We don't "move on" from grief. We move forward with it | Nora McInerny | TED

Translator: Reviewer: Made Pramana

So, 2014 was a big year for me.

Jadi, tahun 2014 adalah tahun yang besar bagi saya.

Do you ever have that,

Pernahkah Anda rasakan,

just like a big year, like a banner year?

tahun yang amat penting, semacam tahun unggulan?

For me, it went like this:

Bagi saya, kejadiannya begini:

October 3, I lost my second pregnancy.

3 Oktober, kehamilan kedua saya keguguran.

And then October 8, my dad died of cancer.

Lalu 8 Oktober, ayah saya meninggal karena kanker.

And then on November 25, my husband Aaron died

Lalu 25 November, suami saya Aaron meninggal

after three years with stage-four glioblastoma,

setelah tiga tahun mengidap glioblastoma stadium empat,

which is just a fancy word for brain cancer.

yaitu sekadar istilah keren untuk kanker otak.

So, I'm fun.

Jadi, saya menyenangkan.

(Laughter)

(Tawa)

People love to invite me out all the time.

Orang senang mengajak saya nongkrong setiap saat.

Packed social life.

Agenda sosial saya padat.

Usually, when I talk about this period of my life,

Biasanya, ketika saya berbicara tentang periode hidup yang ini,

the reaction I get is essentially:

begini reaksi yang saya dapat:

(Sighs)

(Helaan napas)

"I can't -- I can't imagine."

"Saya tak -- tak bisa membayangkan."

But I do think you can.

Tapi, saya pikir Anda bisa.

I think you can.

Saya pikir Anda bisa.

And I think that you should

Dan sebaiknya Anda bisa

because, someday, it's going to happen to you.

karena suatu hari, Anda akan mengalaminya.

Maybe not these specific losses in this specific order or at this speed,

Mungkin bukan kehilangan yang persis sama, dengan urutan dan kecepatan seperti ini,

but like I said, I'm very fun

tapi seperti saya bilang, saya asyik

and the research that I have seen will stun you:

dan riset yang saya ketahui akan mengejutkan Anda:

everyone you love has a 100 percent chance of dying.

semua orang yang Anda cintai punya 100% peluang untuk mati.

(Laughter)

(Tawa)

And that's why you came to TED.

Karena itulah Anda datang ke TED.

(Laughter)

(Tawa)

(Applause)

(Tepuk tangan)

So, since all of this loss happened,

Jadi, sejak seluruh kehilangan ini,

I've made it a career to talk about death and loss,

saya menjadikannya karier untuk bicara tentang kematian dan kehilangan,

not just my own, because it's pretty easy to recap,

tak cuma yang saya alami, karena mudah merekapnya,

but the losses and tragedies that other people have experienced.

tapi kehilangan dan tragedi yang dialami orang lain.

It's a niche, I have to say.

Bisa dibilang, ini ceruk pasar.

(Laughter)

(Tawa)

Ceruk yang kecil, andai saja saya bisa dapat uang lebih, tapi ...

It's a small niche, and I wish I made more money, but ...

(Laughter)

(Tawa)

I've written some very uplifting books,

saya telah menulis buku-buku pembangkit semangat,

host a very uplifting podcast, I started a little nonprofit.

membawakan podcast pembangkit semangat, memulai lembaga nirlaba kecil.

I'm just trying to do what I can

Mencoba melakukan yang saya bisa

to make more people comfortable with the uncomfortable,

untuk membuat orang nyaman dengan hal yang tak nyaman,

and grief is so uncomfortable.

dan duka sangatlah tak nyaman.

Amat tidak nyaman, terutama jika itu duka orang lain.

It's so uncomfortable, especially if it's someone else's grief.

So part of that work is this group that I started with my friend Moe,

Bagian dari kerja itu adalah grup ini yang saya bentuk dengan teman saya Moe,

who is also a widow;

yang juga janda;

we call it the Hot Young Widows Club.

kami menyebutnya Klub Janda Muda Seksi.

(Laughter)

(Tawa)

And it's real, we have membership cards

Ini betulan, kami punya kartu keanggotaan

and T-shirts.

dan kaus anggota.

