A brie(f) history of cheese - Paul Kindstedt

Translator: Khadis - Reviewer: Sarmoko Sarmoko

Before empires and royalty,

Sebelum zaman kerajaan dan raja,

before pottery and writing,

sebelum zaman gerabah dan tulisan,

before metal tools and weapons –

sebelum zaman logam dan senjata -

there was cheese.

ada keju.

As early as 8000 BCE,

Sejak awal 8000 SM,

the earliest Neolithic farmers living in the Fertile Crescent

petani Neolitik paling pertama yang tinggal di Bulan Sabit Subur

began a legacy of cheesemaking

mewariskan pembuatan keju

almost as old as civilization itself.

yang sama tuanya dengan peradaban itu sendiri.

The rise of agriculture led to domesticated sheep and goats,

Berkembangnya pertanian melahirkan kambing dan domba jinak,

which ancient farmers harvested for milk.

yang diambil susunya oleh para petani purba.

But when left in warm conditions for several hours,

Namun ketika dibiarkan pada kondisi hangat selama beberapa jam,

that fresh milk began to sour.

susu segar itu mulai asam.

Its lactic acids caused proteins to coagulate, binding into soft clumps.

Asam laktatnya menyebabkan protein terkoagulasi menjadi gumpalan lembut.

Upon discovering this strange transformation,

Setelah menemukan perubahan yang aneh ini,

the farmers drained the remaining liquid –

para petani menguras sisa cairannya -

later named whey –

yang kemudian disebut whey -

and found the yellowish globs could be eaten fresh as a soft, spreadable meal.

dan mendapati gumpalan kekuningan ini dapat dimakan sebagai olesan makanan.

These clumps, or curds, became the building blocks of cheese,

Gumpalan ini menjadi bahan dasar keju,

which would eventually be aged, pressed, ripened, and whizzed

yang akan disimpan lama, ditekan-tekan, dimasak, dan diturunkan

into a diverse cornucopia of dairy delights.

menjadi beragam produk olahan susu.

The discovery of cheese gave Neolithic people an enormous survival advantage.

Penemuan keju membuat orang-orang Neolitik bertahan hidup dengan baik.

Milk was rich with essential proteins, fats, and minerals.

Susu kaya akan protein penting, lemak, dan mineral.

But it also contained high quantities of lactose –

Namun susu juga mengandung laktosa dalam jumlah tinggi -

a sugar which is difficult to process for many ancient and modern stomachs.

yaitu gula yang sulit dicerna perut orang purba dan orang sekarang.

Cheese, however, could provide all of milk’s advantages with much less lactose.

Tapi, keju dapat memberikan semua kebaikan susu dengan lebih sedikit laktosa.

And since it could be preserved and stockpiled,

Dan karena keju dapat diawetkan dan dijadikan makanan cadangan,

these essential nutrients could be eaten

nutrisi penting ini dapat dimakan

throughout scarce famines and long winters.

sepanjang paceklik dan musim dingin yang panjang.

Some 7th millennium BCE pottery fragments found in Turkey

Beberapa pecahan gerabah milenium ke-7 SM yang ditemukan di Turki

still contain telltale residues of the cheese and butter they held.

masih terdapat tanda sisa keju dan mentega di dalamnya.

By the end of the Bronze Age,

Di akhir Zaman Perunggu,

cheese was a standard commodity in maritime trade

keju merupakan komoditas standar dalam perdagangan maritim

throughout the eastern Mediterranean.

di sepanjang Mediterania timur.

In the densely populated city-states of Mesopotamia,

Di ibu kota Mesopotamia yang padat penduduk ini,

cheese became a staple of culinary and religious life.

keju menjadi bahan pokok dalam kuliner dan upacara keagamaan.

Some of the earliest known writing

Beberapa karya tulisan paling awal

includes administrative records of cheese quotas,

mencatat soal kuota keju,

listing a variety of cheeses for different rituals and populations

yang menampilkan beragam jenis keju untuk ritual dan populasi yang berbeda

across Mesopotamia.

di seluruh Mesopotamia.

Records from nearby civilizations in Turkey also reference rennet.

Catatan dari peradaban di sekitar Turki juga menyebutkan soal rennet.

This animal byproduct, produced in the stomachs of certain mammals,

Produk sampingan dari hewan yang dibuat di dalam perut mamalia tertentu ini,

can accelerate and control coagulation.

dapat mempercepat dan mengendalikan koagulasi.

