Amanda Burden: How public spaces make cities work

Translator: Rien Chaerani Reviewer: Ayudia Triwardhani

When people think about cities,

Ketika orang berpikir tentang kota,

they tend to think of certain things.

mereka cenderung memikirkan hal-hal tertentu.

They think of buildings and streets

Mereka memikirkan bangunan dan jalanan,

and skyscrapers, noisy cabs.

pencakar langit, dan taksi yang berisik.

But when I think about cities,

Tapi ketika saya memikirkan kota,

I think about people.

saya berpikir tentang manusia.

Cities are fundamentally about people,

Pada dasarnya, kota adalah tentang orang

and where people go

dan ke mana mereka pergi

and where people meet

serta tempat mereka bertemu

are at the core of what makes a city work.

adalah inti dari yang membuat kota berhasil.

So even more important than buildings in a city

Maka yang jauh lebih penting dari bangunan di kota

are the public spaces in between them.

adalah ruang publik di sekitarnya.

And today, some of the most transformative

Dewasa ini, sebagian perubahan paling transformatif

changes in cities

di berbagai kota

are happening in these public spaces.

terjadi di ruang publik tersebut.

So I believe that lively, enjoyable public spaces

Sehingga saya percaya bahwa ruang publik yang hidup dan menyenangkan

are the key to planning a great city.

adalah kunci untuk merencanakan kota yang hebat.

They are what makes it come alive.

Ruang publiklah yang menghidupkan kota.

But what makes a public space work?

Tapi apa yang membuat ruang publik berhasil?

What attracts people to successful public spaces,

Apa yang membuat orang tertarik datang ke ruang publik yang sukses,

and what is it about unsuccessful places

dan apa yang membuat ruang publik tidak sukses

that keeps people away?

sehingga membuat orang-orang menjauh?

I thought, if I could answer those questions,

Saya pikir, jika saya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu,

I could make a huge contribution to my city.

saya dapat memberi kontribusi besar untuk kota saya.

But one of the more wonky things about me

Tapi satu keahlian lain saya

is that I am an animal behaviorist,

adalah saya seorang pengamat perilaku hewan,

and I use those skills not to study animal behavior

dan saya menggunakan keterampilan itu bukan untuk mempelajari perilaku hewan

but to study how people in cities

tapi untuk mempelajari bagaimana orang-orang di kota

use city public spaces.

menggunakan ruang publik kota.

One of the first spaces that I studied

Salah satu tempat pertama yang saya pelajari

was this little vest pocket park called Paley Park

adalah taman kota kecil yang disebut Paley Park

in midtown Manhattan.

di dekat pusat Manhattan.

This little space became a small phenomenon,

Ruang mungil ini menjadi fenomena kecil,

and because it had such a profound impact

dan karena pengaruhnya begitu besar

on New Yorkers,

pada warga New York,

it made an enormous impression on me.

taman itu meninggalkan kesan yang sangat kuat pada saya.

I studied this park very early on in my career

Saya mempelajari taman ini di awal karier saya

because it happened to have been built

karena taman itu dibangun

by my stepfather,

oleh ayah tiri saya,

so I knew that places like Paley Park

sehingga saya tahu tempat-tempat seperti Paley Park

didn't happen by accident.

tidak terjadi secara kebetulan.

I saw firsthand that they required

Saya melihat langsung bahwa taman itu butuh

incredible dedication

dedikasi luar biasa

and enormous attention to detail.

dan perhatian besar terhadap detail.

But what was it about this space

Tapi ada apa dengan ruang ini

that made it special and drew people to it?

yang membuatnya istimewa dan menarik orang-orang ke sana?

Well, I would sit in the park and watch very carefully,

Saya duduk di taman, dan mengawasi secara teliti,

and first among other things

dan hal yang paling utama

were the comfortable, movable chairs.

adalah bangku-bangku yang nyaman, dapat dipindahkan.

