Sonia Shah: 3 reasons we still haven't gotten rid of malaria

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Alia Makki

So over the long course of human history,

Jadi sepanjang sejarah manusia yang panjang,

the infectious disease that's killed more humans

penyakit menular yang paling mematikan bagi manusia

than any other is malaria.

adalah malaria.

It's carried in the bites of infected mosquitos,

Penyakit ini dibawa oleh gigitan nyamuk yang telah terjangkit

and it's probably our oldest scourge.

dan mungkin menjadi momok terlama bagi kita.

We may have had malaria since we evolved from the apes.

Kita mungkin telah terjangkit malaria sejak berkembang dari kera.

And to this day, malaria takes a huge toll on our species.

Dan hingga saat ini, malaria memakan korban dalam jumlah besar.

We've got 300 million cases a year

Ada sekitar 300 juta kasus setiap tahun

and over half a million deaths.

dan lebih dari setengah juta yang meninggal dunia.

Now this really makes no sense.

Ini benar-benar tidak masuk akal.

We've known how to cure malaria

Kita tahu cara mengobati malaria

since the 1600s.

sejak 1600-an.

That's when Jesuit missionaries in Peru

Yaitu saat para misionaris Jesuit di Peru

discovered the bark of the cinchona tree,

menemukan kulit pohon kina

and inside that bark was quinine,

yang didalamnya mengandung kina,

still an effective cure for malaria to this day.

yang masih menjadi obat yang efektif untuk malaria hingga saat ini.

So we've known how to cure malaria for centuries.

Kita sudah tahu cara mengobati malaria selama berabad-abad.

We've known how to prevent malaria since 1897.

Kita tahu cara mencegah malaria sejak 1897.

That's when the British army surgeon Ronald Ross

Saat ahli bedah tentara Inggris, Ronald Ross

discovered that it was mosquitos that carried malaria,

menemukan bahwa nyamuklah yang membawa malaria

not bad air or miasmas, as was previously thought.

bukan udara atau racun dari rawa, seperti yang dikira sebelumnya.

So malaria should be a relatively simple disease to solve,

Jadi malaria seharusnya mudah untuk diatasi,

and yet to this day, hundreds of thousands of people

namun hingga saat ini, ratusan ribu orang

are going to die from the bite of a mosquito.

akan meninggal dunia karena gigitan nyamuk.

Why is that?

Mengapa?

This is a question that's

Itulah pertanyaan yang

personally intrigued me for a long time.

sudah lama mengganggu saya secara pribadi.

I grew up as the daughter of Indian immigrants

Saya tumbuh sebagai putri dari imigran India

yang mengunjungi sepupu di India setiap musim panas,

visiting my cousins in India every summer,

and because I had no immunity to the local malarias,

dan karena saya tidak kebal terhadap penyakit malaria lokal

I was made to sleep under this hot, sweaty mosquito net every night

saya disuruh tidur di bawah kelambu yang panas setiap malam,

while my cousins, they were allowed to sleep

sedangkan sepupu saya boleh tidur

out on the terrace and have

di serambi dengan hembusan

this nice, cool night breeze wafting over them.

udara malam yang nyaman dan sejuk.

And I really hated the mosquitos for that.

Dan karena hal itu, saya sangat benci pada nyamuk.

But at the same time, I come from a Jain family,

Namun saya berasal dari keluarga Jain,

and Jainism is a religion that espouses

dan Jainisme adalah agama yang mendukung

a very extreme form of nonviolence.

bentuk antikekerasan yang sangat ekstrim.

So Jains are not supposed to eat meat.

Kaum Jain tidak diperbolehkan makan daging,

We're not supposed to walk on grass,

kita tidak diizinkan berjalan di rumput

because you could, you know,

karena Anda mungkin

inadvertently kill some insects when you walk on grass.

tidak sengaja membunuh serangga di rumput.

We're certainly not supposed to swat mosquitos.

Sudah pasti kita tidak boleh membunuh nyamuk.

So the fearsome power of this little insect

Jadi kekuatan menakutkan akan serangga ini

was apparent to me from a very young age,

sangat nyata bagi saya sejak usia dini

and it's one reason why I spent five years as a journalist

dan itulah salah satu alasan saya menghabiskan 5 tahun karir saya

trying to understand, why has malaria

sebagai jurnalis dalam mencoba mengerti, mengapa malaria

been such a horrible scourge for all of us for so very long?

menjadi momok yang menakutkan bagi kita semua?

