How much of what you see is a hallucination? - Elizabeth Cox

Translator: Rizqi Nurul Akbar Reviewer: Made Pramana

An elderly woman named Rosalie was sitting in her nursing home

Seorang wanita tua bernama Rosalie sedang duduk di panti jompo

when her room suddenly burst to life with twirling fabrics.

ketika kamarnya tiba-tiba menjadi hidup dengan kain yang memutar-mutar.

Through the elaborate drapings,

Dengan hiasan yang rumit,

she could make out animals,

dia bisa melihat binatang,

children,

anak-anak,

and costumed characters.

dan karakter berkostum,

Rosalie was alarmed, not by the intrusion,

Rosalie terkejut, bukan karena gangguan,

but because she knew this entourage was an extremely detailed hallucination.

tetapi karena dia tahu rombongan ini adalah halusinasi yang sangat detail.

Her cognitive function was excellent,

Fungsi kognitifnya sangat bagus,

and she had not taken any medications that might cause hallucinations.

dan dia tidak minum obat apa pun yang memungkinkan terjadinya halusinasi.

Strangest of all, had a real-life crowd of circus performers burst into her room,

Yang paling aneh, jika ada banyak kerumunan orang masuk ke kamarnya,

she wouldn’t have been able to see them:

dia tidak akan bisa melihatnya:

she was completely blind.

dia benar-benar buta.

Rosalie had developed a condition known as Charles Bonnet Syndrome,

Rosalie telah mendapati suatu kondisi yang dikenal sebagai "Charles Bonnet Syndrome,"

in which patients with either impaired vision or total blindness

di mana pasien dengan gangguan penglihatan atau kebutaan total

suddenly hallucinate whole scenes in vivid color.

tiba-tiba berhalusinasi tentang seluruh kejadian dalam keadaan berwarna.

These hallucinations appear suddenly,

Halusinasi ini muncul tiba-tiba,

and can last for mere minutes or recur for years.

dan bisa bertahan dalam beberapa menit atau berulang selama bertahun-tahun.

We still don’t fully understand what causes them to come and go,

Kita masih belum paham betul apa yang menyebabkan mereka datang dan pergi,

or why certain patients develop them when others don’t.

atau mengapa pasien tertentu mengalaminya ketika yang lain tidak.

We do know from fMRI studies that these hallucinations

Kami tahu dari studi fMRI bahwa halusinasi ini

activate the same brain areas as sight,

mengaktifkan area otak yang sama dengan area penglihatan,

areas that are not activated by imagination.

area yang tidak diaktifkan oleh imajinasi.

Many other hallucinations, including smells,

Banyak halusinasi lainnya, termasuk bau,

sights,

penglihatan,

and sounds,

dan suara,

also involve the same brain areas as real sensory experiences.

juga melibatkan area otak yang sama sebagai pengalaman indra nyata.

Because of this, the cerebral cortex is thought to play a part in hallucinations.

Karena hal ini, bagian korteks serebri dianggap berperan dalam halusinasi.

This thin layer of grey matter covers the entire cerebrum,

Lapisan tipis abu-abu ini menutupi seluruh serebrum,

with different areas processing information from each of our senses.

dengan berbagai area pengolahan informasi dari masing-masing indra kita.

But even in people with completely unimpaired senses,

Tetapi bahkan pada orang dengan indra yang tidak terganggu,

the brain constructs the world we perceive from incomplete information.

otak membangun dunia yang kita rasakan dari informasi yang kurang lengkap.

For example, our eyes have blind spots

Misalnya, mata kita memiliki titik buta

where the optic nerve blocks part of the retina.

di mana saraf optik menghalangi bagian dari retina.

When the visual cortex processes light into coherent images,

Ketika korteks visual memproses cahaya menjadi gambar yang jelas,

it fills in these blind spots with information from the surrounding area.

korteks visual mengisi titik buta ini dengan informasi dari daerah sekitarnya.

Occasionally, we might notice a glitch, but most of the time we’re none the wiser.

Terkadang, kita bisa melihat kejanggalan, tetapi biasanya tidak bisa.

When the visual cortex is deprived of input from the eyes, even temporarily,

Ketika input dari korteks visual dirampas dari mata, bahkan untuk sementara,

the brain still tries to create a coherent picture,

otak masih mencoba untuk membuat gambar yang jelas,

but the limits of its abilities become a lot more obvious.

tapi batas kemampuannya menjadi lebih jelas.

The full-blown hallucinations of Charles Bonnet Syndrome are one example.

Halusinasi dari "Sindrom Charles Bonnet" adalah salah satu contohnya.

Because Charles Bonnet Syndrome only occurs in people

Karena "Sindrom Charles Bonnet" hanya terjadi pada orang

who had normal vision and then lost their sight,

yang punya penglihatan normal dan kemudian kehilangan penglihatannya,

not those who were born blind,

bukan mereka yang lahir buta,

scientists think the brain uses remembered images

para ilmuwan berpikir otak memakai gambar-gambar yang diingat

to compensate for the lack of new visual input.

untuk mengimbangi kurangnya input visual baru.

And the same is true for other senses.