People would come in, find their own seat,

Orang akan datang, mencari bangku sendiri,

move it a bit, actually, and then stay a while,

menggeser sedikit, sebetulnya, kemudian tinggal sebentar,

and then interestingly,

lalu yang menarik,

people themselves attracted other people,

mereka sendiri mengundang orang lain,

and ironically, I felt more peaceful

dan ironisnya, saya merasa lebih tenang

if there were other people around.

jika ada orang lain di sekitar.

And it was green.

Taman itu hijau.

This little park provided what New Yorkers crave:

Taman mungil ini menyediakan apa yang diharapkan warga New York:

comfort and greenery.

kenyamanan dan tanaman hijau.

But my question was,

Tapi pertanyaan saya adalah,

why weren't there more places with greenery

mengapa tidak banyak tempat dengan tanaman hijau

and places to sit in the middle of the city

dan tempat duduk di tengah kota

where you didn't feel alone,

yang tidak membuat kita merasa sendirian,

or like a trespasser?

atau seperti masuk tanpa izin?

Unfortunately, that's not how cities

Sayangnya, kota-kota tidak didesain

were being designed.

seperti itu.

So here you see a familiar sight.

Jadi, di sini kita melihat pemandangan yang sudah lazim.

This is how plazas have been designed for generations.

Beginilah plaza didesain secara turun-temurun.

They have that stylish, Spartan look

Penampilan bergaya ala Spartan yang kaku

that we often associate with modern architecture,

yang sering kita hubungkan dengan arsitektur modern,

but it's not surprising that people

tapi tidak heran bahwa orang-orang

avoid spaces like this.

menghindari ruang seperti ini.

They not only look desolate,

Bukan hanya terlihat sepi,

they feel downright dangerous.

tapi juga terasa sungguh berbahaya.

I mean, where would you sit here?

Maksud saya, kita bisa duduk di mana?

What would you do here?

Apa yang akan kita lakukan di sini?

But architects love them.

Tapi para arsitek menggemarinya,

They are plinths for their creations.

sebagai tumpuan bagi kreasi mereka.

They might tolerate a sculpture or two,

Mungkin boleh ada satu atau dua patung,

but that's about it.

tapi kira-kira begitu saja.

And for developers, they are ideal.

Bagi para pengembang, tempat itu ideal.

There's nothing to water, nothing to maintain,

Tidak ada yang perlu disiram, dipelihara,

and no undesirable people to worry about.

dan tidak usah khawatir dengan orang-orang yang tidak diundang.

But don't you think this is a waste?

Tapi bukankah ini sia-sia?

For me, becoming a city planner

Bagi saya, menjadi perencana kota

meant being able to truly change the city

berarti mampu betul-betul mengubah kota

that I lived in and loved.

yang saya tinggali dan cintai.

I wanted to be able to create places

Saya ingin bisa menciptakan tempat-tempat

that would give you the feeling that you got

yang akan membuat Anda merasakan hal

in Paley Park,

yang Anda rasakan di Paley Park,

and not allow developers to build bleak plazas like this.

dan tidak mengizinkan pengembang membangun plaza suram seperti ini.

But over the many years,

Tapi selama bertahun-tahun,

I have learned how hard it is

saya belajar bagaimana sulitnya

to create successful, meaningful,

menciptakan ruang publik yang sukses,

enjoyable public spaces.

bermakna, dan menyenangkan.

As I learned from my stepfather,

Pelajaran dari ayah tiri saya,

they certainly do not happen by accident,

tempat-tempat itu tidak muncul secara kebetulan,

especially in a city like New York,

terutama di kota seperti New York,

where public space has to be fought for to begin with,

di mana ruang publik harus diperjuangkan dari awal,

and then for them to be successful,

dan agar menjadi sukses,

somebody has to think very hard

harus ada orang yang berpikir sangat keras

about every detail.

tentang setiap detail.

Now, open spaces in cities are opportunities.

Ruang terbuka di kota adalah peluang.

