The rise and fall of history’s first empire - Soraya Field Fiorio

Translator: Fadil Haryudi Reviewer: Ary Nuansa

History’s first empire rose out of a hot, dry landscape,

Kekaisaran pertama dalam sejarah bangkit dari tanah yang panas dan gersang,

without rainfall to nourish crops, without trees or stones for building.

tanpa hujan untuk menyuburkan tanaman, tanpa pohon dan batu untuk bahan bangunan.

In spite of all this, its inhabitants built the world’s first cities,

Dengan semua keterbatasan itu, penghuninya membangun kota-kota pertama di dunia,

with monumental architecture and large populations—

dengan arsitektur luar biasa serta jumlah populasi yang tinggi--

and they built them entirely out of mud.

dan mereka membangun itu semua hanya bermodalkan lumpur.

Sumer occupied the southern part of modern Iraq

Sumeria bertempat di sebelah selatan Irak modern

in the region called Mesopotamia.

di daerah yang disebut Mesopotamia.

Mesopotamia means “between two rivers”—

Mesopotamia berarti "di antara 2 sungai"--

the Tigris and the Euphrates.

Sungai Tigris dan Sungai Efrat.

Around 5000 BCE, early Sumerians used irrigation channels, dams, and reservoirs

Sekitar 5000 tahun SM, bangsa Sumeria awal menggunakan irigasi, bendungan, dan waduk

to redirect river water and farm large areas of previously bone-dry land.

untuk mengalihkan aliran sungai demi bercocok tanam di lahan yang gersang.

Agricultural communities like this were slowly springing up around the world.

Komunitas pertanian semacam ini perlahan muncul di seluruh penjuru dunia.

But Sumerians were the first to take the next step.

Namun, bangsa Sumerialah yang pertama kali mengambil langkah berikutnya.

Using clay bricks made from river mud,

Dengan batu bata yang terbuat dari lumpur sungai,

they began to build multi-storied homes and temples.

mereka mulai membuat rumah bertingkat dan kuil.

They invented the wheel—

Mereka menemukan roda--

a potter’s wheel, for turning mud into household goods and tools.

roda tembikar, untuk mengubah lumpur menjadi barang dan perkakas rumah tangga.

Those clay bricks gave rise to the world’s first cities,

Tumpukan batu bata tersebut menjadi cikal bakal kota-kota pertama di dunia,

probably around 4500 BCE.

diperkirakan pada sekitar 4500 tahun SM.

At the top of the city’s social ladder were priests and priestesses,

Yang menduduki puncak hierarki sosial ialah para pendeta pria dan wanita,

who were considered nobility,

yang dianggap sebagai bangsawan,

then merchants, craftspeople, farmers, and enslaved people.

lalu diikuti pedagang, perajin, petani, dan akhirnya orang yang diperbudak.

The Sumerian empire consisted of distinct city-states

Kekaisaran Sumeria terdiri dari sejumlah negara-kota terpisah,

that operated like small nations.

yang berjalan layaknya negara-negara kecil.

They were loosely linked by language and spiritual belief

Negara-kota tersebut saling terhubung karena bahasa dan keyakinan spiritual,

but lacked centralized control.

tetapi tidak memiliki kontrol terpusat.

The earliest cities were Uruk, Ur, and Eridu,

Kota-kota paling awal ialah Uruk, Ur, dan Eridu,

and eventually there were a dozen cities.

dan kemudian diikuti oleh lusinan kota lainnya.

Each had a king who served a role somewhere between a priest and a ruler.

Tiap kota memiliki raja yang tugasnya seperti gabungan pendeta dan penguasa.

Sometimes they fought against each other to conquer new territories.

Terkadang mereka saling berperang demi mendapatkan wilayah baru.

Each city was dedicated to a patron deity, considered the city’s founder.

Tiap kota memiliki dewa pelindung, yang dianggap sebagai pendiri kota.

The largest and most important building in the city was this patron god’s home:

Bangunan terbesar dan terpenting di kota merupakan rumah sang dewa pelindung:

the ziggurat, a temple designed as a stepped pyramid.

zigurat, kuil yang dirancang seperti piramida berundak.

Around 3200 BCE, Sumerians began to expand their reach.

Sekitar 3200 tahun SM, bangsa Sumeria mulai memperluas jangkauan mereka.

The potter’s wheel found a new home on chariots and wagons.

Roda tembikar mulai digunakan untuk kereta dan gerobak.

They built boats out of reeds and date palm leaves,

Mereka membuat perahu dari alang-alang dan daun pohon kurma,

with linen sails that carried them vast distances by river and sea.

dengan layar linen yang membawa mereka jauh mengarungi sungai dan lautan.

