This tool will help improve your critical thinking - Erick Wilberding

Translator: Putri Afra Reviewer: Maria Nainggolan

Socrates, one of the founding fathers of Western philosophical thought,

Socrates, salah satu penemu pemikiran filosofis Barat,

was on trial.

sedang diadili.

Many Athenians believed he was a dangerous enemy of the state,

Banyak orang Athena percaya dia adalah musuh negara yang berbahaya,

accusing the philosopher of corrupting the youth

menuduhnya merusak pemuda

and refusing to recognize their gods.

dan menolak untuk mengakui dewa mereka.

However, Socrates wasn’t feared for claiming to have all the answers,

Namun, Socrates bukan ditakuti karena memiliki semua jawaban,

but rather, for asking too many questions.

tapi karena mengajukan banyak pertanyaan.

While he loathed formal lectures,

Sementara dia membenci kuliah formal,

the philosopher frequently engaged friends and strangers

dia lebih sering bergaul dengan teman dan orang asing

in lengthy conversations about morality and society.

membicarakan tentang moralitas dan masyarakat.

These discussions weren’t debates, nor would Socrates offer explicit advice.

Diskusi ini bukan debat, Socrates pun tidak menawarkan saran eksplisit.

In fact, the philosopher often claimed to know nothing at all,

Faktanya, dia sering bilang tidak tahu apapun,

responding to his partner's answers only with further questions.

malah menanggapi jawaban lawan bicaranya dengan pertanyaan lebih lanjut.

But through this process, Socrates probed their logic,

Tetapi melalui proses ini, Socrets menyelidiki logika mereka,

revealing its flaws and helping both parties reach a more robust understanding.

mengungkapkan kekurangannya dan membantu kedua pihak mencapai pemahaman yang kuat.

These insightful questions made Socrates beloved by his followers.

Pertanyaan-pertanyaan mendalam ini membuatnya dicintai oleh pengikutnya.

Two of his students, Plato and Xenophon, were so inspired

Dua muridnya, Plato dan Xenophon, sangat terinspirasi

that they replicated their mentor’s process in fictional dialogues.

sehingga meniru proses mentor mereka dalam dialog fiksi.

These invented exchanges provide perfect examples

Pertukaran yang diciptakan ini, memberikan contoh sempurna

of what would come to be known as the Socratic Method.

dari apa yang akan diketahui sebagai Metode Sokrates.

In one of these fabricated dialogues,

Dalam salah satu dialog yang dibuat,

Socrates is conversing with a young man named Euthydemus,

Sokrates sedang berbicara dengan seorang pemuda bernama Euthydemus,

who is confident that he understands the nature of justice and injustice.

yang yakin bahwa dia mengerti hakikat keadilan dan ketidakadilan.

Socrates probes the student’s values by asking him to label actions

Sokrates meneliti kemampuan siswa dengan memintanya untuk melabeli tindakan

such as lying and theft as just or unjust.

seperti berbohong dan mencuri sebagai adil atau tidak adil.

Euthydemus confidently categorizes them as injustices,

Euthydemus dengan mantap mengelompokkan keduanya sebagai ketidakadilan,

but this only prompts another question:

tetapi ini memunculkan pertanyaan lain:

is it just for a general to deceive or pillage a hostile army?

apakah disebut adil jika seorang jenderal menipu atau menjarah pasukan musuh?

Euthydemus revises his assertion.

Euthydemus meralat pernyataannya.

He claims that these actions are just when done to enemies,

Dia menyatakan bahwa tindakan ini adil ketika dilakukan kepada musuh,

and unjust when done to friends.

dan tidak adil apabila kepada teman.

But Socrates isn’t finished.

Tetapi Sokrates belum selesai.

He asks the young man to consider a commander lying to his troops

Dia meminta pemuda itu mempertimbangkan komandan yang berbohong kepada pasukannya

to boost their morale.

untuk meningkatkan moral.

Before long, Euthydemus is despondent.

Tak lama kemudian, Euthydemus putus asa.

It seems that every answer leads to further problems,

Tampaknya setiap jawaban menimbulkan masalah,

and perhaps he’s not quite sure what constitutes justice after all.

dan mungkin dia tidak begitu yakin apa yang merupakan keadilan.

In employing this question-oriented approach,

Dalam menerapkan pendekatan berorientasi pertanyaan ini,

Socrates described himself as a midwife,

Sokrates menggambarkan dirinya sebagai bidan,

whose inquiries assist others in giving birth to their ideas.

yang pertanyaannya membantu orang lain dalam melahirkan ide-ide mereka.