Yes, they are opportunities for commercial investment,

Iya, peluang bagi investasi komersial,

but they are also opportunities for the common good

sekaligus peluang untuk kebaikan bersama

of the city,

kota tersebut,

and those two goals are often not aligned with one another,

dan kedua tujuan itu kerap kali tidak saling beriringan,

and therein lies the conflict.

dan di sana terjadi konflik.

The first opportunity I had to fight

Peluang pertama yang harus saya perjuangkan

for a great public open space was in the early 1980s,

untuk ruang terbuka publik yang hebat adalah pada awal 1980-an,

when I was leading a team of planners

ketika saya memimpin satu tim perencana

at a gigantic landfill called Battery Park City

di tempat pembuangan akhir raksasa yang disebut Battery Park City

in lower Manhattan on the Hudson River.

di Manhattan bawah di Hudson River.

And this sandy wasteland had lain barren

Tanah kosong berpasir ini sudah terbengkalai

for 10 years,

selama 10 tahun,

and we were told, unless we found a developer

kami diberi tahu jika kami tidak mendapatkan pengembang

in six months, it would go bankrupt.

dalam 6 bulan, tempat itu akan bangkrut.

So we came up with a radical,

Maka kami merumuskan gagasan radikal,

almost insane idea.

yang hampir gila.

Instead of building a park

Daripada membangun taman

as a complement to future development,

sebagai pelengkap untuk pembangunan di masa depan,

why don't we reverse that equation

mengapa tidak membaliknya

and build a small but very high-quality

dengan membangun ruang terbuka umum kecil tapi berkualitas tinggi

public open space first,

terlebih dahulu,

and see if that made a difference.

dan melihat apakah hal itu berpengaruh.

So we only could afford to build a two-block section

Kami hanya sanggup membangun sebuah bagian dengan dua-blok

of what would become a mile-long esplanade,

yang akan menjadi taman terbuka sejauh 1,6 kilometer

so whatever we built had to be perfect.

sehingga apa pun yang kami bangun harus sempurna.

So just to make sure, I insisted

Maka sekadar untuk memastikan, saya bersikeras

that we build a mock-up

agar kami membuat contoh pagar dan tembok laut

in wood, at scale, of the railing and the sea wall.

dari kayu, sesuai skala.

And when I sat down on that test bench

Ketika saya duduk di bangku percobaan itu,

with sand still swirling all around me,

dengan pasir yang tertiup angin di sekeliling saya,

the railing hit exactly at eye level,

pagar itu tepat setinggi mata,

blocking my view and ruining my experience

menghalangi pandangan saya dan merusak pengalaman saya

at the water's edge.

di tepi air.

So you see, details really do make a difference.

Jadi, detail memang berpengaruh.

But design is not just how something looks,

Tapi desain bukan hanya tentang bagaimana sesuatu terlihat,

it's how your body feels on that seat in that space,

tapi juga bagaimana tubuh kita terasa pada bangku itu dalam ruang tersebut,

and I believe that successful design always depends

dan saya percaya bahwa desain yang sukses selalu bergantung

on that very individual experience.

pada pengalaman perorangan itu.

In this photo, everything looks very finished,

Dalam foto ini, segala sesuatu terlihat dikerjakan dengan sangat baik,

but that granite edge, those lights,

tapi tepi granit itu, lampu-lampu itu,

the back on that bench,

sandaran bangku itu,

the trees in planting,

pepohonan yang ditanam,

and the many different kinds of places to sit

dan banyak jenis tempat untuk duduk

were all little battles that turned this project

semua adalah perjuangan kecil yang mengubah proyek ini

into a place that people wanted to be.

menjadi tempat yang disukai orang.

Now, this proved very valuable 20 years later

Hal ini terbukti sangat berharga 20 tahun kemudian

when Michael Bloomberg asked me to be

ketika Michael Bloomberg meminta saya

his planning commissioner

menjadi komisaris perencanaannya

and put me in charge of shaping

dan menunjuk saya untuk mengubah wajah

the entire city of New York.

seluruh kota New York.