And when your person dies, your husband, wife, girlfriend, boyfriend,

Saat orang terdekat Anda meninggal, entah suami, istri, kekasih,

literally don't care if you were married,

entah Anda masih menikah,

your friends and your family are just going to look around

teman dan keluarga Anda akan langsung berkeliling mencari

through friends of friends of friends of friends

lewat teman dari teman dari temannya teman

until they find someone who's gone through something similar,

sampai mereka menemukan orang yang mengalami hal serupa,

dan mereka akan memaksa kalian bertemu

and then they'll push you towards each other

so you can talk amongst yourselves and not get your sad on other people.

sehingga kalian bisa bicara dengan sesama dan tak membuat orang lain sedih.

(Laughter)

(Tawa)

So that's what we do.

Nah, itu yang kami lakukan.

It's just a series of small groups,

Hanya serangkaian kelompok kecil,

where men, women, gay, straight, married, partnered,

di mana pria, wanita, homoseksual, heteroseksual, menikah, berpasangan,

can talk about their dead person,

bisa bicara tentang kematian orang terdekat mereka,

and say the things

dan menyampaikan hal-hal

that the other people in their lives aren't ready or willing to hear yet.

yang tidak ingin didengar oleh orang lain dalam hidup mereka.

Huge range of conversations.

Rentang percakapannya luas.

Like, "My husband died two weeks ago,

Misal, “Suamiku mati 2 minggu lalu,

I can't stop thinking about sex, is that normal?"

aku terus memikirkan seks, apakah ini normal?”

Yeah.

Iya.

"What if it's one of the Property Brothers?"

“Kalau dengan pemeran Property Brothers?”

Less normal, but I'll accept it.

Kurang normal, tapi bisa diterima.

(Laughter)

(Tawa)

Things like, "Look, when I'm out in public and I see old people holding hands,

Hal seperti, “Saat aku keluar rumah dan melihat orang tua bergandengan tangan,

couples who have clearly been together for decades,

pasangan yang sudah jelas bersama selama puluhan tahun,

and then I look at them and I imagine

lalu aku melihatnya dan membayangkan

all of the things they've been through together,

semua hal yang pernah mereka lewati,

hal-hal baik, hal-hal buruk,

the good things, the bad things,

the arguments they've had over who should take out the trash ...

argumen mereka tentang siapa yang harusnya membuang sampah ...

I just find my heart filled with rage."

kurasakan hatiku dipenuhi amarah."

(Laughter)

(Tawa)

And that example is personal to me.

Contoh itu sangat dekat dengan saya.

Most of the conversations that we have in the group

Kebanyakan percakapan dalam kelompok kami

can and will just stay amongst ourselves,

bisa dan akan tetap berada di antara kami,

but there are things that we talk about

tapi ada percakapan-percakapan

that the rest of the world -- the world that is grief-adjacent

yang seluruh dunia ini bisa -- dunia yang dekat dengan duka

but not yet grief-stricken --

namun belum terlanda duka --

could really benefit from hearing.

sangat diuntungkan jika mendengarnya.

And if you can't tell,

Jika belum jelas terlihat,

I'm only interested in / capable of unscientific studies,

saya hanya tertarik dengan / berkemampuan dalam studi non ilmiah,

so what I did was go to The Hot Young Widows Club

jadi saya tinggal menemui Klub Janda Muda Seksi

and say, "Hello, friends, remember when your person died?" They did.

dan bilang, “Hai, teman, ingat saat orang terdekatmu meninggal?” Mereka ingat.

"Do you remember all the things people said to you?"

“Kalian ingat yang orang itu bilang pada kalian?”

"Oh, iya."

"Oh, yeah."

"Which ones did you hate the most?"

"Mana yang paling kalian benci?"

I got a lot of comments, lot of answers, people say a lot of things,

Saya terima banyak komentar, jawaban, orang bilang banyak hal,

but two rose to the top pretty quickly.

tapi dua kata yang begitu menonjol.

"Moving on."

"Melanjutkan hidup."

Now, since 2014,

Kini, sejak tahun 2014,

I will tell you I have remarried a very handsome man named Matthew,

saya telah menikah lagi dengan pria yang sangat tampan, Matthew,

we have four children in our blended family,

kami punya empat anak di keluarga campuran kami,

we live in the suburbs of Minneapolis, Minnesota, USA.

kami tinggal di pinggiran kota Minneapolis, Minnesota, AS.

We have a rescue dog.

Kami punya anjing adopsi.