To supplement scarce resources, they built a trade network

Demi mengatasi kelangkaan sumber daya, mereka membuat jaringan perdagangan

with the rising kingdoms in Egypt, Anatolia, and Ethiopia,

dengan kerajaan berkembang di Mesir, Anatolia, dan Etiopia,

importing gold, silver, lapis lazuli, and cedar wood.

mengimpor emas, perak, lazuardi, dan kayu aras.

Trade was the unlikely impetus

Mungkin saja perdagangan ini menjadi pendorong

for the invention of the world’s first writing system.

ditemukannya sistem penulisan pertama di dunia.

It started as a system of accounting for Sumerian merchants

Sistem ini bermula sebagai sistem akuntansi bagi pedagang Sumeria

conducting business with traders abroad.

yang melakukan bisnis dengan pedagang luar negeri.

After a few hundred years, the early pictogram system

Setelah beberapa ratus tahun, sistem piktogram awal

called cuneiform turned into a script.

yang disebut huruf paku ini menjelma menjadi sebuah aksara.

The Sumerians drafted up the first written laws

Bangsa Sumeria menyusun hukum tertulis pertama

and created the first school system, designed to teach the craft of writing—

dan membuat sistem sekolah pertama, demi mengajarkan keahlian menulis--

and pioneered some less exciting innovations, like bureaucracy and taxes.

serta memelopori inovasi lain yang kurang menarik, seperti birokrasi dan pajak.

In the schools, scribes studying from dawn to dusk,

Di sekolah, para juru tulis belajar sejak matahari terbit sampai tenggelam,

from childhood well into adulthood.

mulai dari anak-anak sampai dewasa.

They learned accounting, mathematics, and copied works of literature—

Mereka mempelajari akuntansi, matematika, dan menyalin banyak karya literatur--

hymns, myths, proverbs, animal fables, magic spells,

himne, mitos, peribahasa, dongeng hewan, mantra sihir,

and the first epics on clay tablets.

dan epos pertama pada lempengan tanah liat.

Some of those tablets told the story of Gilgamesh,

Beberapa lempengan tersebut menceritakan kisah Gilgamesh,

a king of the city of Uruk who was also the subject of mythical tales.

seorang raja dari kota Uruk yang juga merupakan tokoh dongeng mitos.

But by the third millennium BCE, Sumer was no longer the only empire around,

Namun, pada milenium ke-3 SM,

Sumeria tak lagi menjadi satu-satunya kekaisaran di daerah itu,

or even in Mesopotamia.

atau bahkan di seluruh Mesopotamia.

Waves of nomadic tribes poured into the region from the north and east.

Suku-suku nomaden dari utara dan timur terus berdatangan ke daerah tersebut.

Some newcomers looked up to the Sumerians, adopting their way of life

Sebagian pendatang baru itu merasa kagum dan mengikuti cara hidup bangsa Sumeria,

and using the cuneiform script to express their own languages.

serta turut menggunakan huruf paku untuk mengekspresikan bahasa mereka.

In 2300 BCE, the Akkadian king Sargon conquered the Sumerian city-states.

Pada 2300 tahun SM, raja bangsa Akkadia, Sargon,

menaklukkan sejumlah negara-kota Sumeria.

But Sargon respected Sumerian culture,

Meski begitu, Sargon menghormati kebudayaan Sumeria,

and Akkadians and Sumerians existed side-by-side for centuries.

sehingga bangsa Akkadia dan Sumeria bisa hidup berdampingan selama berabad-abad.

Other invading groups focused only on looting and destruction.

Namun, kelompok penyerbu lain hanya berfokus pada penjarahan dan penghancuran.

Even as Sumerian culture spread,

Meski kebudayaan Sumeria terus menyebar,

a steady onslaught of invasions killed off the Sumerian people by 1750 BCE.

penyerbuan tanpa henti memusnahkan bangsa Sumeria pada 1750 tahun SM.

Afterward, Sumer disappeared back into the desert dirt,

Setelah itu, Sumeria lenyap ditelan padang pasir,

not to be rediscovered until the 19th century.

sampai akhirnya ditemukan kembali pada abad ke-19.

But Sumerian culture lived on for thousands of years—

Namun, kebudayaan Sumeria terus hidup selama ribuan tahun--

first through the Akkadians, then the Assyrians, then the Babylonians.

melalui bangsa Akkadia, bangsa Asiria, kemudian bangsa Babilonia.

The Babylonians passed Sumerian inventions and traditions through

Bangsa Babilonia meneruskan penemuan dan tradisi bangsa Sumeria

along Hebrew, Greek, and Roman cultures.

melalui peradaban Ibrani, Yunani, dan Romawi.

Some persist today.

Sebagian masih bertahan sampai hari ini.