And he said to me on that very day,

Hari itu, dia mengatakan kepada saya,

he said that New York was projected

New York diproyeksikan untuk

to grow from eight to nine million people.

tumbuh dari delapan menjadi sembilan juta orang.

And he asked me,

Dia bertanya kepada saya,

"So where are you going to put

"Jadi, ke mana kita akan menempatkan

one million additional New Yorkers?"

tambahan warga New York sebanyak satu juta?"

Well, I didn't have any idea.

Saya tidak tahu.

Now, you know that New York does

Kita tahu New York memang

place a high value on attracting immigrants,

menilai penting dalam menarik pendatang,

so we were excited about the prospect of growth,

sehingga kami gembira menyambut prospek pertumbuhan,

but honestly, where were we going to grow

tapi sejujurnya, ke mana kami akan tumbuh

in a city that was already built out to its edges

dalam kota yang sudah dibangun hingga daerah pinggirannya

and surrounded by water?

dan dikelilingi air?

How were we going to find housing

Bagaimana kami akan mencarikan rumah

for that many new New Yorkers?

bagi warga baru New York sebanyak itu?

And if we couldn't spread out,

Jika kami tidak bisa memperluas,

which was probably a good thing,

yang mungkin adalah hal baik,

where could new housing go?

di mana letak perumahan baru?

And what about cars?

Dan bagaimana dengan mobil?

Our city couldn't possibly handle any more cars.

Kota ini tidak mungkin menampung lebih banyak mobil lagi.

So what were we going to do?

Jadi, apa yang akan kami lakukan?

If we couldn't spread out, we had to go up.

Jika kami tidak bisa memperluas, kami harus membangun ke atas.

And if we had to go up,

Jika demikian,

we had to go up in places

kami harus naik di tempat-tempat

where you wouldn't need to own a car.

di mana penghuni tidak perlu mobil.

So that meant using one of our greatest assets:

Itu berarti menggunakan salah satu aset terbesar kami:

our transit system.

sistem transportasi umum.

But we had never before thought

Tapi kami belum pernah memikirkan

of how we could make the most of it.

bagaimana kami bisa memanfaatkannya.

So here was the answer to our puzzle.

Maka inilah jawaban teka-teki itu.

If we were to channel and redirect

Jika kita menyalurkan dan mengalihkan semua

all new development around transit,

pembangunan baru di sekitar transportasi umum,

we could actually handle that population increase,

kita dapat benar-benar menangani peningkatan populasi itu,

we thought.

kami pikir.

And so here was the plan,

Maka inilah rencananya,

what we really needed to do:

apa yang perlu kami lakukan:

We needed to redo our zoning --

Kami perlu merombak zonasi --

and zoning is the city planner's regulatory tool --

dan zonasi adalah perangkat regulasi dari perencana kota

and basically reshape the entire city,

dan pada dasarnya mengganti wajah keseluruhan kota,

targeting where new development could go

menargetkan di mana pembangunan baru dapat dilakukan

and prohibiting any development at all

dan melarang pembangunan apa pun

in our car-oriented,

dalam lingkungan pinggiran kota

suburban-style neighborhoods.

yang berorientasi mobil.

Well, this was an unbelievably ambitious idea,

Gagasan ini bukan main ambisius,

ambitious because communities

ambisius karena masyarakat

had to approve those plans.

harus menyetujui rencana tersebut.

So how was I going to get this done?

Jadi, bagaimana saya menyelesaikan ini?

By listening. So I began listening,

Dengan menyimak. Maka saya mulai menyimak,

in fact, thousands of hours of listening

bahkan, menyimak selama ribuan jam

just to establish trust.

sekadar untuk membangun kepercayaan.

You know, communities can tell

Masyarakat bisa mengetahui apakah

whether or not you understand their neighborhoods.

kita memahami lingkungan mereka atau tidak.

