What causes headaches? - Dan Kwartler

Translator: Badaruddin Saahe Reviewer: Sarmoko Sarmoko

In ancient Greece, headaches were considered powerful afflictions.

Di zaman Yunani kuno, sakit kepala dianggap malapetaka.

Victims prayed for relief from Asclepius, the god of medicine.

Penderita berdoa memohon kesembuhan pada Asclepius, dewa pengobatan.

And if pain continued,

Jika nyeri masih berlanjut,

a medical practitioner would perform the best-known remedy—

pengobat akan melakukan pengobatan yang sangat terkenal—

drilling a small hole in the skull to drain supposedly infected blood.

membuat lubang kecil di tengkorak untuk melancarkan darah yang diduga terinfeksi.

This dire technique, called trepanation,

Teknik mengerikan ini disebut trepanasi,

often replaced the headache with a more permanent condition.

sering kali mengubah sakit kepala menjadi penyakit lain yang lebih permanen.

Fortunately, doctors today don’t resort to power tools to cure headaches.

Untungnya, dokter saat ini tidak mengobati sakit kepala dengan bor listrik.

But we still have a lot to learn about this ancient ailment.

Tapi masih banyak yang perlu diketahui tentang penyakit tradisional ini.

Today, we’ve classified headaches into two camps—

Saat ini, sakit kepala dibagi dalam dua kelompok—

primary headaches

sakit kepala primer

and secondary headaches.

dan sakit kepala sekunder.

The former are not symptomatic of an underlying disease, injury, or condition;

Jenis pertama bukan gejala dari penyakit, cedera, atau kondisi tertentu;

they are the condition.

dialah penyakit itu sendiri.

But we’ll come back to them in a minute

Tapi kita akan membahasnya nanti

because while primary headaches account for 50% of reported cases,

karena meskipun sakit kepala primer menyumbang 50% kasus yang ada,

we actually know much more about secondary headaches.

sebenarnya kita lebih banyak tahu sakit kepala sekunder.

These are caused by other health problems,

Hal itu lebih disebabkan oleh masalah kesehatan lainnya,

with triggers ranging from dehydration and caffeine withdrawal

dengan pemicu mulai dari dehidrasi dan penarikan kafein

to head and neck injury,

cedera kepala dan leher,

and heart disease.

dan penyakit jantung.

Doctors have classified over 150 diagnosable types,

Dokter telah membagi lebih dari 150 jenis diagnosis,

all with different potential causes, symptoms, and treatments.

semuanya dikarenakan sebab, gejala, dan pengobatan yang berbeda.

But we’ll take just one common case —a sinus infection—as an example.

Tetapi mari kita amati satu kasus umum —infeksi sinus — sebagai contoh.

The sinuses are a system of cavities

Sinus adalah sistem dari rongga

that spread behind our foreheads, noses, and upper cheeks.

yang menyebar di belakang dahi, hidung, dan pipi bagian atas.

When our sinuses are infected,

Ketika sinus terinfeksi,

our immune response heats up the area,

pertahahan tubuh kita memanaskan area tersebut,

roasting the bacteria and inflaming the cavities well past their usual size.

membakar bakteri dan merangsang rongga hingga melebihi ukuran biasanya.

The engorged sinuses put pressure on the cranial arteries and veins,

Sinus yang membesar memberi tekanan pada arteri dan vena kranial,

as well as muscles in the neck and head.

serta otot leher dan kepala.

Their pain receptors, called nociceptors, trigger in response,

Reseptor nyeri, yang disebut nosiseptor, memicu respons,

cueing the brain to release a flood of neuropeptides

memberi isyarat pada otak untuk melepaskan banyak neuropeptida

that inflame the cranial blood vessels, swelling and heating up the head.

membuat radang pembuluh darah kranial, membuat bengkak dan memanaskan kepala.

This discomfort, paired with hyper-sensitive head muscles,

Gangguan ini, dipadukan dengan otot kepala yang sangat sensitif,

creates the sore, throbbing pain of a headache.

menghasilkan rasa sakit, nyut-nyutan di kepala.

Not all headache pain comes from swelling.

Tidak semua sakit kepala berawal dari pembengkakan.

Tense muscles and inflamed, sensitive nerves

Otot yang tegang serta saraf yang meradang dan sensitif

cause varying degrees of discomfort in each headache.

menyebabkan berbagai tingkat gangguan pada tiap sakit kepala.

But all cases are reactions to some cranial irritant.

Tetapi semua kasus adalah reaksi terhadap iritasi kranial.

While the cause is clear in secondary headaches,

Meskipun penyebab sakit kepala sekunder sudah jelas,

the origins of primary headaches remain unknown.

asal-usul sakit kepala primer masih belum diketahui.

