dukungan yang cukup

can deliver a range of health care interventions effectively,

dapat memberikan banyak layanan kesehatan dengan efektif,

perhaps that promise is within reach now.

mungkin tujuan itu kini sudah terlihat.

Indeed, to implement the slogan of Health for All,

Bagaimanapun, untuk menerapkan slogan Kesehatan untuk semua orang,

we will need to involve all

kita harus mengikutsertakan semua orang

in that particular journey,

dalam perjalanan ini,

and in the case of mental health, in particular we would

dan khususnya dalam hal gangguan mental,

need to involve people who are affected by mental illness

kita perlu menyertakan para pengidap gangguan mental

and their caregivers.

dan juga perawat mereka.

It is for this reason that, some years ago,

Karena alasan inilah beberapa tahun yang lalu

the Movement for Global Mental Health was founded

Pergerakan Kesehatan Mental Global didirikan

as a sort of a virtual platform upon which professionals

sebagai semacam platform maya di mana para profesional

like myself and people affected by mental illness

seperti para pengidap gangguan mental dan saya sendiri

could stand together, shoulder-to-shoulder,

dapat berdiri bersama, bahu membahu

and advocate for the rights of people with mental illness

memperjuangkan hak-hak pengidap gangguan mental

to receive the care that we know can transform their lives,

untuk menerima pelayanan yang kita tahu dapat mengubah hidup mereka

and to live a life with dignity.

agar mereka dapat hidup bermartabat.

And in closing, when you have a moment of peace or quiet

Dan sebagai penutup, saat Anda terdiam

in these very busy few days or perhaps afterwards,

dalam beberapa hari yang sangat sibuk ini atau mungkin setelah hari ini,

spare a thought for that person you thought about

pikirkan orang ataupun orang-orang yang mungkin Anda

who has a mental illness, or persons that you thought about

kira mengidap gangguan mental

who have mental illness,

dan cobalah merawat mereka.

and dare to care for them. Thank you. (Applause)

Terima kasih. (Tepuk tangna)

(Applause)

(Tepuk tangan)