It's not something you can just fake.

Bukan sesuatu yang dapat dipalsukan saja.

And so I began walking.

Jadi, saya mulai berjalan kaki.

I can't tell you how many blocks I walked,

Saya tidak tahu berapa blok yang dilalui,

in sweltering summers, in freezing winters,

pada musim panas yang gerah, pada musim dingin yang beku,

year after year,

tahun demi tahun,

just so I could get to understand

supaya saya bisa menangkap

the DNA of each neighborhood

DNA masing-masing lingkungan

and know what each street felt like.

dan mengetahui seperti apa rasanya setiap jalan.

I became an incredibly geeky zoning expert,

Saya menjadi pakar zonasi yang luar biasa antusias,

finding ways that zoning could address

mencari cara supaya zonasi dapat menjawab

communities' concerns.

kegelisahan masyarakat.

So little by little, neighborhood by neighborhood,

Sedikit demi sedikit, lingkungan demi lingkungan,

block by block,

blok demi blok,

we began to set height limits

kami mulai menetapkan batasan tinggi

so that all new development

sehingga semua pembangunan baru

would be predictable and near transit.

nantinya dapat diprediksi dan dekat transportasi umum.

Over the course of 12 years,

Selama kurun 12 tahun,

we were able to rezone

kami mampu menzonasi ulang

124 neighborhoods,

124 lingkungan,

40 percent of the city,

40 persen dari kota,

12,500 blocks, so that now,

12.500 blok, sehingga kini,

90 percent of all new development of New York

90 persen dari seluruh pembangunan baru di New York ada dalam jarak

is within a 10-minute walk of a subway.

10 menit berjalan kaki dari kereta bawah tanah.

In other words, nobody in those new buildings

Dengan kata lain, penghuni bangunan baru

needs to own a car.

tidak perlu memiliki mobil.

Well, those rezonings were exhausting

Zonasi ulang memang melelahkan,

and enervating and important,

menguras tenaga, dan penting,

but rezoning was never my mission.

tapi zonasi ulang tidak pernah menjadi misi saya.

You can't see zoning and you can't feel zoning.

Kita tidak bisa melihat zonasi dan kita tak dapat merasakan zonasi.

My mission was always to create

Misi saya adalah menciptakan

great public spaces.

ruang publik yang hebat.

So in the areas where we zoned for significant development,

Sehingga di daerah-daerah yang kami zonasi untuk pembangunan yang signifikan,

I was determined to create places

saya bertekad untuk membuat tempat-tempat yang

that would make a difference in people's lives.

akan berpengaruh dalam kehidupan orang-orang.

Here you see what was

Di sini Anda lihat, yang sebelumnya

two miles of abandoned, degraded waterfront

tepi air yang terbengkalai sejauh tiga kilometer

in the neighborhoods of Greenpoint

di lingkungan Greenpoint

and Williamsburg in Brooklyn,

dan Williamsburg di Brooklyn,

impossible to get to and impossible to use.

mustahil untuk ke sana dan mustahil untuk dimanfaatkan.

Now the zoning here was massive,

Sekarang zonasi di sini dilakukan besar-besaran,

so I felt an obligation to create

sehingga saya merasa berkewajiban untuk menciptakan

magnificent parks on these waterfronts,

taman-taman megah di tepian air ini,

and I spent an incredible amount of time

dan saya menghabiskan waktu yang luar biasa banyak

on every square inch of these plans.

pada setiap meter persegi rencana ini.

I wanted to make sure that there were

Saya ingin memastikan ada jalan setapak

tree-lined paths from the upland to the water,

dengan deretan pohon dari dataran tinggi sampai air,

that there were trees and plantings everywhere,

ada pepohonan dan tanaman di mana-mana,

and, of course, lots and lots of places to sit.

dan, tentu saja, banyak dan banyak tempat duduk.

Honestly, I had no idea how it would turn out.