(Laughter)

(Tawa)

I drive a minivan,

Saya mengendarai minivan,

like the kind where doors open and I don't even touch them.

dengan pintu yang bisa terbuka tanpa perlu saya sentuh.

(Laughter)

(Tawa)

Like, by any "mezhure," life is good.

Dari berbagai “ukuran”, hidup saya baik.

I've also never said "mezhure," I've never once said it that way.

Saya belum pernah bilang “ukuran”, tak pernah dengan cara seperti itu.

(Laughter)

(Tawa)

I don't know where that came from.

Entah datangnya dari mana.

(Laughter)

(Tawa)

I've never heard anyone else say it that way.

Tak pernah saya dengar orang bicara seperti itu.

It looks like it should be said that way,

Terlihat seperti harus diucapkan begitu,

and that's why the English language is trash, so ...

itulah kenapa Bahasa Inggris tak berharga, jadi ...

(Laughter)

(Tawa)

So impressed with anyone who, like, speaks it

Saya terkesan dengan orang yang menuturkannya

in addition to a language that makes sense -- good job.

di samping bahasa lain yang masuk akal -- hebat.

(Laughter)

(Tawa)

But by any measure ...

Tapi dalam berbagai ukuran ...

(Laughter)

(Tawa)

By any measure, life is really, really good, but I haven't "moved on."

Dalam berbagai ukuran, hidup amat baik, tapi saya belum “melanjutkan hidup”.

I haven't moved on, and I hate that phrase so much,

Saya belum melanjutkan hidup, dan saya benci sekali frase itu,

and I understand why other people do.

dan saya paham kenapa orang lain begitu.

Because what it says

Karena itu artinya

is that Aaron's life and death and love are just moments

hidup, kematian, dan cinta Aaron hanyalah momen-momen

that I can leave behind me -- and that I probably should.

yang bisa saya tinggalkan -- dan mungkin seharusnya saya tinggalkan.

And when I talk about Aaron, I slip so easily into the present tense,

Ketika bicara tentang Aaron, mudah sekali terselip penanda masa kini,

and I've always thought that made me weird.

dan saya selalu berpikir itu membuat saya aneh.

And then I noticed that everybody does it.

Lalu saya perhatikan bahwa semua orang melakukannya.

And it's not because we are in denial or because we're forgetful,

Bukan karena kami menyangkal atau karena kami pelupa,

it's because the people we love, who we've lost,

tapi orang yang kami cintai, yang telah pergi,

are still so present for us.

masih terasa ada bagi kami.

So, when I say, "Oh, Aaron is ..."

Jadi, saat saya bilang, “Oh, Aaron adalah ...”

It's because Aaron still is.

Itu karena Aaron masih ada.

And it's not in the way that he was before,

Bukan dalam bentuknya dahulu,

which was much better,

yang tentunya lebih baik,

and it's not in the way that churchy people try to tell me that he would be.

dan bukan menjadi seperti apa yang dikatakan orang-orang religius.

It's just that he's indelible,

Tapi karena dia tak terhapuskan,

and so he is present for me.

dan karena itu dia masih ada untuk saya.

Here,

Di sini,

he's present for me in the work that I do,

dia ada dalam kerja yang saya lakukan,

in the child that we had together,

dalam diri anak kami,

in these three other children I'm raising,

dalam tiga anak lain yang saya besarkan,

who never met him, who share none of his DNA,

yang tak pernah dia temui, tak berbagi DNA dengannya,

but who are only in my life because I had Aaron

tapi ada dalam hidup saya karena saya pernah punya Aaron

and because I lost Aaron.

dan karena saya kehilangan Aaron.

He's present in my marriage to Matthew,

Ada dalam pernikahan saya dengan Matthew,

because Aaron's life and love and death

karena hidup, cinta, dan kematian Aaron

made me the person that Matthew wanted to marry.

menjadikan saya pribadi yang ingin dinikahi Matthew.

So I've not moved on from Aaron,

Jadi saya belum “move on” dari Aaron,

I've moved forward with him.

saya beranjak maju bersamanya.

(Applause)

(Tepuk tangan)

We spread Aaron's ashes in his favorite river in Minnesota,

Kami menebar abu Aaron di sungai favoritnya di Minnesota,

and when the bag was empty --

dan saat kantungnya kosong --

because when you're cremated, you fit into a plastic bag --

karena ketika Anda dikremasi, Anda bisa muat dalam kantung plastik --

there were still ashes stuck to my fingers.

masih ada abu yang menempel di jari-jari saya.