Hal yang sama berlaku untuk indra lainnya.

People with hearing loss often hallucinate music or voices,

Orang dengan gangguan pendengaran sering berhalusinasi tentang musik atau suara,

sometimes as elaborate as the cacophony of an entire marching band.

kadang-kadang muncul sebagai kegaduhan dari seluruh "marching band."

In addition to sensory deprivation,

Selain gangguan sensoris,

recreational and therapeutic drugs,

obat-obatan penenang dan obat terapi,

conditions like epilepsy and narcolepsy,

kondisi seperti epilepsi dan narkolepsi,

and psychiatric disorders like schizophrenia,

dan gangguan kejiwaan seperti skizofrenia,

are a few of the many known causes of hallucinations,

adalah beberapa penyebab halusinasi yang diketahui,

and we’re still finding new ones.

dan kami masih mencari yang terbaru.

Some of the most notorious hallucinations

Beberapa halusinasi yang paling terkenal

are associated with drugs like LSD and psilocybin.

dikaitkan dengan obat-obatan seperti LSD dan psilocybin.

Their hallmark effects include the sensation that dry objects are wet

Efek ciri khasnya adalah sensasi bahwa benda kering menjadi basah

and that surfaces are breathing.

dan permukaannya bernafas.

At higher doses, the visual world can appear to melt,

Pada dosis yang lebih tinggi, dunia visual dapat menjadi cair,

dissolve into swirls,

larut dan berputar-putar,

or burst into fractal-like patterns.

atau meledak menjadi pola fraktal.

Evidence suggests these drugs also act on the cerebral cortex.

Bukti menunjukkan obat-obatan ini juga bekerja di korteks serebri.

But while visual impairment typically only causes visual hallucinations,

Tapi ketika gangguan penglihatan biasanya hanya menyebabkan halusinasi visual,

and hearing loss auditory ones,

dan halusinasi auditori pada gangguan pendengaran,

substances like LSD cause perceptual disturbances across all the senses.

zat seperti LSD menyebabkan gangguan persepsi di semua indra.

That’s likely because they activate receptors in a broad range of brain areas,

Itu mungkin karena mereka mengaktifkan reseptor di berbagai area otak,

including the cortical regions for all the senses.

termasuk daerah kortikal untuk semua indra.

LSD and psilocybin both function like serotonin in the brain,

LSD dan psilocybin berfungsi seperti serotonin di dalam otak,

binding directly to one type of serotonin receptor in particular.

langsung berikatan khusus ke satu jenis reseptor serotonin saja.

While serotonin’s role in the brain is complex and poorly understood,

Sementara peran serotonin di otak itu rumit dan kurang dipahami,

it likely plays an important part in integrating information

mungkin juga memainkan peranan penting dalam mengintegrasikan informasi

from the eyes,

dari mata,

nose,

hidung,

ears,

and other sensory organs.

telinga,

dan indra lainnya.

So one theory is that LSD and psilocybin cause hallucinations

Jadi satu teori bahwa LSD dan psilocybin menyebabkan halusinasi

by disrupting the signaling involved in sensory integration.

dengan mengacaukan sinyal yang terlibat dalam integrasi sensorik.

Hallucinations associated with schizophrenia

Halusinasi terkait dengan skizofrenia

may share a similar mechanism with those caused by LSD and psilocybin.

mungkin punya mekanisme yang sama seperti halusinasi karena LSD dan psilocybin.

Patients with schizophrenia

Pasien dengan skizofrenia

often have elevated levels of serotonin in the brain.

seringkali memiliki level serotonin yang tinggi di otak.

And antipsychotic drugs relieve symptoms of schizophrenia

Obat antipsikotik meringankan gejala skizofrenia

by blocking the same serotonin receptors LSD and psilocybin bind to.

dengan memblokir reseptor serotonin yang juga diikat oleh LSD dan psilocybin.

And, in some cases,

Dalam beberapa kasus,

these drugs can even relieve the hallucinations

obat-obatan ini bahkan bisa menghilangkan halusinasi

of patients with Charles Bonnet Syndrome.

pada pasien dengan "Sindrom Charles Bonnet."

We’re still a long way from understanding all the different causes

Kita masih jauh untuk paham betul seluruh penyebabnya

and interconnected mechanisms of hallucinations.

dan mekanisme halusinasi yang saling berhubungan.

But it’s clear that hallucinatory experiences

Tetapi jelas bahwa pengalaman halusinasi

are much more closely tied to ordinary perception than we once thought.

jauh lebih dekat dengan dari yang pernah kita pikirkan.

And by studying hallucinations,

Dengan mempelajari halusinasi,

we stand to learn a great deal

kita belajar banyak

about how our brains construct the world we see,

tentang bagaimana otak kita membangun dunia yang kita lihat,

hear,

dengar,

smell,

and touch.

cium,

dan sentuh.

As we learn more,

Selama kita terus belajar,

we’ll likely come to appreciate just how subjective and individual

kita mungkin akan menghargai seberapa subjektif dan individual

each person’s island universe of perception really is.

persepsi setiap orang terhadap dunia sebenarnya.