Be humble -- and other lessons from the philosophy of water | Raymond Tang

Translator: Maria Vylan Reviewer: Lanny Yunita

You may know this feeling:

Anda mungkin pernah merasa:

you wake up to multiple unread notifications on your mobile phone.

bangun melihat banyak notifikasi di ponsel.

Your calendar is already packed with meetings,

Melihat di kalender banyaknya jadwal meeting,

sometimes double- or triple-booked.

terkadang bisa dua sampai tiga sehari.

You feel engaged, you feel busy.

Anda merasa jenuh, sibuk.

In fact, you feel productive.

Sesungguhnya, Anda merasa produktif.

But at the end of it all, something still feels missing.

Pada akhirnya, masih ada yang kurang.

You try to figure out what it is.

Anda menyelidiki apa yang kurang.

But before you do,

Tapi sebelum itu,

the next day starts all over again.

hari berikutnya sudah dimulai.

That was how I felt two years ago.

Itu yang saya rasakan 2 tahun lalu.

I felt stressed; I felt anxious.

Saya merasa stress dan takut.

I felt a bit trapped.

Saya merasa terperangkap.

The world around me was moving very quickly.

Dunia sekeliling saya berjalan begitu cepat.

And I didn't know what to do.

Dan saya tak tahu harus bagaimana.

I started wondering to myself:

Saya mulai berpikir sendiri:

How do I keep up with all this?

Bagaimana saya bisa mengikutinya?

How do we find fulfillment

Bagaimana menemukan kepuasan

in a world that's literally changing as fast as we can think,

di dunia yang berubah secepat pikiran kita,

or maybe even faster?

atau mungkin lebih cepat?

I started looking for answers.

Saya mulai mencari jawaban.

I spoke to many people, I spoke to my friends,

Saya berbicara dengan banyak orang, dengan teman saya,

I spoke to my family.

dengan keluarga saya.

I even read many self-help books.

Saya pun banyak membaca buku untuk membantu diri.

But I couldn't find anything satisfactory.

Tapi saya masih belum menemukan jawabannya.

In fact, the more self-help books I read,

Sebaliknya, makin banyak membaca,

the more stressed and anxious I became.

saya jadi makin stres dan was-was.

(Laughter)

(Tertawa)

It was like I was feeding my mind with junk food,

Rasanya seperti saya menutrisi pikiran saya dengan makanan cepat saji,

and I was becoming mentally obese.

dan mental saya pun menjadi kepenuhan.

(Laughter)

(Tertawa)

I was about to give up,

Saya hampir menyerah,

until one day, I found this.

sampai pada suatu hari, saya menemukan ini.

"The Tao Te Ching: The Book of the Way and Its Virtue."

"The Tao Te Ching: The Book of the Way and Its Virtue."

This is an ancient Chinese philosophy classic

Ini adalah buku filosofi klasik Cina kuno

that was written more than 2,600 years ago.

yang ditulis lebih dari 2.600 tahun lalu.

And it was by far the thinnest and the smallest book on the bookshelf.

Dan ini adalah buku tertipis dan terkecil di rak buku.

It only had 81 pages.

Buku ini hanya berisi 81 halaman.

And each page had a short poem.

Setiap halaman hanya berisi puisi pendek.

I remember I flipped to one particular poem.

Saya membuka satu puisi.

Here it is.

Begini isinya.

It's beautiful, isn't it?

Indah, bukan?

(Laughter)

(Tertawa)

Let me read it out to you.

Biar saya bacakan.

"The supreme goodness is like water.

"Kebaikan tertinggi adalah seperti air.

It benefits all things without contention.

Ia menguntungkan segalanya tanpa perdebatan.

In dwelling, it stays grounded.

Dalam tempat kediaman, ia membumi.

In being, it flows to depths.

Dalam wujud, ia mengalir sampai kedalaman.

In expression, it is honest.

Dalam ekspresi, ia jujur.

In confrontation, it stays gentle.

