What's your 200-year plan? | Raghava KK

Translator: Joseph Geni Reviewer: Morton Bast

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Yustina Suryanti

About 75 years ago,

Sekitar 75 tahun yang lalu,

my grandfather, a young man,

kakek saya, seorang pria muda,

walked into a tent

masuk ke dalam sebuah tenda

that was converted into a

yang diubah menjadi

movie theater like that,

gedung bioskop seperti itu,

and he fell hopelessly in love

dan kakek jatuh cinta

with the woman he saw on the

dengan wanita yang dilihatnya

silver screen: none other than Mae West,

di layar perak itu, yang tidak lain adalah Mae West,

the heartthrob of the '30s,

sang perampas hati di tahun 30-an,

and he could never forget her.

dan kakek tidak pernah melupakannya.

In fact, when he had his daughter

Sebenarnya, saat putrinya lahir

many years later, he wanted to

beberapa tahun kemudian, kakek

name her after Mae West,

ingin menamainya Mae West,

but can you imagine an Indian

namun dapatkah Anda membayangkan

child name Mae West?

seorang anak India bernama Mae West?

The Indian family said, no way!

Si keluarga India berkata, tidak!

So when my twin brother Kaesava

Jadi saat saudara kembar saya, Kaesava lahir

was born, he decided to tinker

kakek memutuskan untuk mengotak-atik

with the spelling of Keshava's name.

dengan ejaan nama Keshava.

He said, if Mae West can be M-A-E,

Dia berkata, jika Mae West adalah M-A-E,

why can't Keshava be K-A-E?

mengapa Keshava tidak bisa menjadi K-A-E?

So he changed Kaesava's spelling.

Jadi dia mengubah ejaan Kaesava.

Now Kaesava had a baby boy

Lalu putra Kaesava lahir

called Rehan a couple of weeks ago.

beberapa minggu yang lalu dan dinamai Rehan.

He decided to spell, or, rather,

Dia memutuskan untuk mengeja, atau

misspell Raehan with an A-E.

menggunakan ejaan salah dengan A-E.

You know, my grandfather died

Anda tahu, kakek saya meninggal

many years ago when I was

beberapa tahun yang lalu, saat saya masih kecil,

little, but his love for Mae

namun kecintaannya pada Mae West

West lives on as a misspelling

hidup sebagai penyalahgunaan ejaan

in the DNA of his progeny.

dalam DNA keturunannya.

That for me is successful legacy. (Laughs)

Bagi saya itu warisan yang sukses. (Tawa)

You know, as for me,

Bagi saya,

my wife and I have our own

saya dan istri saya memiliki

crazy legacy project.

proyek warisan kami sendiri yang gila.

We actually sit every few years,

Kami duduk bersama setiap beberapa tahun,

argue, disagree, fight,

berdebat dan bertengkar

and actually come up with our

dan akhirnya kami mendapat

very own 200-year plan.

rencana 200 tahun kami sendiri.

Our friends think we're mad.

Sahabat-sahabat kami berpikir kami sudah gila.

Our parents think we're cuckoo.

Orang tua kami berpikir kami bodoh.

Because, you know, we both

Karena, kami berdua berasal

come from families that really

dari keluarga yang sangat menghormati

look up to humility and wisdom,

kebijaksanaan dan kerendahan hati,

but we both like to live

namun kami semua ingin menjalani hidup

larger than life.

yang tidak sekedar hidup.

I believe in the concept of

Saya percaya pada konsep

a Raja Yogi: Be a dude before

Raja Yogi: Bersenang-senanglah

you can become an ascetic.

sebelum menjadi pertapa.

This is me being a rock star,

Inilah saya sebagai bintang rock

even if it's in my own house.

bahkan jika ini di rumah saya sendiri.

You know?

Anda tahu?

So when Netra and I sat down

Jadi saat saya dan Netra duduk

to make our first plan

untuk membuat rencana pertama kami

10 years ago, we said

10 tahun yang lalu, kami berkata

we want the focus of this plan

kami ingin berfokus pada rencana

to go way beyond ourselves.

yang jauh melampaui diri kami.

What do we mean by beyond ourselves?

Apa maksudnya melampaui diri?