And I could have just put my hands in the water and rinsed them,

Saya bisa saja mencuci tangan saya dan mengeringkannya,

alih-alih, saya menjilatinya sampai bersih

but instead, I licked my hands clean,

because I was so afraid of losing more than I had already lost,

karena saya begitu takut kehilangan lebih banyak dari yang sudah terjadi,

and I was so desperate to make sure that he would always be a part of me.

dan saya amat putus asa untuk memastikan bahwa dia tetap jadi bagian diri saya.

But of course he would be.

Tapi tentu dia tetap bersama saya.

Because when you watch your person fill himself with poison for three years,

Karena ketika menyaksikan orang terdekat meracuni dirinya selama tiga tahun,

just so he can stay alive a little bit longer with you,

agar bisa tetap hidup sedikit lebih lama dengan Anda,

that stays with you.

Anda tak akan lupa.

When you watch him fade from the healthy person he was the night you met

Saat Anda melihatnya mengabur dari sosok bugar ketika pertama bertemu

to nothing, that stays with you.

sampai menghilang, tak akan lupa.

When you watch your son, who isn't even two years old yet,

Ketika melihat anak Anda, yang belum berusia dua tahun,

walk up to his father's bed on the last day of his life,

mendekati ranjang sang ayah di hari terakhir hidupnya,

like he knows what's coming in a few hours,

seolah tahu yang akan terjadi beberapa jam lagi,

and say, "I love you. All done. Bye, bye."

dan berkata, “Aku menyayangimu. Sudah selesai. Dadah.”

That stays with you.

Anda tak akan lupa.

Just like when you fall in love, finally, like really fall in love

Seperti ketika Anda jatuh cinta, akhirnya, benar-benar jatuh cinta

with someone who gets you and sees you

dengan seseorang yang mengerti dan memahami Anda

and you even see, "Oh, my God, I've been wrong this entire time.

dan Anda bahkan sadar, “Ya Tuhan, selama ini aku salah.

Love is not a contest or a reality show -- it's so quiet,

Cinta bukanlah kontes atau reality show -- ia sangat sunyi,

it's this invisible thread of calm that connects the two of us

jalinan ketenangan tak terlihat yang menyambungkan kami berdua

even when everything is chaos,

bahkan ketika semuanya kacau-balau,

when things are falling apart, even when he's gone."

ketika semua hal hancur, bahkan ketika ia pergi.”

That stays with you.

Anda akan mengingatnya.

We used to do this thing --

Kami biasa melakukan ini --

because my hands are always freezing and he's so warm,

tangan saya selalu dingin dan tubuhnya amat hangat,

saya suka memasukkan tangan sedingin es ke dalam bajunya...

where I would take my ice-cold hands and shove them up his shirt ...

press them against his hot bod.

dan menempelkannya ke tubuh kekarnya.

(Laughter)

(Tawa)

And he hated it so much,

Dan dia sangat membencinya,

(Laughter)

(Tawa)

but he loved me,

tapi ia mencintai saya,

and after he died, I laid in bed with Aaron

dan setelah ia meninggal, saya berbaring di ranjang dengan Aaron

and I put my hands underneath him

lalu saya menaruh tangan di bawah tubuhnya

and I felt his warmth.

dan saya merasakan kehangatannya.

And I can't even tell you if my hands were cold,

Saya bahkan tak bisa bilang apakah tangan saya yang dingin,

but I can tell you

tapi saya bisa bilang

that I knew it was the last time I would ever do that.

bahwa itu adalah terakhir kali saya bisa melakukannya.

And that that memory is always going to be sad.

Dan bahwa itulah ingatan yang akan selalu menyedihkan.

That memory will always hurt.

Ingatan itu akan selalu terasa perih.

Even when I'm 600 years old and I'm just a hologram.

Bahkan jika saya berusia 600 tahun dan hanya hologram.

(Laughter)

(Tawa)

Just like the memory of meeting him is always going to make me laugh.

Seperti ingatan tentang pertemuan kami yang selalu membuat saya tertawa.

