"First Kiss" by Tim Seibles

Translator: Sabrina Go Reviewer: Azfa Adid

First Kiss

Ciuman pertama

Her mouth

Mulutnya

fell into my mouth

jatuh di mulutku

like a summer snow, like a 5th season, like a fresh Eden,

bagai salju musim panas, bagai musim ke-5, seperti Taman Firdaus yang segar,

like Eden when Eve made God

bagai Taman Firdaus saat Hawa membuat Tuhan

whimper with the liquid tilt of her hips—

merintih dengan ayunan pinggulnya -

her kiss hurt like that—

ciumannya menyakitkan seperti itu -

I mean, it was as if she’d mixed the sweat of an angel

maksudku, sepertinya ia mencampur keringat malaikat

with the taste of a tangerine,

dengan rasa jeruk,

I swear. My mouth had been a helmet forever

Sumpah. Mulutku adalah helm yang selamanya

greased with secrets, my mouth

diminyaki rahasia, mulutku

a dead-end street a little bit lit by teeth—my heart, a clam

jalan buntu sedikit disinari oleh geligiku -- hatiku, seekor tiram

slammed shut at the bottom of a dark,

terutup rapat di dasar kegelapan,

but her mouth pulled up like a baby-blue Cadillac

tapi mulutnya diam seperti Cadillac biru muda

packed with canaries driven by a toucan—I swear

penuh berisi burung kenari yang dikemudikan seekor tukan --sumpah

those lips said bright wings when we kissed, wild

bibir itu mengucapkan sayap cerah saat kami berciuman, liar

and precise—as if she were teaching a seahorse to speak—

dan pas-- seakan dia mengajari kuda laut berbicara--

her mouth so careful, chumming the first vowel from my throat

mulutnya sangat berhati-hati, berinteraksi dengan vokal pertama dari tenggorokanku

until my brain was a piano banged loud, hammered like that—

hingga otakku bagai piano dimainkan dengan keras, terpukul seperti itu--

it was like, I swear her tongue was Saturn’s 7th moon—

itu seperti, sumpah lidahnya adalah bulan ke-7 Saturnus --

hot like that, hot and cold and circling,

panas, panas dan dingin dan memutar

circling, turning me into a glad planet—

memutar, menjadikanku planet yang bahagia--

sun on one side, night pouring

matahari di satu sisi, malam tertuang

her slow hand over the other: one fire flying the kite of another.

sentuhannya yang mesra: satunya api yang menerbangkan layangan yang satunya.

Her kiss, I swear—if the Great Mother rushed open the moon

Ciumannya, sumpah--jika Ibu Pertiwi membuka paksa rembulan

like a gift and you were there to feel your shadow finally

layaknya bingkisan dan kau ada di sana untuk merasakan bayanganmu akhirnya

unhooked from your wrist.

terbebas dari pergelangan tanganmu.

That’d be it, but even sweeter—

Itulah rasanya, tapi lebih manis --

like a riot of peg-legged priests on pogo-sticks, up and up,

seperti kegaduhan pendeta-pendeta berkaki pasak di tongkat pogo, naik dan naik,

this way and this, not falling but on and on

sini dan ini, tak terjatuh tapi terus dan terus

like that, badly behaved

seperti itu, tingkahnya nakal

but holy—I swear! That kiss: both lips utterly committed

tapi ya ampun—sumpah! Ciuman itu: kedua bibir itu benar-benar terikat

to the world like a Peace Corps,

dengan dunia layaknya Pasukan Perdamaian,

like a free store, forever and always

bagaikan toko gratis, selamanya dan selalu

a new city—no locks, no walls, just doors—like that, I swear,

kota baru--tidak berkunci, tak ada tembok, hanya pintu-pintu—seperti itu, aku sumpah,

like that.

seperti itu.