And I think there's three main reasons why.

Dan saya rasa ada tiga alasan utama.

Those three reasons add up to the fourth reason,

Ketiga alasan itu terhimpun menjadi alasan keempat

which is probably the biggest reason of all.

yang mungkin merupakan alasan terbesar

The first reason is certainly scientific.

Alasan pertama sudah pasti adalah alasan ilmiah.

This little parasite that causes malaria,

Parasit kecil yang menyebabkan malaria ini

it's probably one of the most complex

adalah salah satu patogen yang paling kompleks

and wily pathogens known to humankind.

dan licik yang dikenal umat manusia.

It lives half its life inside the cold-blooded mosquito

Parasit ini menjalani setengah hidupnya dalam nyamuk berdarah dingin

and half its life inside the warm-blooded human.

dan sisanya di dalam tubuh manusia yang berdarah panas.

These two environments are totally different,

Kedua lingkungan ini bukan hanya sangat berbeda,

but not only that, they're both utterly hostile.

namun berlawanan.

So the insect is continually trying to fight off the parasite,

Jadi si serangga terus mencoba melawan parasit itu

and so is the human body continually trying to fight it off.

dan tubuh manusia juga terus mencoba melawannya.

This little creature survives under siege like that,

Makhluk kecil ini dapat bertahan hidup dalam kepungan itu,

but not only does it survive, it has thrived.

bukan hanya bertahan hidup, namun berkembang dan menyebar.

It has spread. It has more ways to evade attack than we know.

Makhluk ini memiliki lebih banyak cara bertahan daripada yang kita tahu.

It's a shape-shifter, for one thing.

Bentuknya berubah, untuk satu hal.

Just as a caterpillar turns into a butterfly,

Sama seperti ulat berubah menjadi kupu-kupu,

the malaria parasite transforms itself like that

parasit malaria berubah bentuk seperti itu

seven times in its life cycle.

tujuh kali selama daur hidupnya.

And each of those life stages not only looks totally different from each other,

Dan setiap tahapan itu bukan saja sangat berbeda

they have totally different physiology.

namun juga memiliki fisiologis yang berbeda.

So say you came up with some great drug

Jadi katakanlah ada beberapa obat yang ampuh

that worked against one stage of the parasite's life cycle.

untuk mengatasi satu tahap dalam daur hidup parasit itu.

It might do nothing at all to any of the other stages.

Namun obat itu tidak manjur sama sekali pada tahapan lainnya.

It can hide in our bodies, undetected,

Parasit ini dapat bersembunyi tanpa diketahui

unbeknownst to us, for days, for weeks,

dalam tubuh selama berhari-hari, berminggu-minggu,

for months, for years, in some cases even decades.

berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun.

So the parasite is a very big scientific challenge to tackle,

Jadi parasit ini adalah tantangan ilmiah terbesar untuk diatasi,

but so is the mosquito that carries the parasite.

namun juga nyamuk yang membawa parasit ini.

Only about 12 species of mosquitos

Hanya sekitar 12 spesies nyamuk

carry most of the world's malaria,

membawa kebanyakan penyakit malaria di dunia,

and we know quite a bit about the kinds of

dan kita cukup tahu tentang jenis habitat air

watery habitats that they specialize in.

di mana nyamuk ini hidup.

So you might think, then, well, why don't we just

Mungkin Anda berpikir, Kenapa tidak kita hindari saja

avoid the places where the killer mosquitos live? Right?

tempat-tempat nyamuk ini hidup, 'kan?

We could avoid the places where the killer grizzly bears live

Kita dapat menghindari habitat beruang kelabu pembunuh

and we avoid the places where the killer crocodiles live.

dan juga menghindari habitat buaya pembunuh.

But say you live in the tropics

Namun jika Anda tinggal di daerah tropis

and you walk outside your hut one day

dan suatu hari Anda berjalan keluar dari gubuk Anda

and you leave some footprints in the soft dirt

serta meninggalkan jejak di debu halus

around your home.

di sekitar rumah Anda.