Well 200 years, we calculated,

Begini, kami menghitung, 200 tahun

is at the end of our direct

adalah akhir dari hubungan kami dengan dunia

contact with the world.

secara langsung.

There's nobody I'll meet in

Tidak ada orang yang saya temui

my life will ever live beyond

dalam hidup saya akan hidup

200 years, so we thought

lebih dari 200 tahun, jadi kami berpikir

that's a perfect place where

itu adalah tempat yang sempurna

we should situate our plan and

di mana kami harus meletakkan rencana kami

let our imagination take flight.

dan membiarkan khayalan kami terbang.

You know, I never really

Anda tahu, saya tidak pernah

believed in legacy. What am I

percaya akan warisan. Apa yang akan

going to leave behind? I'm an artist.

saya tinggalkan? Saya seorang seniman.

Until I made a cartoon about 9/11.

Hingga saya membuat kartun tentang peristiwa 11 September

It caused so much trouble for me.

Itu sangat menggelisahkan saya.

I was so upset.

Saya sangat kecewa.

You know, a cartoon that was

Anda tahu, kartun yang dimaksudkan

meant to be a cartoon of the week

menjadi kartun pada pekan itu

ended up staying so much longer.

akhirnya bertahan jauh lebih lama.

Now I'm in the business of

Kini saya bekerja untuk

creating art that will

menciptakan seni yang akan

definitely even outlive me, and

terus hidup walaupun saya sudah mati

I think about what I want to

dan saya berpikir apa yang ingin

leave behind through those paintings.

saya tinggalkan melakui lukisan itu.

You know, the 9/11 cartoon

Anda tahu, kartun tentang peristiwa 11 September

upset me so much that I decided

sangat mengecewakan saya sehingga

I'll never cartoon again.

saya memutuskan untuk tidak menggambar kartun lagi.

I said, I'm never going to make any

Maksud saya, saya tidak akan membuat

honest public commentary again.

komentar publik yang jujur lagi.

But of course I continued

Namun tentu saja saya tetap

creating artwork that was honest

menciptakan seni yang jujur dan mentah,

and raw, because I forgot about

karena saya lupa mengenai

how people reacted to my work.

bagaimana tanggapan orang-orang pada karya saya.

You know, sometimes forgetting

Anda tahu, terkadang melupakan

is so important to remain idealistic.

sangat penting agar tetap menjadi idealis.

Perhaps loss of memory is so

Mungkin kehilangan ingatan

crucial for our survival

sangatlah penting bagi kelangsungan hidup kita

as human beings.

sebagai umat manusia.

One of the most important things

Salah satu hal terpenting

in my 200-year plan that Netra

dalam rencana 200 tahun saya

and I write is what to forget

yang ditulis oleh saya dan Netra adalah

about ourselves.

apa yang akan kami lupakan tentang diri kami.

You know, we carry so much

Anda tahu, kami membawa begitu banyak beban

baggage, from our parents,

dari orang tua kami,

from our society, from so many

dari masyarakat kami, dari begitu banyak orang

people -- fears, insecurities -- and

-- ketakutan, kegelisahan -- dan

our 200-year plan really lists

rencana 200 tahun kami benar-benar mendaftarkan

all our childhood problems that we have to expire.

semua masalah masa kecil kami yang harus kami musnahkan.

We actually put an expiry date

Kami sebenarnya menulis tanggal kadaluarsa

on all our childhood problems.

bagi semua masalah masa kecil kami.

The latest date I put was,

Tanggal yang terakhir saya tuliskan

I said, I am going to expire

adalah saya akan memusnahkan

my fear of my leftist, feminist

ketakutan saya akan ibu mertua saya

mother-in-law, and this

yang feminis dan berhaluan kiri, dan tanggal kadaluarsanya

today is the date! (Laughs)

adalah hari ini! (Tawa)

She's watching. (Laughter)

Dia sedang menonton saya. (Tawa)

Anyway, you know, I really

Namun, saya sungguh

make decisions all the time

membuat keputusan setiap saat

about how I want to remember

tentang bagaimana saya ingin mengingat

myself, and that's the most important

diri saya sendiri, dan itu adalah keputusan

kind of decisions I make.

terpenting yang saya buat.

And this directly translates

Dan hal ini langsung diterjemahkan

into my paintings.

dalam lukisan saya.

