The real story behind Archimedes’ Eureka! - Armand D'Angour

Translator: Nanda Amalia Putri Reviewer: Ardiyanti Cahyani

When you think of Archimedes' "Eureka!" moment,

Bila mendengar tentang momen “Eureka” Archimedes,

you probably think of this.

Anda mungkin berpikir tentang ini.

As it turns out, it may have been more like this.

Ternyata, mungkin lebih seperti ini.

In the third century BC, Hieron, king of the Sicilian city of Syracuse,

Pada abad ketiga SM, Hieron, Raja Kota Sirakusa di Sisilia,

chose Archimedes to supervise

menunjuk Archimedes untuk memimpin sebuah proyek teknik berskala sangat besar.

an engineering project of unprecedented scale.

Hieron commissioned a sailing vessel

Hieron memesan sebuah kapal laut

50 kali lebih besar dari ukuran standar kapal perang kuno,

50 times bigger than a standard ancient warship,

named the Syracusia after his city.

yang diberi nama Sirakusia, sesuai nama kotanya.

Hieron wanted to construct the largest ship ever,

Hieron ingin membangun kapal terbesar yang pernah ada,

which was destined to be given as a present

yang akan dihadiahkannya kepada penguasa Mesir, Ptolemeus.

for Egypt's ruler, Ptolemy.

But could a boat the size of a palace possibly float?

Namun bisakah sebuah kapal seukuran istana mengapung?

In Archimedes's day, no one had attempted anything like this.

Pada masa Archimedes, tidak pernah ada yang melakukan hal seperti ini.

It was like asking, "Can a mountain fly?"

Itu sama seperti bertanya, “Bisakah gunung terbang?”

King Hieron had a lot riding on that question.

Raja Hieron punya banyak pertanyaan tentang itu.

Hundreds of workmen were to labor for years on constructing the Syracusia

Ratusan orang bekerja bertahun-tahun membangun Sirakusia

out of beams of pine and fir from Mount Etna,

dengan balok kayu pinus dan cemara dari Gunung Etna

ropes from hemp grown in Spain,

tali rami yang tumbuh di Spanyol,

and pitch from France.

dan ter dari Prancis.

The top deck, on which eight watchtowers were to stand,

Dek atas, yang memuat 8 menara pantau,

was to be supported not by columns,

bukan disangga oleh tiang biasa,

but by vast wooden images of Atlas holding the world on his shoulders.

tetapi oleh figur kayu berbentuk Atlas yang sedang memanggul bumi.

On the ship's bow,

Pada haluan kapal,

a massive catapult would be able to fire 180 pound stone missiles.

ada ketapel besar yang mampu menembakkan rudal batu seberat 81,6 kg.

For the enjoyment of its passengers,

Untuk kenyamanan penumpang,

the ship was to feature a flower-lined promenade,

di kapal ini terdapat promenade berlapis bunga,

a sheltered swimming pool,

kolam renang dalam ruangan,

and bathhouse with heated water,

dan pemandian air panas,

a library filled with books and statues,

perpustakaan berisi buku dan patung,

a temple to the goddess Aphrodite,

kuil pemujaan Dewi Afrodit,

and a gymnasium.

dan pusat kebugaran.

And just to make things more difficult for Archimedes,

Dan untuk lebih merepotkan Archimedes,

Hieron intended to pack the vessel full of cargo:

Hieron ingin mengisi kapalnya dengan banyak muatan:

400 tons of grain,

400 ton gandum,

10,000 jars of pickled fish,

10.000 toples acar ikan,

74 tons of drinking water,

74 ton air minum,

and 600 tons of wool.

dan 600 ton wol.

It would have carried well over a thousand people on board,

Kapal ini juga membawa lebih dari seribu penumpang,

including 600 soldiers.

termasuk 600 tentara.

And it housed 20 horses in separate stalls.

Ada pula 20 kuda di istal terpisah.