Or say your cow does, or say your pig does,

Atau mungkin saja sapi atau babi Anda yang meninggalkan jejak,

and then, say, it rains,

lalu katakanlah, turun hujan

and that footprint fills up with a little bit of water.

dan jejak itu terisi oleh sedikit air.

That's it. You've created the perfect

Itu dia. Anda telah membuat habitat sempurna

malarial mosquito habitat that's right outside your door.

bagi nyamuk malaria tepat di depan pintu rumah Anda.

So it's not easy for us to extricate ourselves from these insects.

Sulit bagi kita untuk melepaskan diri dari serangga ini.

We kind of create places that they love to live

Kita seperti membuat tempat kesukaan mereka

just by living our own lives.

hanya dengan berkegiatan sehari-hari.

So there's a huge scientific challenge,

Ini tantangan ilmiah besar

but there's a huge economic challenge too.

namun juga ada tantangan ekonomi yang besar.

Malaria occurs in some of the poorest

Malaria terdapat di beberapa tempat

and most remote places on Earth,

yang paling miskin dan terisolir di Bumi,

and there's a reason for that.

dan hal itu ada alasannya.

If you're poor, you're more likely to get malaria.

Jika Anda miskin, Anda lebih rawan terjangkit malaria.

If you're poor, you're more likely to live

Jika Anda miskin, Anda lebih mungkin tinggal

in rudimentary housing on marginal land that's poorly drained.

di rumah semipermanen pada tanah dengan saluran pembuangan air yang buruk.

These are places where mosquitos breed.

Inilah tempat di mana nyamuk berkembang.

Lebih kecil kemungkinan Anda memiliki daun pintu, jendela,

You're less likely to have door screens or window screens.

atau listrik dan semua kegiatan dalam rumah

You're less likely to have electricity

yang bisa dilakukan dengan adanya listrik,

and all the indoor activities that electricity makes possible,

jadi Anda lebih banyak berada di luar.

so you're outside more.

You're getting bitten by mosquitos more.

Anda lebih sering digigit nyamuk.

So poverty causes malaria,

Jadi kemiskinan menyebabkan malaria

but what we also know now is that malaria itself

namun kita juga tahu bahwa malaria itu sendiri

causes poverty.

menyebabkan kemiskinan.

For one thing, it strikes hardest during harvest season,

Karena satu hal, malaria sering menyerang selama musim panen,

so exactly when farmers need to be out in the fields

tepat di saat para petani harus berada di ladang

collecting their crops, they're home sick with a fever.

untuk mengumpulkan hasil panennya, mereka harus di rumah karena demam.

But it also predisposes people to death

Dan malaria juga membunuh manusia

from all other causes.

karena sebab-sebab lainnya.

So this has happened historically.

Hal ini terjadi sepanjang sejarah.

We've been able to take malaria out of a society.

Kita telah berhasil melenyapkan malaria dari masyarakat,

Everything else stays the same,

Semuanya tetap sama

so we still have bad food, bad water, bad sanitation,

masih ada makanan, air, dan sanitasi yang buruk,

all the things that make people sick.

semua yang membuat orang menjadi sakit.

But just if you take malaria out,

Namun jika Anda melenyapkan malaria,

deaths from everything else go down.

kematian karena hal-hal lain akan menurun.

And the economist Jeff Sachs has actually quantified

Dan ekonom jeff Sachs telah mengukur

what this means for a society.

arti hal ini bagi masyarakat.

What it means is, if you have malaria in your society,

Hasilnya adalah, jika malaria berjangkit di masyarakat Anda,

your economic growth is depressed

pertumbuhan ekonomi Anda akan berkurang

by 1.3 percent every year,

1,3 persen setiap tahunnya,

year after year after year, just this one disease alone.

tahun demi tahun, hanya dari satu penyakit ini saja.

So this poses a huge economic challenge,

Jadi tantangan ekonomi yang ada sangat besar

because say you do come up with your great drug

karena, katakanlah Anda memiliki obat atau vaksin

yang ampuh -- namun bagaimana cara mengantarkannya

or your great vaccine -- how do you deliver it

in a place where there's no roads,

ke tempat tanpa jalanan,

there's no infrastructure,

tanpa prasarana,

there's no electricity for refrigeration to keep things cold,

tanpa listrik untuk menyimpan obat-obatan ini agar tetap dingin,

there's no clinics, there's no clinicians

tidak ada klinik, tidak ada dokter

untuk mengantar obat-obat ini ke tempat yang membutuhkan?

to deliver these things where they're needed?