But like my friends, I can do

Namun seperti sahabat saya, saya dapat

that really well on Facebook,

melakukannya dengan baik di Facebook,

Pinterest, Twitter, Flickr, YouTube.

Pinterest, Twitter, Flickr, YouTube.

Name it, I'm on it.

Sebut apa saja. Saya ada di sana.

I've started outsourcing my

Saya mulai mencari ingatan saya

memory to the digital world,

pada dunia digital.

you know? But that comes

Namun hal itu

with a problem.

menimbulkan masalah.

It's so easy to think of

Sangat mudah untuk berpikir

technology as a metaphor

teknologi sebagai sebuah metafora

for memory, but our brains

bagi ingatan, namun otak kita

are not perfect storage devices

bukanlah tempat penyimpanan yang sempurna

like technology.

seperti teknologi.

We only remember what we

Kita hanya ingat apa yang ingin kita ingat.

want to. At least I do.

Setidaknya saya seperti itu.

And I rather think of our brains

Saya lebih menganggap otak kita

as biased curators of our

sebagai kurator yang berat sebelah

memory, you know? And if

dari ingatan kita? Dan jika

technology is not a metaphor for

teknologi bukanlah sebuah metafora ingatan,

memory, what is it?

lalu apa teknologi itu?

Netra and I use our technology

Saya dan Netra menggunakan teknologi kami

as a tool in our 200-year plan

sebagai alat dalam rencana 200 tahun kami

to really curate our digital legacy.

untuk merancang warisan digital kami.

That is a picture of my mother,

Ini adalah gambar ibu saya

and she recently got a Facebook account.

dan baru-baru ini ibu membuat akun Facebook.

You know where this is going.

Anda tahu hal ini mengarah kemana.

And I've been very supportive

Dan saya sangat mendukung ibu

until this picture shows up

hingga gambar ini keluar

on my Facebook page. (Laughter)

dalam laman Facebook saya. (Tawa)

And I actually untagged myself

Saya langsung menghapus nama saya

first, then I picked up the

lalu saya mengambil telepon

phone. I said, "Mom, you will

dan berkata, "Ibu, jangan pernah

never put a picture of me

memasang foto saya

in a bikini ever again."

yang memakai bikini lagi.:

And she said, "Why? You look

Dan dia berkata, "Mengapa?

so cute, darling." I said,

Kau tampak imut, sayang."

"You just don't understand."

Saya berkata, "Kau tidak mengerti, bu."

Maybe we are among the first

Mungkin kita ada di antara generasi pertama

generation that really understands

yang benar-benar mengerti

this digital curating of ourselves.

kurasi digital dari diri kita.

Maybe we are the first to even

Mungkin kitalah yang pertama

actively record our lives.

untuk merekam hidup kita secara aktif.

You know, whether you

Anda tahu, baik Anda setuju

agree with, you know, legacy

ataupun tidak dengan warisan,

or not, we are actually leaving

kita sebenarnya meninggalkan

behind digital traces all the time.

jejak digital kita setiap saat.

So Netra and I really wanted

Jadi saya dan Netra benar-benar ingin

to use our 200-year plan

menggunakan rencana 200 tahun kami

to curate this digital legacy,

untuk merancang warisan digital ini,

and not only digital legacy

dan bukan hanya warisan digital

but we believe in curating

karena kami percaya

the legacy of my past

untuk merancang warisan

and future.

masa lalu dan masa depan saya.

How, you may ask?

Anda mungkin bertanya, bagaimana?

Well, when I think of the future,

Saat saya berpikir tentang masa depan,

I never see myself moving forward

saya tidak pernah melihat diri saya

in time. I actually see time

maju melawan waktu, saya sebenarnya melihat

moving backward towards me.

waktu bergerak mundur melawan saya.

I can actually visualize

Saya dapat melihat

my future approaching.

masa depan saya mendekat.

I can dodge what I don't want

Saya dapat menghindari apa yang saya tidak mau

and pull in what I want.

dan menarik apa yang saya mau.