Scientists are still investigating potential triggers

Para ilmuwan masih menyelidiki kemungkinan pemicu

for the three types of primary headaches:

untuk tiga jenis sakit kepala primer:

recurring, long-lasting migraines;

migrain yang berlangsung lama dan sering kumat;

intensely painful, rapid-fire cluster headaches;

sakit kepala klaster yang sangat menyakitkan dan datang beruntun;

and, most common of all, the tension headache.

dan yang paling umum, sakit kepala tegang.

As the name suggests,

Seperti namanya,

tension headaches are known for creating the sensation

sakit kepala tegang dikenal karena sensasinya

of a tight band squeezed around the head.

seperti diikat tali dengan kencang di sekitar kepala.

These headaches increase the tenderness of the pericranial muscles,

Sakit kepala ini meningkatkan kelemahan otot perikranial,

which then painfully pulse with blood and oxygen.

yang kemudian terasa sakit, nyut-nyutan seiring darah dan oksigen mengalir.

Patients report stress, dehydration, and hormone changes as triggers,

Pasien melaporkan stres, dehidrasi, dan perubahan hormon sebagai pemicunya,

but these don’t fit the symptoms quite right.

tapi hal ini tidak cocok dan sesuai dengan gejalanya.

For example, in dehydration headaches,

Misalnya, sakit kepala karena dehidrasi,

the frontal lobe actually shrinks away from the skull,

lobus frontal sebenarnya menyusut jauh dari tengkorak,

creating forehead swelling

menyebabkan pembengkakan dahi

that doesn’t match the location of the pain in tension headaches.

di mana bagian yang terasa sakit tidak sesuai pada sakit kepala tegang.

Scientists have theories for what the actual cause is,

Para ilmuwan mempunyai teori tentang apa penyebab sebenarnya,

ranging from spasming blood vessels

mulai dari kejang pembuluh darah

to overly sensitive nociceptors,

hingga nosiseptor yang terlalu sensitif,

but no one knows for sure.

tapi tak ada yang tahu pasti.

Meanwhile, most headache research is focused on more severe primary headaches.

Sementara itu, penelitian lebih fokus pada sakit kepala primer yang lebih parah.

Migraines are recurring headaches, which create a vise-like sensation on the skull

Migrain adalah sakit kepala kambuhan, sensasinya seperti tengkorak yang dijepit.

that can last from four hours to three days.

yang bisa berlangsung empat jam sampai tiga hari.

In 20% of cases, these attacks are intense enough

Pada 20% kasus, serangan ini cukup kuat

to overload the brain with electrical energy,

membebani otak dengan energi listrik,

which hyper-excites sensory nerve endings.

yang sangat merangsang ujung saraf sensorik.

This produces hallucinations called auras,

Ini menghasilkan halusinasi yang disebut aura,

which can include seeing flashing lights

yang bisa jadi seperti melihat lampu berkedip

and geometric patterns and experiencing tingling sensations.

dan pola geometris, serta mengalami kesemutan.

Cluster headaches, another primary headache type,

Sakit kepala klaster, jenis sakit kepala primer lainnya,

cause burning, stabbing bursts of pain behind one eye,

merasakan nyeri yang menusuk dan membakar di belakang satu mata

leading to a red eye, constricted pupil, and drooping eyelid.

menyebabkan mata merah, pupil menyempit, dan kelopak mata terkulai.

What can be done about these conditions,

Apa yang bisa dilakukan terhadap penyakit ini,

which dramatically affect many people’s quality of life?

yang sangat mengganggu kualitas hidup banyak orang?

Tension headaches and most secondary cases

Sakit kepala tegang dan hampir semua sakit kepala sekunder

can be treated with over-the-counter pain medications,

dapat diobati dengan obat pereda nyeri yang dijual di warung,

such as anti-inflammatory drugs that reduce cranial swelling.

seperti obat anti inflamasi yang mengurangi pembengkakan kranial.

And many secondary headache triggers,

Banyak pemicu sakit kepala sekunder,

like dehydration,

seperti dehidrasi,

eye strain,

ketegangan mata,

and stress,

dan stres,

can be proactively avoided.

dapat dihindari secara proaktif.

Migraines and cluster headaches are more complicated,

Migrain dan sakit kepala klaster lebih rumit,

and we haven’t yet discovered reliable treatments that work for everyone.

dan kita belum menemukan pengobatan yang andal untuk semua orang.

But thankfully, pharmacologists and neurologists are hard at work

Tapi untungnya, apoteker dan ahli saraf berusaha keras

cracking these pressing mysteries that weigh so heavily on our minds.

untuk mengatasi masalah mendesak ini, yang sangat membebani pikiran kita.