So there's a huge economic challenge in taming malaria.

Jadi ada tantangan ekonomi besar dalam menjinakkan malaria.

But along with the scientific challenge and the economic challenge,

Namun bersama dengan tantangan ilmiah dan ekonomi

there's also a cultural challenge,

ada juga tantangan budaya,

and this is probably the part about malaria

dan ini mungkin adalah bagian dari malaria

that people don't like to talk about.

yang tidak suka dibicarakan.

And it's the paradox that the people

Dan inilah paradoks bahwa orang-orang

who have the most malaria in the world

yang paling sering terjangkit malaria di dunia ini

tend to care about it the least.

cenderung menjadi orang yang paling tidak peduli.

This has been the finding of medical anthropologists again and again.

Hal ini telah berulang kali menjadi hasil kajian antropolog medis.

They ask people in malarious parts of the world,

Mereka menanyai penghuni tempat yang paling sering terjangkit malaria:

"What do you think about malaria?"

"Apa pendapat Anda tentang malaria?"

And they don't say, "It's a killer disease. We're scared of it."

Mereka tidak bilang, "Itu penyakit pembunuh. Kami takut."

They say, "Malaria is a normal problem of life."

Mereka bilang, "Malaria adalah masalah hidup biasa."

And that was certainly my personal experience.

Dan itulah pengalaman pribadi saya.

When I told my relatives in India

Saat saya mengabari kerabat saya di India

that I was writing a book about malaria,

bahwa saya menulis tentang malaria,

they kind of looked at me like

mereka melihat saya seperti

I told them I was writing a book about warts or something.

saya sedang menulis buku tentang kutil atau semacamnya.

Like, why would you write about something so boring,

Seperti, mengapa kau menulis tentang hal yang sangat membosankan?

so ordinary? You know?

Hal yang sangat biasa?

And it's simple risk perception, really.

Dan sebenarnya ini hanyalah persepsi resiko sederhana.

A child in Malawi, for example,

Contohnya, seorang anak di Malawi

she might have 12 episodes of malaria before the age of two,

mungkin akan terkena malaria 12 kali sebelum berusia 2 tahun,

but if she survives,

namun jika dia bisa selamat,

she'll continue to get malaria throughout her life,

dia akan terus terjangkit malaria selama hidupnya,

but she's much less likely to die of it.

namun lebih kecil kemungkinan baginya meninggal karenanya.

And so in her lived experience,

Jadi dalam pengalaman hidupnya,

malaria is something that comes and goes.

malaria adalah sesuatu yang datang dan pergi.

Hal ini benar bagi kebanyakan kasus malaria di dunia.

And that's actually true for most of the world's malaria.

Most of the world's malaria comes and goes on its own.

Kebanyakan penyakit malaria datang dan pergi dengan sendirinya.

It's just, there's so much malaria

Namun, ada begitu banyak malaria

that this tiny fraction of cases that end in death

sehingga sebagian kecil yang menyebabkan kematian

add up to this big, huge number.

ternyata totalnya sangat besar.

So I think people in malarious parts of the world

Saya rasa penghuni tempat yang sering terjangkit malaria

must think of malaria the way

pasti menganggap malaria

those of us who live in the temperate world

seperti masuk angin atau flu

think of cold and flu. Right?

bagi kita. Bukan?

Cold and flu have a huge burden on our societies

Masuk angin dan flu sangat membebani masyarakat

and on our own lives,

dan hidup kita

tapi kita tidak sungguh-sungguh mencegahnya

but we don't really even take

the most rudimentary precautions against it because

karena kita menganggap

we consider it normal to get cold and flu

masuk angin dan flu adalah wajar

during cold and flu season.

pada musim-musimnya.

