Should you trust unanimous decisions? - Derek Abbott

Translator: Virginia Margaretha Reviewer: Elda Indria Sari

Imagine a police lineup where ten witnesses

Bayangkan barisan 10 orang saksi di kantor polisi

are asked to identify a bank robber they glimpsed fleeing the crime scene.

diminta mengenali perampok bank yang hanya terlihat sekilas di TKP.

If six of them pick out the same person,

Jika enam orang menunjuk orang yang sama,

there's a good chance that's the real culprit,

besar kemungkinan dialah pelakunya,

jika semua menunjuk orang yang sama,

and if all ten make the same choice,

mungkin kau menganggap kasusnya kuat,

you might think the case is rock solid,

but you'd be wrong.

tetapi bisa saja kau salah.

For most of us, this sounds pretty strange.

Mungkin hal ini terdengar aneh.

After all, much of our society relies on majority vote and consensus,

Karena masyarakat umumnya bergantung pada suara mayoritas dan konsensus,

whether it's politics,

baik dalam politik,

business,

bisnis,

or entertainment.

atau dunia hiburan.

So it's natural to think that more consensus is a good thing.

Sehingga wajar kita menganggap semakin banyak konsensus semakin baik.

Sampai batas tertentu, konsensus memang baik.

And up until a certain point, it usually is.

But sometimes, the closer you start to get to total agreement,

Namun terkadang, semakin mendekati keputusan bulat,

the less reliable the result becomes.

hasilnya semakin sulit dipercaya.

This is called the paradox of unanimity.

Hal ini disebut paradoks kebulatan suara.

Kunci untuk memahami paradoks ini adalah

The key to understanding this apparent paradox

is in considering the overall level of uncertainty

dengan memperhitungkan tingkat ketidakpastian

involved in the type of situation you're dealing with.

yang memengaruhi situasi yang tengah kau hadapi.

If we asked witnesses to identify the apple in this lineup, for example,

Misalnya, jika para saksi diminta untuk mengenali apel di barisan ini,

we shouldn't be surprised by a unanimous verdict.

tidak perlu kaget jika keputusannya bulat.

But in cases where we have reason to expect some natural variance,

Namun dalam kasus dengan beberapa varian alami,

we should also expect varied distribution.

maka akan ada pula distribusi yang bervariasi.

If you toss a coin one hundred times,

Apabila kau melempar koin sebanyak 100 kali,

you would expect to get heads somewhere around 50% of the time.

kemungkinan mendapat kepala koin adalah sekitar 50%.

But if your results started to approach 100% heads,

Namun jika hasilnya mulai mendekati 100% kepala koin,

you'd suspect that something was wrong,

kau akan mulai curiga ada sesuatu yang salah,

not with your individual flips,

bukan dari caramu melempar koin,

but with the coin itself.

tetapi dengan koin itu sendiri.

Of course, suspect identifications aren't as random as coin tosses,

Tentu identifikasi pelaku memang tidak acak seperti melempar koin,

but they're not as clear cut as telling apples from bananas, either.

tetapi hasilnya juga tidak sejelas perbedaan apel dan pisang.

In fact, a 1994 study found that up to 48% of witnesses

Nyatanya, studi di tahun 1994 menemukan bahwa hampir 48% dari saksi

tend to pick the wrong person out of a lineup,

cenderung memilih orang yang salah dari barisan,

even when many are confident in their choice.

walaupun kebanyakan sudah yakin dengan pilihan mereka.

Memory based on short glimpses can be unreliable,

Ingatan berdasarkan kejadian sekilas memang tidak bisa diandalkan,

and we often overestimate our own accuracy.

dan kita kadang melebih-lebihkan kecermatan kita sendiri.

Knowing all this,

Dengan demikian,

a unanimous identification starts to seem less like certain guilt,

identifikasi dengan suara bulat mulai tak nampak seperti kesalahan tertentu,

and more like a systemic error,

namun lebih seperti eror sistemik,

or bias in the lineup.

atau adanya prasangka.

And systemic errors don't just appear in matters of human judgement.

Eror sistemik tidak muncul begitu saja dalam menilai manusia.

From 1993-2008,

Mulai dari tahun 1993-2008,

the same female DNA was found in multiple crime scenes around Europe,

DNA wanita yang sama ditemukan di beberapa TKP di Eropa,

incriminating an elusive killer dubbed the Phantom of Heilbronn.

mengarah ke pembunuh misterius bernama Phantom of Heilbronn.

But the DNA evidence was so consistent precisely because it was wrong.

Namun bukti DNA itu keliru justru karena terlalu konsisten.

It turned out that the cotton swabs used to collect the DNA samples

Ternyata, penyeka kapas yang digunakan mengambil sampel DNA

had all been accidentally contaminated by a woman working in the swab factory.

tidak sengaja terkontaminasi oleh seorang wanita pegawai pabrik kapas.

In other cases, systematic errors arise through deliberate fraud,

Dalam kasus lain, eror sistematis muncul dari penipuan yang disengaja,

like the presidential referendum held by Saddam Hussein in 2002,

seperti referendum presiden oleh Saddam Hussein pada tahun 2002,

which claimed a turnout of 100% of voters with all 100% supposedly voting in favor

yang mengklaim 100% pemilih memberikan 100% dukungan

of another seven-year term.

untuk kembali memimpin tujuh tahun ke depan.

When you look at it this way,

Jika dilihat secara demikian,

the paradox of unanimity isn't actually all that paradoxical.

paradoks kebulatan suara ternyata tidak sepenuhnya paradoksal.

Unanimous agreement is still theoretically ideal,

Kesepakatan dengan suara bulat memang ideal secara teori,

especially in cases when you'd expect very low odds of variability and uncertainty,

khususnya pada kasus dengan peluang keragaman yang rendah dan ketidakpastian,

but in practice,

tetapi praktiknya,

achieving it in situations where perfect agreement is highly unlikely

jika suara bulat berhasil diraih dalam situasi yang tidak memungkinkan

should tell us that there's probably some hidden factor affecting the system.

bisa jadi ada faktor tersembunyi yang memengaruhi sistem tersebut.

Although we may strive for harmony and consensus,

Walaupun kita mengusahakan harmoni dan konsensus,

in many situations, error and disagreement should be naturally expected.

eror dan perselisihan pendapat tentu ada di banyak situasi.

And if a perfect result seems too good to be true,

Jika hasil sempurna nampak terlalu ideal,

it probably is.

mungkin seharusnya tidak seperti itu.