To build something of this scale,

Membangun kapal sebesar ini, namun tenggelam pada pelayaran perdana?

only for that to sink on its maiden voyage?

Well, let's just say that failure

Bisa dibilang, gagal bukan pilihan bagi Archimedes.

wouldn't have been a pleasant option for Archimedes.

So he took on the problem: will it sink?

Masalah yang ia hadapi: akankah kapalnya tenggelam?

Perhaps he was sitting in the bathhouse one day,

Mungkin suatu hari ia sedang duduk di pemandian,

wondering how a heavy bathtub can float,

memikirkan bagaimana bak mandi yang berat dapat mengapung,

when inspiration came to him.

saat ia mendapat inspirasi.

An object partially immersed in a fluid is buoyed up by a force

Sebuah objek yang sebagian terendam diapungkan oleh gaya

equal to the weight of the fluid displaced by the object.

yang setara dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh objek tersebut.

In other words, if a 2,000 ton Syracusia displaced exactly 2,000 tons of water,

Dengan kata lain, jika Sirakusia seberat 2000 ton memindahkan tepat 2000 ton air,

it would just barely float.

kapal itu sulit mengapung.

If it displaced 4,000 tons of water, it would float with no problem.

Jika air yang dipindahkan 4000 ton, maka ia dapat mengapung dengan baik.

Of course, if it only displaced 1,000 tons of water,

Tentu saja, jika kapal hanya memindahkan 1000 ton air,

well, Hieron wouldn't be too happy.

Hieron tidak akan senang.

This is the law of buoyancy,

Inilah hukum gaya apung, dan para insinyur masih menyebutnya Prinsip Archimedes.

and engineers still call it Archimedes' Principle.

Hukum ini menjelaskan kenapa kapal tangki dari baja

It explains why a steel supertanker can float as easily as a wooden rowboat

dapat mengapung semudah perahu kayu atau bak mandi.

or a bathtub.

If the weight of water displaced by the vessel below the keel

Jika berat air yang dipindahkan oleh kapal di bawah lunas kapal

is equivalent to the vessel's weight,

setara dengan berat kapal,

whatever is above the keel will remain afloat above the waterline.

apapun yang berada di atas lunas akan mengapung di atas permukaan air.

This sounds a lot like another story involving Archimedes and a bathtub,

Ini terdengar mirip dengan kisah lain tentang Archimedes dan bak mandi,

and it's possible that's because they're actually the same story,

dan bisa jadi ini sebenarnya kisah yang sama,

twisted by the vagaries of history.

namun berubah seiring lika-liku sejarah.

The classical story of Archimedes' Eureka! and subsequent streak through the streets

Kisah klasik tentang momen Eureka! dan Archimedes yang berlari telanjang

centers around a crown, or corona in Latin.

berfokus pada mahkota, atau ‘corona’ dalam Bahasa Latin.

At the core of the Syracusia story is a keel, or korone in Greek.

Kisah Kapal Sirakusia berfokus pada lunas, atau ‘korone’ dalam Bahasa Yunani.

Could one have been mixed up for the other?

Mungkinkah ceritanya tercampur aduk?

We may never know.

Kita mungkin tak akan pernah tahu.

On the day the Syracusia arrived in Egypt on its first and only voyage,

Saat Sirakusia tiba di Mesir pada pelayaran pertamanya dan satu-satunya,

we can only imagine how residents of Alexandria thronged the harbor

kita hanya bisa membayangkan bagaimana penduduk Alexandria memenuhi pelabuhan

to marvel at the arrival of this majestic, floating castle.

untuk menyaksikan kedatangan istana terapung yang megah ini.

This extraordinary vessel was the Titanic of the ancient world,

Kapal yang luar biasa ini adalah Titanic pada masa itu,

except without the sinking, thanks to our pal, Archimedes.

kecuali bagian tenggelamnya,

berkat kawan kita, Archimedes.