Sejujurnya, saya tidak tahu akan seperti apa hasilnya.

I had to have faith.

Saya harus yakin.

But I put everything that I had studied and learned

Tapi saya mencurahkan semua yang saya dalami dan pelajari

into those plans.

ke dalam rencana-rencana itu.

And then it opened,

Kemudian tiba saatnya dibuka,

and I have to tell you, it was incredible.

dan saya harus bilang, tempat itu luar biasa.

People came from all over the city

Orang berdatangan dari semua sudut kota

to be in these parks.

untuk menikmati taman-taman ini.

I know they changed the lives of the people who live there,

Saya tahu taman-taman itu mengubah kehidupan penduduk di sana,

but they also changed New Yorkers' whole image

sekaligus mengubah seluruh kesan warga New York

of their city.

terhadap kota mereka.

I often come down and watch people

Saya sering datang ke sana dan

get on this little ferry

memperhatikan orang menaiki kapal feri

that now runs between the boroughs,

yang menghubungkan antar wilayah,

and I can't tell you why,

dan entah mengapa,

but I'm completely moved

hati saya sungguh tersentuh

by the fact that people are using it

melihat orang-orang menggunakannya

as if it had always been there.

seolah-olah kapal feri selalu ada di sana.

And here is a new park in lower Manhattan.

Dan inilah taman baru di Manhattan bawah.

Now, the water's edge in lower Manhattan

Tepi air di Manhattan bawah

was a complete mess before 9/11.

sungguh berantakan sebelum 11/9.

Wall Street was essentially landlocked

Wall Street terkurung daratan

because you couldn't get anywhere near this edge.

karena kita tidak bisa mendekati tepian ini.

And after 9/11, the city had very little control.

Setelah 11/9, pihak kota memegang kendali yang sangat kecil.

But I thought if we went

Tapi saya pikir jika kami datang

to the Lower Manhattan Development Corporation

ke Lower Manhattan Development Corporation

and got money to reclaim this two miles

dan memiliki dana untuk reklamasi tepi air yang rusak

of degraded waterfront

sejauh tiga kilometer ini

that it would have an enormous effect

itu akan berpengaruh sangat besar

on the rebuilding of lower Manhattan.

pada pembangunan kembali Manhattan bawah.

And it did.

Ternyata benar.

Lower Manhattan finally has a public waterfront

Manhattan bawah akhirnya mempunyai tepi air umum

on all three sides.

pada ketiga sisi.

I really love this park.

Saya sangat menyukai taman ini.

You know, railings have to be higher now,

Pagarnya harus lebih tinggi sekarang,

so we put bar seating at the edge,

sehingga kami memasang dudukan palang di pinggir,

and you can get so close to the water

dan kita bisa sangat mendekat ke air

you're practically on it.

sampai terasa seperti di atasnya.

And see how the railing widens

Lihat bagaimana pagar melebar

and flattens out so you can lay down

rata sehingga bisa menaruh

your lunch or your laptop.

makan siang atau laptop Anda.

And I love when people come there

Saya senang ketika orang-orang ke sana

and look up and they say,

dan mendongak sambil berkata,

"Wow, there's Brooklyn, and it's so close."

"Wah, itu Brooklyn, dekat sekali ya."

So what's the trick?

Jadi, apa siasatnya?

How do you turn a park

Bagaimana mengubah taman

into a place that people want to be?

menjadi tempat yang disukai orang?

Well, it's up to you,

Terserah Anda,

not as a city planner but as a human being.

bukan sebagai perencana kota tapi sebagai manusia.

You don't tap into your design expertise.

Anda tidak menggali keahlian desain.

You tap into your humanity.

Anda menggali sisi kemanusiaan.

I mean, would you want to go there?

Maksud saya, maukah Anda ke sana?

Would you want to stay there?

Maukah Anda tinggal di sana?

Can you see into it and out of it?

Bisakah melihat ke dalam dan keluar dari sana?