And so this poses a huge cultural challenge in taming malaria,

Jadi hal ini membuat tantangan budaya yang besar dalam menjinakkan malaria,

because if people think it's normal to have malaria,

karena jika orang berpikir malaria sebagai sesuatu yang normal

then how do you get them to run to the doctor

lalu bagaimana Anda membujuknya pergi ke dokter

to get diagnosed, to pick up their prescription,

untuk diperiksa, untuk mengambil resep,

to get it filled, to take the drugs,

menebus resep, mengambil obatnya,

to put on the repellents, to tuck in the bed nets?

menggnakan anti nyamuk, tidur di dalam kelambu?

This is a huge cultural challenge in taming this disease.

Inilah tantangan budaya terbesar dalam menjinakkan penyakit ini.

So take all that together.

Dengan menghimpun semua itu,

We've got a disease. It's scientifically complicated,

kita memiliki penyakit yang kompleks secara ilmiah,

it's economically challenging to deal with,

sulit untuk diatasi secara ekonomi,

and it's one for which the people who stand

dan sejenis penyakit yang paling diuntungkan

to benefit the most care about it the least.

karena ketidakpedulian orang-orang.

And that adds up to the biggest problem of all,

Semua itu terhimpun menjadi masalah yang terbesar

which, of course, is the political problem.

yaitu, tentu, saja, masalah politik.

How do you get a political leader to do anything

Bagaimana Anda membuat para pemimpin politik

about a problem like this?

melakukan sesuatu tentang masalah ini?

And the answer is, historically, you don't.

Dan jawabannya adalah, sepanjang sejarah, tidak bisa.

Sejarahnya, masyarakat yang paling sering terjangkit malaria

Most malarious societies throughout history

have simply lived with the disease.

hidup berdampingan dengan penyakit ini.

So the main attacks on malaria have come

Jadi serangan terbesar pada malaria datang

from outside of malarious societies,

dari luar masyarakat ini,

from people who aren't constrained

dari orang-orang yang tidak terbatasi

by these rather paralyzing politics.

pada politik yang melumpuhkan ini.

But this, I think, introduces a whole host of other kinds of difficulties.

Namun saya rasa hal ini menyebabkan sekelompok kesulitan lainnya.

The first concerted attack against malaria

Serangan terpadu pertama melawan malaria

started in the 1950s.

dimulai pada tahun 1950-an.

It was the brainchild of the U.S. State Department.

Serangan ini diotaki oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

And this effort well understood the economic challenge.

Dan usaha ini memahami betul tantangan ekonomi yang ada.

They knew they had to focus on cheap, easy-to-use tools,

Mereka tahu mereka harus berfokus pada alat yang murah dan mudah digunakan

and they focused on DDT.

dan menggunakan DDT.

They understood the cultural challenge.

Mereka memahami tantangan budayanya.

In fact, their rather patronizing view was that

Malah sebenarnya, pandangan merendahkan mereka

adalah orang-orang yang rawan kena malaria tidak perlu melakukan apapun.

people at risk of malaria shouldn't be asked to do anything at all.

Everything should be done to them and for them.

Semuanya harus dilakukan kepada dan untuk mereka.

But they greatly underestimated the scientific challenge.

Namun mereka sangat meremehkan tantangan ilmiah.

They had so much faith in their tools

Mereka sangat yakin pada peralatan mereka

that they stopped doing malaria research.

sehingga mereka berhenti melakukan penelitian malaria.

And so when those tools started to fail,

Lalu saat alat-alat ini mulai gagal

and public opinion started to turn against those tools,

dan opini publik mulai menentang penggunaan alat ini,

they had no scientific expertise to figure out what to do.

mereka buta akan keahlian ilmiah untuk menemukan solusi.

The whole campaign crashed, malaria resurged back,

Semua usaha ini gagal dan malaria mencuat kembali,

but now it was even worse than before

namun kini lebih buruk

because it was corralled into the hardest-to-reach places

karena malaria telah menyebar di tempat yang paling sulit dijangkau

in the most difficult-to-control forms.

dalam bentuk yang paling sulit dikendalikan.

One WHO official at the time actually called that whole campaign

Salah satu pejabat WHO saat itu menyebut usaha itu

"one of the greatest mistakes ever made in public health."

"Salah satu kesalahan terbesar dalam kesehatan publik."

Upaya terakhir untuk menjinakkan malaria dimulai pada akhir 1990-an.

The latest effort to tame malaria started in the late 1990s.

