Do You Really Need 8 Hours of Sleep Every Night? | Body Stuff with Dr. Jen Gunter | TED

Sleep is so important.

Translator: Christo Sylvano Reviewer: Karina Prabowo

Tidur itu penting.

We need it to live.

Kita butuh itu untuk hidup.

And when we can't sleep, we're desperate for help.

Kalau tidak bisa tidur, kita perlu pertolongan.

[Body Stuff with Dr. Jen Gunter]

[Membahas Tubuh bersama Dr. Jen Gunter]

But lately, our fascination with sleep feels as if it's taken on an urgency.

Belakangan ini, kita tertarik pada tidur seolah-olah itu sesuatu yang mendesak.

Do a quick internet search for sleep and you'll find a slew of articles

Coba saja cari di internet tentang tidur dan kamu akan temukan banyak artikel

about how to make your sleep perfect.

yang membahas cara untuk tidur nyenyak.

New gadgets, fancy alarm clocks,

Gawai baru, jam alarm keren,

stay away from blue light.

jauhi sinar biru.

There are lots of services, products and advice columns

Ada banyak layanan, produk, dan saran

that tell us we're sleeping wrong.

yang berkata kalau tidur kita salah.

Not enough,

Tidurnya kurang,

not quality sleep, wrong position.

tidak berkualitas, posisinya salah.

Even worse, you might find scary messaging

Parahnya lagi, kamu bisa ketemu pesan mengerikan

claiming that if you're not sleeping right

yang menyatakan kalau tidurmu salah

your life is going to be shorter,

hidupmu jadi lebih pendek,

you're going to get all kinds of diseases.

bisa kena bermacam-macam penyakit.

One of the biggest worries we have about our sleep

Salah satu yang paling kita khawatirkan tentang tidur

is that we're not getting enough

adalah kurangnya tidur

and that anything less than seven hours a night

dan kalau kurang dari tujuh jam dalam semalam

means that we’re doomed to bad health,

kita bisa sakit parah,

everything from high blood pressure to Alzheimer’s disease.

kena tekanan darah tinggi sampai terkena Alzheimer.

But there are two flaws with this kind of messaging.

Ada dua kesalahan dari pesan semacam ini.

The first flaw is that it's not completely accurate.

Kesalahan pertama yaitu tidak sepenuhnya akurat.

Seven to eight hours of sleep,

Tidur tujuh sampai delapan jam,

while recommended for adults, is just an average.

walau disarankan bagi orang dewasa, hanyalah rata-rata saja.

And while messages have to be simplified for health communication to the public,

Meskipun pesan kesehatan pada masyarakat sering kali disederhanakan,

sometimes important nuances get lost.

terkadang membuat nuansa pentingnya hilang.

So yes, it's true that not getting enough sleep in the long term

Jadi, memang benar kalau kurang tidur dalam jangka waktu yang lama

is associated with health problems like cardiovascular disease,

sering dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti penyakit jantung,

diabetes and depression.

diabetes dan depresi.

But fixating solely on seven to eight hours

Namun, berpatokan hanya pada tujuh sampai delapan jam saja

ignores the fact that there's a range of sleep that people need.

mengesampingkan fakta jika ada rentang waktu bagi orang untuk tidur.

The duration of a good night's sleep can be different for different people.

Durasi tidur malam yang baik berbeda-beda untuk setiap orang.

Some adults need eight, but some are just fine on six.

Beberapa orang dewasa butuh delapan jam, lainnya hanya butuh enam saja.

The second flaw with this kind of doomsday messaging

Kesalahan kedua di dalam pesan yang menakutkan ini

is that it can be counterproductive,

bisa menjadi kontra-produktif,

especially for people who do have trouble sleeping.

khususnya bagi orang yang susah tidur.

For instance, in 2019,

Contohnya, pada tahun 2019,

it was estimated that 21 percent of adults in the US

Diperkirakan 21 persen orang dewasa di Amerika Serikat

were wearing sleep tracking devices.

menggunakan alat pemantau tidur.

And that number is probably growing.

Jumlahnya mungkin meningkat.

And I get it.

Aku mengerti.

It's fascinating to see how much sleep you've gotten each night

Memang menarik melihat seberapa nyenyak kamu tidur setiap malam

and to know what part of your night was spent in deep sleep or dreaming.

dan di bagian apa kamu dapat tertidur nyenyak atau bermimpi.

But having all of that sleep data

Namun, dengan memiliki seluruh data itu

is causing some people to become obsessed with it,

membuat beberapa orang menjadi terobsesi,

so much so that it’s leading to a condition some call orthosomnia:

begitu terobsesi hingga mengarah pada suatu kondisi yang disebut orthosomnia:

a preoccupation with the constant need to achieve perfect sleep.

kecanduan pada kebutuhan rutin untuk mendapatkan tidur yang sempurna.

And this condition, ironically, is causing more sleep problems.

Ironisnya, kondisi ini justru menyebabkan lebih banyak masalah tidur.

Now orthosomnia might be an extreme example,

Orthosomnia mungkin contoh yang ekstrem,

but the anxiety of not getting enough sleep

tapi rasa cemas karena tidak cukup tidur

is keeping some of us up at night.

yang membuat kita terjaga di malam hari.

So here's what some experts are saying.

Jadi, ini kata para ahli.

Stop fixating on the number

Jangan fokus pada angka

because that can lead to unrealistic expectations of sleep.

karena bisa mengarah pada ekspektasi tidur yang semu.

According to Dr. Colleen Carney,

Menurut Dr. Colleen Carney,

a psychologist and the head of the Ryerson University Sleep Lab,

seorang psikolog dan kepala lab tidur di Universitas Ryerson,

the basic questions you should ask yourself are:

pertanyaan dasar yang harus kamu tanyakan pada dirimu sendiri adalah:

Do I feel reasonably well-rested during the day?

Apakah aku istirahat dengan baik pada siang hari?

Do I generally sleep through the night without disturbances?

Apakah biasanya aku bisa tidur nyenyak sepanjang malam?

Or, if I wake, do I fall back asleep easily?

Kalau pun terbangun, apakah aku mudah tertidur lagi?

Can I stay awake through the day without involuntarily falling asleep?

Bisakah aku tetap terjaga pada siang hari tanpa ketiduran?

If your answers are yes to all three,

Jika semua jawaban ya,

you probably don't need to worry about your sleep.

maka kamu tidak perlu kuatir pada aktivitas tidurmu.

And if you're struggling with your sleep,

Dan, jika tidurmu masih bermasalah,

instead of buying expensive blue light filters

daripada membeli filter cahaya biru yang mahal

or fancy sleep trackers,

atau pemantau tidur yang keren,

try talking with your doctor to make sure there aren't any medical conditions

coba konsultasi dengan doktermu untuk memastikan tidak ada kondisi medis

that need to be explored first.

yang harus diperiksa lebih dulu.

Then try evidence-based recommendations

Lalu coba rekomendasi berdasarkan bukti

laid out by the American Academy of Sleep Medicine.

yang dikemukakan oleh American Academy of Sleep Medicine.

What's really cool is that there's a highly effective therapy

Hal yang menarik yaitu adanya terapi yang sangat efektif

called cognitive behavioral therapy for insomnia, or CBT-I,

bernama terapi perilaku kognitif untuk insomnia, atau CBT-I,

It doesn’t have any medications involved.

tidak memerlukan obat-obatan apapun.

And it has a really low failure rate.

Dan, tingkat kegagalannya rendah.