Are there other people there?

Adakah orang lain di sana?

Does it seem green and friendly?

Apakah terasa hijau dan ramah?

Can you find your very own seat?

Dapatkah Anda mencari bangku sendiri?

Well now, all over New York City,

Sekarang di seantero kota New York,

there are places where you can

ada tempat-tempat Anda bisa

find your very own seat.

mencari bangku sendiri.

Where there used to be parking spaces,

Yang sebelumnya tempat parkir,

there are now pop-up cafes.

sekarang menjadi kafe-kafe sementara.

Where Broadway traffic used to run,

Yang sebelumnya dilewati lalu lintas Broadway,

there are now tables and chairs.

sekarang ada banyak meja dan kursi.

Where 12 years ago, sidewalk cafes were not allowed,

Dua belas tahun yang lalu, kafe sisi jalan dilarang,

they are now everywhere.

sekarang ada di mana-mana.

But claiming these spaces for public use

Tapi mengklaim ruang-ruang ini untuk pemanfaatan umum

was not simple,

bukan hal mudah,

and it's even harder to keep them that way.

bahkan lebih sulit untuk menjaganya tetap begitu.

So now I'm going to tell you a story

Sekarang saya akan bercerita

about a very unusual park called the High Line.

tentang taman yang sangat tak biasa yang disebut High Line.

The High Line was an elevated railway.

High Line adalah jalur kereta api tinggi.

(Applause)

(Tepuk tangan)

The High Line was an elevated railway

The High Line adalah rel kereta api tinggi

that ran through three neighborhoods

yang melintasi tiga lingkungan

on Manhattan's West Side,

di West Side, Manhattan,

and when the train stopped running,

dan saat kereta api berhenti beroperasi,

it became a self-seeded landscape,

jalur itu ditumbuhi tanaman liar,

a kind of a garden in the sky.

semacam kebun di angkasa.

And when I saw it the first time,

Ketika saya melihatnya pertama kali,

honestly, when I went up on that old viaduct,

sejujurnya, sewaktu saya naik ke jembatan tua itu,

I fell in love the way you fall in love with a person,

saya jatuh cinta layaknya kita jatuh cinta dengan seseorang,

honestly.

sungguh.

And when I was appointed,

Ketika saya ditunjuk,

saving the first two sections of the High Line

menyelamatkan dua bagian awal High Line

from demolition became my first priority

dari pembongkaran menjadi prioritas utama saya

and my most important project.

dan proyek saya yang paling penting.

I knew if there was a day that I didn't

Saya tahu, sehari saja saya melupakan

worry about the High Line, it would come down.

High Line, jalur itu akan dibongkar.

And the High Line,

High Line,

even though it is widely known now

sekali pun kini dikenal luas

and phenomenally popular,

dan luar biasa populer,

it is the most contested public space in the city.

adalah ruang publik yang paling diperebutkan dalam kota.

You might see a beautiful park,

Anda mungkin melihat taman cantik,

but not everyone does.

tapi tidak semua orang melihatnya.

You know, it's true, commercial interests

Benar, kepentingan komersial

will always battle against public space.

selalu berlawanan dengan ruang publik.

You might say,

Mungkin Anda berkata,

"How wonderful it is that more than

"Bagus sekali ada lebih dari

four million people come from all over the world

empat juta orang datang dari seluruh dunia

to visit the High Line."

untuk mengunjungi High Line."

Well, a developer sees just one thing: customers.

Pengembang hanya melihat satu hal: pembeli.

Hey, why not take out those plantings

Hey, mengapa tidak mencabut semua tanaman itu

and have shops all along the High Line?

dan diganti deretan toko di High Line?

Wouldn't that be terrific

Bukankah itu akan hebat

and won't it mean a lot more money for the city?

dan jauh lebih banyak pemasukan bagi pihak kota?

Well no, it would not be terrific.

Tidak, itu tidak akan hebat.

It would be a mall, and not a park.

