How to inspire every child to be a lifelong reader | Alvin Irby

Translator: Dimas Radityo Reviewer: Reno Kanti Riananda

Sebagai guru sekolah dasar,

Ibu saya melakukan segalanya agar saya memiliki keterampilan membaca yang baik.

Biasanya berbentuk pelajaran membaca pada akhir minggu di meja dapur kami

As an elementary school teacher,

my mom did everything she could to ensure I had good reading skills.

sementara teman saya bermain di luar.

Keterampilan membaca saya meningkat,

This usually consisted of weekend reading lessons at our kitchen table

tapi pelajaran membaca yang dipaksakan itu tidak menumbuhkan kecintaan membaca.

while my friends played outside.

My reading ability improved,

Periode SMA mengubah segalanya.

but these forced reading lessons didn't exactly inspire a love of reading.

Di kelas 10, kelas Bahasa Inggris reguler saya

membaca cerpen dan melakukan tes ejaan.

High school changed everything.

Karena bosan, saya meminta untuk pindah ke kelas lain.

In 10th grade, my regular English class read short stories and did spelling tests.

Semester berikutnya, saya mengikuti kelas Bahasa Inggris lanjutan.

(Tertawa)

Out of sheer boredom, I asked to be switched into another class.

Kami membaca dua novel dan menulis dua laporan buku di semester itu.

The next semester, I joined advanced English.

Perjuangan dan perbedaan drastis antara dua kelas Bahasa Inggris itu

(Laughter)

We read two novels and wrote two book reports that semester.

membuat saya kesal dan bertanya,

The drastic difference and rigor between these two English classes

“Darimana orang-orang kulit putih itu datang?

(Tertawa)

Siswa di SMA saya lebih dari 70 persen adalah kulit hitam atau Latino,

angered me and spurred questions like,

tapi ada banyak murid kulit putih di kelas Bahasa Inggris lanjutan ini.

"Where did all these white people come from?"

(Laughter)

My high school was over 70 percent black and Latino,

Pengalaman pribadi dengan rasisme institusional ini

but this advanced English class had white students everywhere.

mengubah hubungan saya dengan membaca selamanya.

Saya sadar, saya tidak bisa bergantung pada sekolah, guru, atau kurikulum

This personal encounter with institutionalized racism

untuk mengajari yang perlu saya ketahui.

altered my relationship with reading forever.

Dan lebih karena pemberontakan, daripada alasan intelektual,

I learned that I couldn't depend on a school, a teacher or curriculum

Saya memutuskan saya tidak akan lagi membiarkan orang lain mendikte

to teach me what I needed to know.

kapan saya membaca dan apa yang saya baca.

And more out of like, rebellion, than being intellectual,

Dan tanpa sadar, saya telah menemukan kunci

I decided I would no longer allow other people to dictate

untuk membantu anak-anak membaca.

when and what I read.

Identitas.

Daripada berkutat pada keterampilan

And without realizing it, I had stumbled upon a key

dan memindahkan siswa dari satu tingkat membaca ke tingkat lain,

to helping children read.

Identity.

atau memaksa yang kesulitan membaca mengingat kata-kata asing,

Instead of fixating on skills

and moving students from one reading level to another,

kita seharusnya menanyakan pertanyaan berikut pada diri kita:

or forcing struggling readers to memorize lists of unfamiliar words,

Bagaimana kita menginspirasi anak-anak untuk mengenali dirinya sebagai pembaca?

we should be asking ourselves this question:

DeSean, murid kelas satu saya yang cerdas,

How can we inspire children to identify as readers?

membantu saya memahami bagaimana identitas membentuk pembelajaran.

DeSean, a brilliant first-grader I taught in the Bronx,

Ketika pelajaran matematika, saya berjalan ke arah DeSean, dan berkata

“DeSean, kamu ahli matematika.”

he helped me understand how identity shapes learning.

Dia memandangku dan berkata,

One day during math, I walk up to DeSean, and I say,

“Aku bukan ahli matematika, Aku jenius matematika!”