His method of questioning draws out an individual’s unexamined assumptions,

Metode pertanyaannya menarik keluar sebuah asumsi individu yang belum teruji,

and then challenges those biases.

dan menantang bias tersebut.

It doesn't always provide definitive answers,

Meskipun tidak selalu memberikan jawaban pasti,

but the method helps clarify the questions

tetapi metode ini memperjelas pertanyaan

and eliminate contradictory or circular logic.

dan menghilangkan kontradiksi atau logika melingkar.

And by following a line of inquiry where it logically leads,

Dan dengan mengikuti garis pertanyaan ke mana arahnya secara logis,

both the question asker and answerer can end up in unexpected places.

baik penanya maupun penjawab bisa berakhir di tempat tidak terduga.

This technique isn’t limited by the conversation’s content,

Teknik ini tidak terbatas pada isi percakapan,

making it incredibly useful in numerous fields.

membuatnya sangat berguna di berbagai bidang.

During the Renaissance, the method was used to teach clinical medicine.

Selama Abad Renaisans, metode ini digunakan untuk kedokteran klinis.

Students proposed their rationale for different diagnoses,

Siswa mengajukan alasan mereka untuk diagnosis yang berbeda,

while a doctor questioned their assumptions and moderated discussion.

sementara seorang dokter menanyai asumsi mereka dan memimpin diskusi.

In this model, the method could even produce conclusive results.

Dalam model ini, metode ini bahkan bisa menghasilkan hasil yang konklusif.

This same approach was later used in other sciences,

Pendekatan yang sama kemudian digunakan pada ilmu lain,

such as astronomy, botany, and mathematics.

seperti astronomi, botani, dan matematika.

Following the Protestant Reformation,

Setelah Reformasi Protestan,

it was adapted to tackle abstract questions of faith.

metode ini diadaptasi untuk menjawab pertanyaan abstrak tentang iman.

In the 19th century, the method became an essential part

Pada abad ke-19, metode ini menjadi bagian penting

of American legal education.

dari pendidikan di Amerika.

Professors explored students’ understanding of judicial reasoning

Profesor mengeksplorasi pemahaman siswa mengenai penalaran pengadilan.

by challenging them with unforeseen hypothetical situations.

dengan memberikan mereka situasi hipotetis yang tidak terduga.

This approach is still used today by the Supreme Court

Pendekatan ini masih digunakan sampai sekarang oleh Mahkamah Agung

to imagine the unintended impacts of passing a law.

untuk memperkirakan dampak yang tidak diinginkan dalam mengesahkan UU.

The Socratic Method can be adapted to teach almost any topic

Metode Sokrates dapat diadaptasi untuk mengajar hampir semua topik

that relies on critical reasoning,

yang mengandalkan penalaran kritis,

but its success depends on the teacher employing it.

tapi keberhasilannya tergantung pada guru yang mengajar.

An effective Socratic educator must be well versed in their subject.

Seorang pendidik Sokrates baiknya harus fasih dalam subjek mereka.

Rather than bullying their students or showing off their superior intellect,

Daripada menindas murid atau memamerkan kecerdasan,

they should be modest, genuinely curious, and affirming of every contribution.

mereka harus rendah hati, ingin tahu, dan menegaskan setiap kontribusi.

In this regard, Socrates himself

Dalam hal ini, Sokrates sendiri

may not have been the most subtle Socratic teacher.

mungkin bukan guru pendekatan Sokrates yang paling cerdas.

Historians believe he was deeply critical of Athens’ particular brand of democracy,

Sejarawan percaya dia sangat kritis dalam hal jenis demokrasi khusus Athena,

and known to pass those concerns onto his followers.

dan diketahui dapat mengatasi masalah tersebut ke pengikutnya.

These subversive beliefs were distorted in public forums

Keyakinan subversif ini sempat menyimpang dalam forum publik

and thought to have inspired two of his pupils to treasonous ends.

dan dianggap telah menginspirasi dua muridnya untuk tujuan pengkhianatan.

It was likely for these ideas Socrates was brought to trial,

Kemungkinan ide-ide ini Sokrates dibawa ke pengadilan,

and eventually, sentenced to death.

dan akhirnya, dijatuhi hukuman mati.

But even on his deathbed, artists depict a serene philosopher—

Tetapi bahkan di kematiannya, seniman ini menggambarkan seorang filsuf yang tenang—

ever curious to explore the ultimate question.

selalu penasaran untuk menjelajah pertanyaan yang pamungkas.