Itu akan menjadi mall, bukan taman.

(Applause)

(Tepuk tangan)

And you know what, it might mean

Mungkin itu berarti

more money for the city,

lebih banyak pemasukan bagi pihak kota,

but a city has to take the long view,

tapi sebuah kota harus berpikir dalam jangka panjang,

the view for the common good.

untuk kebaikan bersama.

Most recently, the last section of the High Line,

Baru-baru ini saja, bagian terakhir High Line,

the third section of the High Line,

bagian ketiga High Line,

the final section of the High Line,

bagian ujung High Line,

has been pitted against development interests,

beradu dengan kepentingan pengembangan,

where some of the city's leading developers

sejumlah pengembang terkemuka di kota

are building more than 17 million square feet

sedang membangun lebih dari 1,5 juta m2

at the Hudson Yards.

di Hudson Yards.

And they came to me and proposed

Mereka mendatangi saya dan mengusulkan

that they "temporarily disassemble"

agar mereka "membongkar sementara"

that third and final section.

bagian ketiga dan ujung itu.

Perhaps the High Line didn't fit in

Mungkin High Line tidak cocok dengan

with their image of a gleaming city of skyscrapers

kesan mereka tentang kota pencakar langit yang megah

on a hill.

di atas bukit.

Perhaps it was just in their way.

Mungkin itu hanya menghalangi mereka.

But in any case, it took nine months

Apa pun alasannya, negosiasi setiap hari tanpa henti

of nonstop daily negotiation

berlangsung selama sembilan bulan

to finally get the signed agreement

sampai akhirnya kesepakatan ditandatangani

to prohibit its demolition,

untuk melarang pembongkarannya,

and that was only two years ago.

dan itu baru dua tahun silam.

So you see, no matter how popular

Jadi, tidak peduli betapa populer

and successful a public space may be,

dan sukses suatu ruang publik,

it can never be taken for granted.

jangan pernah lalai menghargai nilainya.

Public spaces always -- this is it saved --

Ruang publik selalu -- dalam hal ini menyelamatkan --

public spaces always need vigilant champions,

Ruang publik selalu membutuhkan pejuang yang waspada,

not only to claim them at the outset for public use,

bukan hanya untuk mengklaim dari awal demi kepentingan umum,

but to design them for the people that use them,

tapi juga mendesainnya untuk mereka yang memanfaatkannya,

then to maintain them to ensure

kemudian memeliharanya untuk memastikan

that they are for everyone,

agar dinikmati semua orang,

that they are not violated, invaded,

tanpa diganggu, dilanggar,

abandoned or ignored.

ditinggalkan atau diabaikan.

If there is any one lesson

Satu pelajaran

that I have learned in my life as a city planner,

yang saya ambil dalam hidup saya sebagai perencana kota,

it is that public spaces have power.

adalah bahwa ruang publik memiliki kekuatan.

It's not just the number of people using them,

Bukan hanya jumlah orang yang memanfaatkannya,

it's the even greater number of people

tapi jauh lebih banyak jumlah orang

who feel better about their city

yang merasa lebih baik di kota mereka

just knowing that they are there.

sekadar tahu ada ruang publik di sana.

Public space can change how you live in a city,

Ruang publik dapat mengubah bagaimana Anda hidup di sebuah kota,

how you feel about a city,

bagaimana perasaan Anda di sebuah kota,

whether you choose one city over another,

apakah Anda lebih memilih satu kota dibandingkan yang lain,

and public space is one of the most important reasons

dan ruang publik menjadi salah satu alasan paling penting

why you stay in a city.

bagi Anda untuk tinggal di sebuah kota.

I believe that a successful city

Saya percaya bahwa kota yang sukses

is like a fabulous party.

adalah ibarat pesta yang meriah.

People stay because they are having a great time.

Orang-orang tinggal karena mereka bersenang-senang.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Thank you. (Applause)

Terima kasih. (Applause)