(Tertawa)

"DeSean, you're a great mathematician."

Ok deh DeSean. Ya nggak?

He looks at me and responds,

Membaca?

"I'm not a mathematician, I'm a math genius!"

Berbeda 180 derajat.

“Mr. Irby, aku tidak bisa membaca.

(Laughter)

Aku tidak akan pernah belajar membaca,” katanya.

OK DeSean, right?

Saya mengajarkan DeSean cara membaca,

Reading?

Completely different story.

tetapi banyak anak laki-laki kulit hitam yang tidak dapat bebas dari buta huruf.

"Mr. Irby, I can't read.

I'm never going to learn to read," he would say.

I taught DeSean to read,

Menurut Departemen Pendidikan AS,

but there are countless black boys who remain trapped in illiteracy.

lebih dari 85 persen siswa kelas empat dari ras kulit hitam

tidak mahir membaca.

According to the US Department of Education,

85 persen!

more than 85 percent of black male fourth graders

Semakin banyak tantangan membaca yang dihadapi anak-anak,

are not proficient in reading.

semakin dibutuhkan pendidik yang kompeten secara budaya.

85 percent!

The more challenges to reading children face,

Kerja sampingan menjadi stand-up comedian selama delapan tahun terakhir,

saya memahami pentingnya kompeten secara budaya,

the more culturally competent educators need to be.

yang saya definisikan sebagai kemampuan untuk menerjemahkan

Moonlighting as a stand-up comedian for the past eight years,

apa yang Anda ingin orang lain ketahui atau dapat lakukan

I understand the importance of cultural competency,

menjadi komunikasi atau pengalaman yang mereka anggap relevan dan menarik.

which I define as the ability to translate

what you want someone else to know or be able to do

Sebelum tampil, saya menilai para hadirin.

into communication or experiences that they find relevant and engaging.

Apa mereka kulit putih? apa mereka orang Latin?

Apa mereka tua, muda, professional, konservatif?

Before going on stage, I assess an audience.

Lalu saya mengatur dan memodifikasi lawakan saya

Are they white, are they Latino?

berdasarkan yang saya rasa akan mengundang banyak tawa.

Are they old, young, professional, conservative?

Saat tampil di gereja, saya bisa menceritakan lelucon bar.

Then I curate and modify my jokes

Tapi mungkin tidak ada yang akan tertawa.

based on what I think would generate the most laughter.

(Tertawa)

While performing in a church, I could tell bar jokes.

Sebagai masyarakat, kita menciptakan pengalaman membaca

But that might not result in laughter.

yang setara dengan menceritakan lelucon bar di gereja.

(Laughter)

As a society, we're creating reading experiences for children

Lalu kita heran kenapa banyak anak-anak yang tidak membaca.

Pengajar dan filsuf Paulo Freire

that are the equivalent of telling bar jokes in a church.

percaya bahwa mengajar dan belajar haruslah berjalan dua arah.

And then we wonder why so many children don't read.

Siswa tidak boleh dipandang sebagai ember kosong untuk diisi dengan fakta

Educator and philosopher Paulo Freire

tetapi sebagai sesama pemberi pengetahuan.

believed that teaching and learning should be two-way.

Students shouldn't be viewed as empty buckets to be filled with facts

Kurikulum dan kebijakan sekolah yang kaku

mengharuskan siswa untuk duduk diam

but as cocreators of knowledge.

atau bekerja dalam kesunyian --

Cookie-cutter curriculums and school policies

lingkungan ini seringkali mengesampingkan kebutuhan belajar individu,

that require students to sit statue-still

dan minat & keahlian anak-anak.

or to work in complete silence --

these environments often exclude the individual learning needs,

Khususnya anak laki-laki kulit hitam.

Banyak buku anak-anak yang ditargetkan untuk mereka

the interest and expertise of children.

berfokus pada topik yang serius, seperti perbudakan, hak-hak sipil dan biografi.

Especially black boys.