Dalam konfrontasi, ia tetap lemah lembut.

In governance, it does not control.

Dalam pemerintahan, ia tidak mengontrol.

In action, it aligns to timing.

Dalam tindakan, ia menyelaraskan waktu.

It is content with its nature

Ia puas dengan sifat dasarnya,

and therefore cannot be faulted."

maka ia tidak bisa disalahkan."

Wow! I remember when I first read this passage.

Wah! Saya ingat saat membaca puisi ini,

I felt the biggest chills down my spine.

saya sangat merinding.

I still feel that today, reading it to you guys.

Saat membacakannya pun masih terasa.

My anxiety and stress just suddenly disappeared.

Rasa stress dan takut saya hilang begitu saja.

Ever since that day,

Sejak hari itu,

I've been trying to apply the concepts in this passage to my day-to-day life.

saya mencoba menerapkan konsep puisi ini dalam hidup saya.

And today, I'd like to share with you three lessons I learned so far

Dan hari ini, saya ingin membagikan tiga pelajaran yang saya dapat

from this philosophy of water --

dari filosofi air ini --

three lessons that I believe have helped me find greater fulfillment

tiga pelajaran yang telah membantu saya menemukan kepuasan diri

in almost everything that I do.

dalam semua hal yang saya lakukan.

The first lesson is about humility.

Pelajaran pertama tentang kerendahan hati.

If we think about water flowing in a river,

Jika memikirkan air mengalir di sungai,

it is always staying low.

air itu selalu merendah.

It helps all the plants grow and keeps all the animals alive.

Ia membantu tumbuhan tumbuh dan menjaga binatang hidup.

It doesn't actually draw any attention to itself,

Ia tidak menarik perhatian untuk dirinya sendiri,

nor does it need any reward or recognition.

tidak mencari penghargaan atau pengakuan.

It is humble.

Ia rendah hati.

But without water's humble contribution,

Tapi tanpa adanya kerendahan hati air,

life as we know it may not exist.

hidup ini mungkin punah.

Water's humility taught me a few important things.

Kerendahan hati air mengajarkan beberapa hal penting.

It taught me that instead of acting like I know what I'm doing

Ia mengajarkan bahwa daripada berlagak sok pintar,

or I have all the answers,

atau berlagak tahu segalanya,

it's perfectly OK to say,

boleh untuk berkata,

"I don't know.

"Saya tidak tahu.

I want to learn more,

Saya ingin belajar lebih,

and I need your help."

dan saya butuh bantuan Anda."

It also taught me that, instead of promoting my glory and success,

Ia juga mengajarkan bahwa daripada menunjukkan kejayaan dan kesuksesan,

it is so much more satisfying to promote the success and glory of others.

lebih baik menunjukkan kejayaan dan kesuksesan orang lain.

It taught me that, instead of doing things where I can get ahead,

Ia mengajarkan bahwa daripada melakukan hal yang membuat saya maju,

it so much more fulfilling and meaningful

akan lebih memuaskan dan bermakna,

to help other people overcome their challenges so they can succeed.

untuk membantu orang lain mengatasi tantangan mereka untuk sukses.

With a humble mindset,

Dengan berendah hati,

I was able to form a lot richer connections with the people around me.

saya dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan orang sekitar saya.

I became genuinely interested in the stories and experiences

Saya lebih tertarik dengan cerita dan pengalaman

that make them unique and magical.

yang membuat mereka unik.

Life became a lot more fun,

Hidup jadi lebih menarik,

because every day I'd discover new quirks, new ideas

karena setiap hari saya menemukan hal dan ide yang baru,

and new solutions to problems I didn't know before,

dan solusi baru untuk masalah,

all thanks to the ideas and help from others.

semua berkat ide and bantuan dari orang lain.

All streams eventually flow to the ocean

Semua arus akan mengalir ke lautan,

because it is lower than them.

karena lautan lebih rendah.

Humility gives water its power.

Kerendahan hati memberikan air kekuatan.