It's similarly directed and financed primarily

Mirip dengan yang sebelumnya, diarahkan dan didanai

from outside of malarious societies.

oleh masyarakat dari luar.

Now this effort well understands the scientific challenge.

Usaha ini memahami benar tantangan ilmiahnya.

They are doing tons of malaria research.

Mereka melakukan banyak penelitian malaria.

And they understand the economic challenge too.

Dan mereka memahami tantangan ekonominya

They're focusing on very cheap, very easy-to-use tools.

Mereka berfokus pada alat yang murah dan mudah digunakan.

But now, I think, the dilemma is the cultural challenge.

Namun, saya rasa dilemanya ada pada tantangan budaya.

The centerpiece of the current effort is the bed net.

Pangkal dari upaya yang berjalan saat ini adalah kelambu

It's treated with insecticides.

yang diberi pembasmi serangga.

This thing has been distributed across the malarious world

Jutaan dari benda ini disalurkan ke semua tempat

by the millions.

yang terjangkit malaria di dunia.

And when you think about the bed net,

Dan saat Anda berpikir tentang kelambu,

it's sort of a surgical intervention.

ini menjadi semacam campur tangan bedahan.

You know, it doesn't really have any value

Kelambu itu tidak penting bagi keluarga

to a family with malaria except that it helps prevent malaria.

yang terjangkit malaria kecuali untuk membantu pencegahan.

And yet we're asking people to use these nets every night.

Namun jika kita meminta orang-orang menggunakan kelambu setiap malam.

They have to sleep under them every night.

Kelambu ini harus digunakan setiap malam

That's the only way they are effective.

Itulah satu-satunya cara agar efektif.

And they have to do that

Dan mereka harus menggunakannya

even if the net blocks the breeze,

meskipun kelambu itu menghalangi semilirnya angin

even if they might have to get up in the middle of the night

meskipun mereka mungkin akan terbangun di tengah malam

and relieve themselves,

untuk ke toilet,

meskipun mereka mungkin harus memindahkan perabota mereka

even if they might have to move all their furnishings

to put this thing up,

untuk memasang benda ini,

even if, you know, they might live in a round hut

meskipun mungkin mereka tinggal dalam gubuk melingkar

in which it's difficult to string up a square net.

di mana memasang kelambu persegi mungkin akan sulit.

Now that's no big deal if you're fighting a killer disease.

Hal itu bukanlah hal yang penting jika Anda melawan penyakit pembunuh,

I mean, these are minor inconveniences.

itu hanyalah sedikit ketidaknyamanan.

But that's not how people with malaria think of malaria.

Namun, itu bukanlah cara orang berpikir tentang malaria.

So for them, the calculus must be quite different.

Bagi mereka, perhitungannya cukup berbeda.

Imagine, for example, if a bunch of well-meaning Kenyans

Bayangkan saja, jika sekelompok orang berniat baik dari Kenya

came up to those of us in the temperate world and said,

datang ke kita di dunia subtropis dan berkata

"You know, you people have a lot of cold and flu.

"Anda menghadapi banyak masalah flu dan masuk angin.

We've designed this great, easy-to-use, cheap tool,

Kami membuat alat yang murah, mudah digunakan, dan ampuh

we're going to give it to you for free.

yang akan kami berikan gratis.

It's called a face mask,

Ini disebut masker wajah

and all you need to do is

dan Anda hanya perlu

wear it every day during cold and flu season

memakainya selama musim flu dan masuk angin

when you go to school and when you go to work."

saat Anda pergi ke sekolah dan bekerja."

Would we do that?

Apakah kita akan melakukannya?

Dan saya penasaran apakah begitu anggapan orang-orang

And I wonder if that's how people

in the malarious world thought of those nets

di daerah yang rawan malaria terhadap kelambu

when they first received them?

saat pertama kali menerimanya.

Indeed, we know from studies

Kita memang tahu dari kajian

that only 20 percent of the bed nets

bahwa hanya 20 persen kelambu

that were first distributed were actually used.

yang disalurkan benar-benar digunakan.

Sekalipun angka itu mungkin perkiraan yang berlebihan

And even that's probably an overestimate,

because the same people who distributed the nets

karena ketika ditanyai oleh orang yang membagikan kelambu.

went back and asked the recipients,

"Oh, did you use that net I gave you?"