Many of the children's books promoted to black boys

Kurang dari dua persen guru di AS adalah pria kulit hitam.

focus on serious topics, like slavery, civil rights and biographies.

Dan mayoritas anak laki-laki kulit hitam dibesarkan oleh ibu tunggal.

Ada anak laki-laki kulit hitam yang belum pernah melihat pria kulit hitam membaca.

Less than two percent of teachers in the United States are black males.

And a majority of black boys are raised by single mothers.

Atau tidak pernah didorong untuk membaca oleh pria kulit hitam.

There are literally young black boys who have never seen a black man reading.

Faktor budaya apakah, isyarat sosial apakah yang ada

Or never had a black man encourage him to read.

yang akan membuat si anak untuk menyimpulkan

bahwa membaca adalah hal yang harus dia lakukan?

What cultural factors, what social cues are present

Karena itulah saya mendirikan Barbershop Books.

that would lead a young black boy to conclude

Organisasi literasi nirlaba

that reading is even something he should do?

yang menciptakan ruang baca ramah anak di tukang cukur.

This is why I created Barbershop Books.

Misinya sederhana:

It's a literacy nonprofit

membantu anak laki-laki kulit hitam mengenali dirinya sebagai pembaca.

that creates child-friendly reading spaces in barber shops.

Banyak dari mereka pergi ke tukang cukur sekali atau dua kali sebulannya.

The mission is simple:

to help young black boys identify as readers.

Beberapa bertemu dengan tukang cukurnya lebih sering dari bertemu ayahnya.

Lots of black boys go to the barber shop once or twice a month.

Barbershop Books menghubungkan membaca dengan ruang yang berpusat pada pria

Some see their barbers more than they see their fathers.

dan melibatkan pria kulit hitam dengan pengalaman awal membaca pada anak-anak.

Barbershop Books connects reading to a male-centered space

Program yang berbasis pada identitas ini

menggunakan buku anak-anak yang disarankan oleh anak laki-laki kulit hitam.

and involves black men and boys' early reading experiences.

Buku-buku itulah yang benar-benar ingin dibaca oleh mereka.

This identity-based reading program

uses a curated list of children's books recommended by black boys.

Scholastic’s 2016 Kids and Family Report

These are the books that they actually want to read.

menemukan bahwa hal terpenting yang dicari oleh anak-anak ketika memilih buku

Scholastic's 2016 Kids and Family Report

adalah buku yang akan membuat mereka tertawa.

found that the number one thing children look for when choosing a book

Jika kita serius membantu anak laki-laki kulit hitam & anak-anak lain untuk membaca

is a book that will make them laugh.

ketika membaca tidak diharuskan,

perlu melibatkan pria sebagai teladan dalam membaca

So if we're serious about helping black boys and other children to read

dalam tahap awal literasi

dan menukar beberapa buku anak-anak yang sangat disukai orang dewasa

when it's not required,

we need to incorporate relevant male reading models

menjadi buku yang lucu, konyol, bahkan menjijikkan, seperti “Gross Greg”.

into early literacy

and exchange some of the children's books that adults love so much

(Tertawa)

for funny, silly or even gross books, like "Gross Greg".

“Kamu memanggilnya upil. Greg memanggilnya gula yang manis.”

(Laughter)

(Tertawa)

Tawa itu, reaksi positif

"You call them boogers. Greg calls them delicious little sugars."

atau reaksi jijik

(Laughter)

(Tertawa)

anak laki-laki kulit hitam layak dan butuh lebih banyak hal itu.

That laugh, that positive reaction

or gross reaction some of you just had,

Membongkar ketidaksetaraan biadab yang menggerogoti pendidikan AS

(Laughter)

black boys deserve and desperately need more of that.

mengharuskan kita untuk menciptakan pengalaman membaca

yang menginspirasi semua anak untuk mengucapkan tiga kata:

Dismantling the savage inequalities that plague American education

requires us to create reading experiences

Saya seorang pembaca.

Terima kasih.

(Tepuk tangan)

that inspire all children to say three words:

I'm a reader.

Thank you.

(Applause)