But I think it gives us the capacity to remain grounded,

Tapi itu memberikan kita kemampuan untuk merendah,

to be present,

untuk hadir,

to learn from and be transformed by the stories of the people around us.

untuk belajar dan berubah dari cerita orang di sekitar kita.

The second lesson I learned is about harmony.

Pelajaran kedua yang saya pelajari adalah tentang harmoni.

If we think about water flowing towards a rock,

Jika air mengalir ke batu,

it will just flow around it.

ia mengalir di sekitarnya.

It doesn't get upset, it doesn't get angry,

Ia tidak kecewa, ia tidak marah,

it doesn't get agitated.

ia tidak tersinggung.

In fact, it doesn't feel much at all.

Bahkan, ia tidak merasakan apa-apa.

When faced with an obstacle, somehow water finds a solution,

Di saat ada cobaan, air akan menemukan solusinya,

without force, without conflict.

tanpa memaksa, tanpa konflik.

When I was thinking through this, I began to understand

Saat saya merenungkannya, saya mulai mengerti,

why I was feeling stressed out in the first place.

kenapa saya merasa stres.

Instead of working in harmony with my environment,

Bukannya bekerja selaras dengan lingkungan saya,

I was working against it.

saya malah bekerja melawannya.

I was forcing things to change

Saya memaksakan perubahan,

because I was consumed by the need to succeed or to prove myself.

karena saya dipenuhi oleh keinginan untuk sukses atau membuktikan diri.

In the end, nothing did.

Akhirnya, tidak ada yang berubah.

And I got more frustrated.

Saya pun jadi frustasi.

By simply shifting my focus from trying to achieve more success

Dengan mengubah fokus saya untuk tidak mencapai kesuksesan,

to trying to achieve more harmony,

lalu berusaha mencapai keharmonisan,

I was immediately able to feel calm and focused again.

saya langsung bisa merasa tenang dan fokus lagi.

I started asking questions like:

Saya mulai bertanya-tanya:

Will this action bring me greater harmony

Apakah tindakan ini memberi saya keharmonisan,

and bring more harmony to my environment?

lalu memberi keharmonisan bagi lingkungan saya?

Does this align with my nature?

Apakah tindakan ini sesuai dengan sifat saya?

I became more comfortable simply being who I am,

Saya menjadi lebih nyaman dengan diri saya sendiri,

rather than who I'm supposed to be or expected to be.

dibandingkan dengan menjadi orang yang diharapkan.

Work actually became easier,

Pekerjaan menjadi lebih mudah,

because I stopped focusing on things that I cannot control

karena saya tidak fokus pada hal yang tak bisa dikontrol,

and only on the things that I can.

dan hanya fokus pada hal yang bisa dikontrol.

I stopped fighting with myself,

Saya berhenti melawan diri sendiri,

and I learned to work with my environment to solve its problems.

dan belajar bekerja bersama lingkungan untuk menyelesaikan masalah.

Nature does not hurry.

Alam tidak terburu-buru.

Yet, everything is accomplished.

Dan akhirnya, semua tercapai.

That's Tao Te Ching's way of describing the power of harmony.

Itulah cara Tao Te Ching menjelaskan kekuatan harmoni.

Just as water is able to find a solution without force or conflict,

Jika air bisa menemukan solusi tanpa memaksa atau konflik,

I believe we can find a greater sense of fulfillment in our endeavors

saya percaya bahwa kita bisa menemukan rasa kepuasan tersendiri

by shifting focus from achieving more success

dengan memindahkan fokus untuk tidak meraih banyak kesuksesan,

to achieving more harmony.

menjadi meraih banyak keharmonisan.

The third lesson I learned from the philosophy of water

Pelajaran ketiga yang saya dapat dari filosofi air adalah

is about openness.

tentang keterbukaan.

Water is open to change.

Air terbuka dengan perubahan.

Depending on the temperature, it can be a liquid, solid or gas.