It's like a video game obstacle

Ini seperti rintangan dalam permainan video.

course. And I've gotten better and better

Dan saya menjadi semakin ahli melakukannya.

at doing this. Even when I make

Bahkan saat saya melukis,

a painting, I actually imagine

saya sebenarnya membayangkan

I'm behind the painting,

saya ada di belakang lukisan,

it already exists, and

lukisan itu ada

someone's looking at it,

dan seseorang sedang melihatnya,

and I see whether they're

dan saya melihat apakan mereka

feeling it from their gut.

merasakannya dari perut mereka

Are they feeling it from their

atau merasakannya dari hati mereka,

heart, or is it just a cerebral thing?

atau hanya dari otak mereka?

And it really informs my painting.

Dan hal itu benar-benar memberi tahu lukisan saya.

Even when I do an art show,

Walaupun saya mengadakan pameran kesenian,

I really think about, what should

saya sering berpikir, apakah yang akan dibawa

people walk away with?

orang-orang ini?

I remember when I was 19,

Saya ingat saat berusia 19 tahun,

I did, I wanted to do my first

saya ingin melakukan pameran lukisan

art exhibition, and I wanted the

pertama saya dan saya ingin pameran ini

whole world to know about it.

diketahui oleh orang di seluruh dunia.

I didn't know TED then,

Saya tidak tahu TED saat itu

but what I did was I closed

namun yang saya lakukan adalah

my eyes tight, and I started

menutup mata saya rapat-rapat

dreaming. I could imagine people

dan mulai bermimpi. Saya bisa membayangkan

coming in, dressed up, looking

orang-orang datang, berpakaian rapi,

beautiful, my paintings with all

terlihat indah, dan lukisan saya dengan

the light, and in my visualization

semua cahaya dan visualisasi saya.

I actually saw a very famous

Saya sebenarnya melihat seorang aktris

actress launching my show,

yang sangat terkenal membuka pameran saya,

giving credibility to me.

memberikan kepercayaan kepada saya.

And I woke up from my

Dan saya terbangun dari visualisasi saya

visualization and I said,

dan berkata,

who was that? I couldn't tell

siapa itu? saya tidak tahu

if it was Shabana Azmi or Rekha,

apakah itu Shabana Azmi atau Rekha,

two very famous Indian actresses,

dua orang aktris India yang sangat terkenal

like the Meryl Streeps of India.

seperti Meryl Streeps dari India.

As it turned out, next morning

Dan ternyata, di pagi berikutnya

I wrote a letter to both of them,

saya menulis surat untuk keduanya

and Shabana Azmi replied,

dan Shabana Azmi membalas surat saya,

and came and launched

dia datang dan membuka

my very first show 12 years ago.

pameran pertama saya 12 tahun yang lalu.

And what a bang it started

Anda tahu, karir saya benar-benar

my career with! You know,

dimulai dengan sukses,

when we think of time in this

saat kita berpikir tentang waktu seperti ini,

way, we can curate not only the

kita tidak hanya dapat merancang masa depan

future but also the past.

namun juga masa lalu.

This is a picture of my family,

Ini adalah foto keluarga saya,

and that is Netra, my wife.

itulah Netra, istri saya.

She's the co-creator of my

Dia adalah rekanan penggagas

200-year plan.

rencana 200 tahun saya.

Netra's a high school history

Netra adalah seorang guru sejarah di SMA.

teacher. I love Netra,

Saya mencintai Netra,

but I hate history.

namun saya benci pada sejarah.

I keep saying, "Nets, you live

Saya terus berkata, "Nets, kau hidup

in the past while I'll create

di masa lalu sementara saya menciptakan

the future, and when I'm done,

masa depan, dan saat saya selesai,

you can study about it."

kau bisa mempelajarinya."

(Laughter)

(Tawa)

She gave me an indulgent smile,

Dia tersenyum manja

and as punishment, she said,

dan sebagai hukuman, dia berkata,

"Tomorrow I'm teaching a class

"Besok saya mengajar sejarah India

on Indian history, and you are

dan kau harus duduk di sana

sitting in it, and I'm grading you."

dan saya akan menilaimu."

I'm like, "Oh, God." I went.

Saya seperti, "Ya, Tuhan."

I actually went and sat in

Akhirnya saya datang dan duduk

on her class. She started by

di kelasnya. Dia mulai dengan

giving students primary source

memberikan naskah utama dari India,

documents from India, Pakistan,

Pakistan, dan Inggris kepada para siswa

from Britain, and I said,

dan saya berkata,

"Wow." Then she asked them to

"Wow." Lalu dia menyuruh mereka

separate fact from bias.

untuk memisahkan fakta dari prasangka.