Grief doesn't happen in this vacuum,

Duka tak terjadi di ruang hampa,

it happens alongside of and mixed in with all of these other emotions.

ia terjadi bersama dan bercampur dengan emosi-emosi lainnya.

So, I met Matthew, my current husband --

Jadi, saya bertemu Matthew, suami saya saat ini --

who doesn't love that title,

yang tak suka dengan sebutan itu,

(Laughter)

(Tawa)

but it's so accurate.

tapi itu sangat akurat.

(Laughter)

(Tawa)

I met Matthew, and ...

Saya bertemu Matthew, dan ...

there was this audible sigh of relief among the people who love me,

terdengar hela napas lega dari orang-orang yang mencintai saya,

like, "It's over!

seperti, “Akhirnya selesai juga!

She did it.

Dia berhasil.

She got a happy ending, we can all go home.

Dia dapat akhir yang bahagia, kita semua bisa pulang.

And we did good."

Dan kita sudah berbuat baik."

And that narrative is so appealing even to me,

Kisah itu begitu menarik bahkan untuk saya sendiri,

and I thought maybe I had gotten that, too, but I didn't.

dan saya pikir mungkin saya memang berakhir bahagia, tapi tidak.

I got another chapter.

Saya mendapat babak baru.

And it's such a good chapter -- I love you, honey --

Dan babak ini sungguh baik -- aku mencintaimu, sayang --

it's such a good chapter.

babak ini sungguh baik.

But especially at the beginning, it was like an alternate universe,

Tapi, terutama pada awalnya, ini terasa seperti semesta yang lain,

or one of those old "choose your own adventure" books from the '80s

atau seperti buku “pilih sendiri petualanganmu” dari tahun 80-an

where there are two parallel plot lines.

di mana ada dua plot cerita paralel.

So I opened my heart to Matthew,

Saya membuka hati untuk Matthew,

and my brain was like, "Would you like to think about Aaron?

dan otak saya berkata, “Maukah kamu memikirkan Aaron?

Like, the past, the present, future, just get in there," and I did.

Masa lalu, masa kini, masa depan, yang mana saja,” dan saya melakukannya.

And all of a sudden, those two plots were unfurling at once,

Tiba-tiba, kedua plot itu membentang sekaligus,

and falling in love with Matthew really helped me realize the enormity

dan jatuh cinta pada Matthew sangat membantu saya menyadari besarnya

of what I lost when Aaron died.

kehilangan saya ketika Aaron meninggal.

And just as importantly,

Dan sama pentingnya,

it helped me realize that my love for Aaron

hal itu membantu saya menyadari cinta saya pada Aaron

and my grief for Aaron,

dan duka saya atas Aaron,

and my love for Matthew, are not opposing forces.

dan cinta saya pada Matthew, bukan dua kekuatan yang bertentangan.

They are just strands to the same thread.

Mereka helai-helai dari jalinan benang yang sama.

They're the same stuff.

Mereka adalah hal yang sama.

Saya... apa yang biasa dibilang orang tua saya?

I'm ... what would my parents say?

I'm not special.

Saya tidak istimewa.

(Laughter)

(Tawa)

They had four kids, they were like ... frankly.

Mereka punya empat anak, mereka cuma... terus terang.

(Laughter)

(Tawa)

But I'm not, I'm not special.

Tapi saya memang tak istimewa.

I know that, I'm fully aware

Saya tahu itu, saya sadar betul

that all day, every day, all around the world,

bahwa sepanjang hari, setiap hari, di seantero dunia,

terrible things are happening.

hal-hal buruk terjadi.

All the time.

Setiap saat.

Like I said, fun person.

Sudah saya bilang, orang yang asyik.

But terrible things are happening,

Tapi hal-hal buruk memang terjadi,

people are experiencing deeply formative and traumatic losses every day.

orang-orang mengalami kehilangan yang berdampak besar dan traumatis setiap hari.

And as part of my job,

Dan sebagai bagian dari pekerjaan saya,

this weird podcast that I have,

pada podcast aneh milik saya ini,

I sometimes talk to people

saya mengobrol dengan orang

about the worst thing that's ever happened to them.

tentang hal terburuk yang pernah mereka alami.

And sometimes, that's the loss of someone they love,

Kadang, hal itu adalah kehilangan orang yang dicintai,

sometimes days ago or weeks ago, years ago, even decades ago.

kadang beberapa hari, minggu, tahun, bahkan beberapa dekade yang lalu.