Tergantung dengan suhu, ia bisa menjadi cair, padat, atau gas.

Depending on the medium it's in,

Tergantung wadahnya,

it can be a teapot, a cup or a flower vase.

ia bisa menjadi sebuah teko, cangkir, atau vas bunga.

In fact, it's water's ability to adapt and change and remain flexible

Kemampuan air untuk beradaptasi, berubah, dan tetap fleksibel

that made it so enduring through the ages,

membuatnya abadi,

despite all the changes in the environment.

bahkan jika terjadi perubahan dalam lingkungan.

We also live in a world today of constant change.

Kita hidup di dunia yang terus berubah.

We can no longer expect to work to a static job description

Kita tak bisa lagi mengharapkan pekerjaan yang statis,

or follow a single career path.

atau mengikuti hanya satu karier.

We, too, are expected to constantly reinvent and refresh our skills

Kita pun diharapkan untuk terus memoles dan memperbarui keahlian,

to stay relevant.

dan terus berguna.

In our organization, we host a lot of hackathons,

Dalam organisasi, kami mengadakan banyak hackathon,

where small groups or individuals come together

yaitu kelompok kecil atau individu bersatu

to solve a business problem in a compressed time frame.

menyelesaikan masalah bisnis dalam waktu yang disediakan.

And what's interesting to me is that the teams that usually win

Yang menarik adalah bahwa tim yang menang,

are not the ones with the most experienced team members,

bukanlah tim yang mempunyai pengalaman terbanyak,

but the ones with members who are open to learn,

tapi tim yang terbuka untuk banyak belajar,

who are open to unlearn

mereka yang mau terbuka,

and who are open to helping each other

dan mereka yang mau membantu sesama

navigate through the changing circumstances.

bernavigasi melewati keadaan yang berubah.

Life is like a hackathon in some way.

Hidup ini seperti hackathon.

It's calling to each and every one of us to step up, to open up

Ia memanggil kita satu per satu untuk maju, terbuka,

and cause a ripple effect.

dan memberikan dampak bagi yang lainnya.

Now, we can stay behind closed doors and continue to be paralyzed

Kita bisa bersembunyi dan tercengang

by our self-limiting beliefs, such as:

oleh keyakinan yang menghambat, seperti;

"I will never be able to talk about Chinese philosophy

"Saya tidak sanggup berbicara tentang filosofi Cina

in front of a huge audience."

di depan orang banyak."

(Laughter)

(Tertawa)

Or we can just open up and enjoy the ride.

Atau kita bisa terbuka dan menikmatinya.

It can only be an amazing experience.

Itu akan jadi pengalaman yang luar biasa.

So humility, harmony and openness.

Kerendahan hati, keharmonisan, dan keterbukaan.

Those are the three lessons I learned from the philosophy of water so far.

Itulah 3 pelajaran yang saya dapat dari filosofi air.

They nicely abbreviate to H-H-O,

Dalam bahasa Inggris, bisa disingkat menjadi H-H-O,

or H2O.

atau H2O.

(Laughter)

(Tertawa)

And they have become my guiding principles in life.

Dan filosofi itu menjadi pedoman hidup saya.

So nowadays, whenever I feel stressed,

Sekarang, kapan pun saya merasa stres,

unfulfilled, anxious or just not sure what to do,

tidak puas, tidak tenang, atau bimbang,

I simply ask the question:

saya bertanya:

What would water do?

Apa yang akan air lakukan?

(Laughter)

(Tertawa)

This simple and powerful question inspired by a book

Pertanyaan simpel dan kuat ini yang diinspirasi oleh sebuah buku

written long before the days of bitcoin, fintech and digital technology

yang ditulis jauh sebelum bitcoin, fintech, dan teknologi digital

has changed my life for the better.

telah mengubah hidup saya.

Try it, and let me know how it works for you.

Coba dan lihatlah bagaimana dampaknya bagi Anda.

I would love to hear from you.

Silakan berbagi pengalaman.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk Tangan)