I said, "Wow," again.

Saya kembali berkata, "Wow."

Then she said, "Choose your

Lalu dia berkata, "Pilihlah satu fakta dan prasangka

facts and biases and create an

dan buatlah gambaran

image of your own story

dari kisahmu sendiri

of dignity."

tentang martabat."

History as an imaging tool?

Sejarah sebagai alat pencitraan?

I was so inspired.

Saya sungguh terilhami.

I went and created my own

Saya pergi dan menciptakan

version of Indian history.

sejarah India versi saya sendiri.

I actually included stories from

Saya sebenarnya memasukkan kisah-kisah

my grandmother.

dari nenek saya.

She used to work for the

Nenek pernah bekerja sebagai

telephone exchange, and she used

pegawai telepon dan nenek pernah

to actually overhear conversations

mencuri dengan semua percakapan

between Nehru and Edwina Mountbatten.

antara Nehru dan Edwina Mountbatten.

And she used to hear all

Dan nenek mendengar

kinds of things she shouldn't

semua hal yang tidak seharusnya

have heard. But, you know,

dia dengar. Namun Anda tahu

I include things like that.

saya memasukkan hal-hal itu.

This is my version of Indian history.

Inilah versi saya tentang sejarah India.

You know, if this

Anda tahu, jika hal ini benar,

is so, it occurred to me that

saya berpikir bahwa

maybe, just maybe, the primary

mungkin, tujuan paling utama

objective of our brains

dari otak kita

is to serve our dignity.

adalah melayani martabat kita.

Go tell Facebook to

Katakan pada Facebook

figure that out!

untuk memikirkan hal itu!

Netra and I don't write our

Saya dan Netra tidak menulis

200-year plan for someone else

rencana 200 tahun kami untuk orang lain

to come and execute it

agar mereka datang dan melaksanakannya.

in 150 years. Imagine receiving

Dalam 150 tahun, bayangkan jika Anda

a parcel saying, from the past,

menerima paket dari masa lalu

okay now you're supposed to

dan berkata, kini kau harus

spend the rest of your life

menghabiskan sisa hidupmu

doing all of this. No.

dengan melakukan semua hal ini, bukan?

We actually write it only

Kita sebenarnya menulis

to set our attitudes right.

hanya untuk membuat perilaku kita benar.

You know, I used to believe

Anda tahu, saya dulunya percaya

that education is the most

bahwa pendidikan adalah hal

important tool to leave

yang paling penting untuk meninggalkan

a meaningful legacy.

warisan yang berarti.

Education is great.

Pendidikan itu hebat.

It really teaches us who

Pendidikan sungguh mengajarkan

we are, and helps us

siapa kita dan membantu konstektualisasi

contextualize ourselves

diri kita sendiri

in the world, but it's really

di dunia, namun kreativitas sayalah

my creativity that's taught me

yang mengajarkan saya

that I can be much more

bahwa saya dapat bisa menjadi lebih

than what my education told me I am.

dari sekedar apa yang diajarkan oleh pendidikan.

I'd like to make

Saya ingin menyatakan

the argument that creativity is

bahwa kreativitas adalah alat paling penting

the most important tool we have.

yang kita miliki.

It lets us create who we are,

Kreativitas membantu menciptakan siapa kita

and curate what is to come.

dan merancang apa yang akan datang.

I like to think -- Thank you.

Saya suka berpikir -- Terima kasih.

I like to think of myself

Saya senang berpikir diri saya

as a storyteller, where my past

sebagai seorang pencerita, di mana masa lalu

and my future are only stories,

dan masa depan saya hanyalah kisah,

my stories, waiting to be told

kisah saya, yang akan diceritakan,

and retold. I hope all of you

dan diceritakan ulang. Saya harap suatu hari

one day get a chance to

Anda semua memiliki kesempatan

share and write your own

untuk berbagi dan menuliskan

200-year story.

kisah 200 tahun Anda sendiri.

Thank you so much.

Terima kasih banyak.

Shukran! (Applause)

Shukran! (Tepuk tangan)