And these people that I interview,

Mereka yang saya wawancarai ini

they haven't closed themselves around this loss

belum menutup diri dari kehilangan itu

and made it the center of their lives.

dan malah memusatkan hidup padanya.

They've lived, their worlds have kept spinning.

Mereka bertahan hidup, dunia mereka tetap berputar.

But they're talking to me, a total stranger,

Tapi mereka bercerita pada saya, orang yang benar-benar asing,

about the person they love who has died,

tentang orang tercinta yang telah tiada,

because these are the experiences

karena pengalaman inilah

that mark us and make us just as much as the joyful ones.

yang menandai dan membentuk diri kita sebagaimana hal-hal yang menyenangkan.

And just as permanently.

Dan sama permanennya.

Long after you get your last sympathy card

Lama setelah Anda menerima kartu belasungkawa

or your last hot dish.

atau kiriman makanan terakhir.

Like, we don't look at the people around us

Kita tidak melihat orang di sekitar kita

experiencing life's joys and wonders and tell them to "move on," do we?

mengalami sukacita lalu menyuruh mereka untuk “move on”, bukan?

We don't send a card that's like, "Congratulations on your beautiful baby,"

Kita tak mengirim kartu seperti, “Selamat atas kelahiran bayimu,”

and then, five years later, think like, "Another birthday party? Get over it."

lalu lima tahun kemudian berpikir, “Pesta ulang tahun lagi? Sudahlah.”

(Laughter)

(Tawa)

Yeah, we get it, he's five.

Iya, kami tahu, dia lima tahun.

(Laughter)

(Tawa)

Wow.

Wow.

(Laughter)

(Tawa)

But grief is kind of one of those things,

Tapi duka adalah salah satu hal itu,

like, falling in love or having a baby or watching "The Wire" on HBO,

seperti, jatuh cinta atau melahirkan bayi atau nonton “The Wire” di HBO,

where you don't get it until you get it, until you do it.

di mana Anda tak akan mengerti sampai Anda memperoleh dan mengalaminya sendiri.

And once you do it, once it's your love or your baby,

Dan ketika Anda mengalaminya, ketika itu kekasih atau bayi Anda,

once it's your grief and your front row at the funeral,

ketika itu adalah duka Anda dan Anda di baris terdepan pemakamannya,

you get it.

Anda akan paham.

You understand what you're experiencing is not a moment in time,

Anda mengerti yang Anda alami bukan sebuah momen dalam hidup,

it's not a bone that will reset,

bukan tulang yang akan tumbuh kembali,

but that you've been touched by something chronic.

tapi bahwa Anda telah terjangkit oleh sesuatu yang kronis.

Something incurable.

Tak bisa disembuhkan.

It's not fatal, but sometimes grief feels like it could be.

Tidak mematikan, tapi kadang duka rasanya bisa begitu.

And if we can't prevent it in one another,

Dan jika kita tak bisa menghindarinya atas satu sama lain,

what can we do?

apa yang bisa kita lakukan?

What can we do other than try to remind one another

Apa yang bisa kita lakukan selain mengingatkan satu sama lain

that some things can't be fixed,

bahwa beberapa hal tak bisa diperbaiki,

and not all wounds are meant to heal?

tidak semua luka ditakdirkan untuk sembuh?

We need each other to remember,

Kita perlu satu sama lain untuk mengingat,

to help each other remember,

membantu saling mengingatkan,

that grief is this multitasking emotion.

bahwa duka adalah emosi multi tugas.

That you can and will be sad, and happy; you'll be grieving, and able to love

Bahwa Anda bisa sedih, juga bahagia; Anda berduka, sekaligus dapat mencintai

in the same year or week, the same breath.

dalam minggu atau tahun yang sama, dalam nafas yang sama.

We need to remember that a grieving person is going to laugh again and smile again.

Kita perlu ingat bahwa orang yang berduka akan tertawa dan tersenyum lagi.

If they're lucky, they'll even find love again.

Jika mereka beruntung, mereka akan menemukan kembali cinta.

But yes, absolutely, they're going to move forward.

Tapi ya, tentu, mereka akan bergerak maju.

But that doesn't mean that they've moved on.

Tapi bukan berarti mereka telah “move on”.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)