"Apakah Anda menggunakan kelambu yang saya berikan?"

Which is like your Aunt Jane asking you,

Itu seperti Tante Jane yang bertanya,

"Oh, did you use that vase I gave you for Christmas?"

"Apakah kamu menggunakan vas yang aku berikan Natal kemarin?"

So it's probably an overestimate.

Jadi estimasinya mungkin berlebihan.

But that's not an insurmountable problem.

Namun masalah ini sebenarnya dapat diatasi.

Kita dapat mendidik lebih banyak,

We can do more education,

we can try to convince these people to use the nets.

kita dapat meyakinkan masyarakat ini untuk menggunakan kelambu.

And that's what happening now.

Dan itulah yang terjadi saat ini.

We're throwing a lot more time and money

Kami menghabiskan lebih banyak uang dan waktu

into workshops and trainings and musicals and plays

untuk lokakarya, pelatihan, musik, pertunjukan,

and school meetings,

dan rapat-rapat sekolah,

all these things to convince people

semua ini demi meyakinkan orang-orang

to use the nets we gave you.

untuk menggunakan kelambu yang kami berikan.

And that might work.

Dan ini mungkin akan berhasil,

But it takes time. It takes money.

namun memerlukan uang dan waktu,

It takes resources. It takes infrastructure.

memerlukan sumber daya, prasarana,

It takes all the things that that cheap,

memerlukan semua hal yang tidak dapat diberikan

easy-to-use bed net was not supposed to be.

kelambu yang murah dan mudah digunakan.

So it's difficult to attack malaria from inside malarious societies,

Jadi sangat sulit menyerang malaria dari dalam daerah yang terjangkit

but it's equally tricky when we try to attack it

namun sama sulitnya juga untuk menyerangnya

from outside of those societies.

dari luar.

Akhirnya kita menekankan prioritas kita

We end up imposing our own priorities

on the people of the malarious world.

pada masyarakat penghuni daerah rawan malaria.

That's exactly what we did in the 1950s,

Itulah yang kita lakukan pada tahun 1950-an

and that effort backfired.

dan upaya itu gagal.

I would argue today,

Saya ingin mengemukakan

when we are distributing tools that we've designed

saat kami menyalurkan benda yang kita rancang

and that don't necessarily make sense in people's lives,

namun benda itu tampak tidak logis dalam kehidupan orang lain,

we run the risk of making the same mistake again.

kita beresiko mengulangi kesalahan yang sama.

That's not to say that malaria is unconquerable,

Bukannya malaria tidak dapat dikuasai

because I think it is,

karena saya rasa bisa

but what if we attacked this disease

namun bagaimana jika kita melawan penyakit ini

according to the priorities of the people who lived with it?

mengikuti prioritas orang-orang yang tinggal di sana?

Take the example of England and the United States.

Ambil contoh Inggris dan Amerika Serikat.

We had malaria in those countries for hundreds of years,

Negara-negara itu mengalami malaria selama ratusan tahun

and we got rid of it completely,

dan kita berhasil melenyapkannya

not because we attacked malaria. We didn't.

bukan karena kita menyerang malaria.

We attacked bad roads and bad houses

Kita menyerang jalanan buruk, rumah buruk,

saluran pembuangan buruk,

and bad drainage and lack of electricity and rural poverty.

kekurangan listrik, dan kemiskinan di pedesaan.

We attacked the malarious way of life,

Kita menyerang gaya hidup yang mendukung malaria

and by doing that, we slowly built malaria out.

dan dengan melakukannya, kita melenyapkan malaria perlahan-lahan.

Menyerang cara hidup yang mendukung malaria

Now attacking the malarious way of life,

this is something -- these are things people care about today.

adalah sesuatu -- yang dianggap penting saat ini.

And attacking the malarious way of life,

Menyerang gaya hidup yang rawan malaria,

it's not fast, it's not cheap, it's not easy,

tidak cepat, tidak murah, dan tidak mudah,

but I think it's the only lasting way forward.

namun saya rasa inilah satu-satunya cara yang awet ke depannya.

Thank you so much.

Terima kasih banyak.

(Applause)

(Tepuk tangan)