Eventually this sophisticated cheesemaking tool spread around the globe,

Akhirnya alat pembuatan keju modern ini menyebar ke seluruh dunia,

giving way to a wide variety of new, harder cheeses.

menghasilkan beragam jenis keju baru yang lebih keras.

And though some conservative food cultures rejected the dairy delicacy,

Dan meski budaya makanan lama menolak kelezatan produk susu,

many more embraced cheese, and quickly added their own local flavors.

semakin banyak yang menyukai keju dan menambah cita rasa lokal mereka sendiri.

Nomadic Mongolians used yaks’ milk to create hard, sundried wedges of Byaslag.

Bangsa Mongol nomaden menjemur susu yak untuk membuat Byaslag (keju) yang keras.

Egyptians enjoyed goats’ milk cottage cheese, straining the whey with reed mats.

Bangsa Mesir menyantap keju susu kambing, menyaring whey-nya dengan tikar buluh.

In South Asia, milk was coagulated with a variety of food acids,

Di Asia Selatan, susu dikoagulasikan dengan beragam asam dari makanan,

such as lemon juice, vinegar, or yogurt

seperti jus lemon, cuka, atau yoghurt

and then hung to dry into loafs of paneer.

dan digantung hingga kering menjadi paneer.

This soft mild cheese could be added to curries and sauces,

Keju lembut ini dapat ditambahkan pada kari dan saus,

or simply fried as a quick vegetarian dish.

atau digoreng sebagai makanan vegetarian yang mudah dibuat.

The Greeks produced bricks of salty brined feta cheese,

Bangsa Yunani membuat keju feta asin yang berbentuk bata,

alongside a harder variety similar to today’s pecorino romano.

beserta jenis yang lebih keras yang mirip keju pecorino saat ini.

This grating cheese was produced in Sicily

Keju parut ini dibuat di Sisilia

and used in dishes all across the Mediterranean.

dan digunakan pada masakan di seluruh Mediterania.

Under Roman rule, “dry cheese” or “caseus aridus,”

Di bawah kekuasaan bangsa Romawi, "keju kering" atau "caseus aridus",

became an essential ration

menjadi ransum penting

for the nearly 500,000 soldiers guarding the vast borders of the Roman Empire.

untuk hampir 500.000 prajurit penjaga perbatasan Kerajaan Romawi yang luas.

And when the Western Roman Empire collapsed,

Dan ketika Kerajaan Romawi Barat runtuh,

cheesemaking continued to evolve

pembuatan keju terus berkembang

in the manors that dotted the medieval European countryside.

di puri-puri yang menghiasi pedesaan Eropa abad pertengahan.

In the hundreds of Benedictine monasteries scattered across Europe,

Di biara-biara Benediktin yang tersebar di seluruh Eropa,

medieval monks experimented endlessly with different types of milk,

pendeta-pendeta era pertengahan terus bereksperimen dengan beragam jenis susu,

cheesemaking practices,

praktik pembuatan keju,

and aging processes that led to many of today’s popular cheeses.

dan proses penyimpanan yang menghasilkan keju-keju populer saat ini.

Parmesan, Roquefort, Munster and several Swiss types

Parmesan, Roquefort, Munster, dan beberapa jenis keju Swiss

were all refined and perfected by these cheesemaking clergymen.

semuanya diolah dan disempurnakan oleh para pendeta pembuat keju ini.

In the Alps, Swiss cheesemaking was particularly successful –

Di Alpen, pembuatan keju Swiss sangat sukses -

producing a myriad of cow’s milk cheeses.

memproduksi banyak sekali keju dari susu sapi.

By the end of the 14th century,

Di akhir abad ke-14,

Alpine cheese from the Gruyere region of Switzerland had become so profitable

keju Alpen dari wilayah Gruyere Swiss menjadi sangat menguntungkan

that a neighboring state invaded the Gruyere highlands

sampai-sampai negara tetangga menginvasi dataran tinggi Gruyere

to take control of the growing cheese trade.

untuk mengambil alih pertumbuhan perdagangan keju.

Cheese remained popular through the Renaissance,

Keju tetap populer selama masa Renaisans,

and the Industrial Revolution took production out of the monastery

dan Revolusi Industri mengalihkan produksi dari biara

and into machinery.

ke pabrik.

Today, the world produces roughly 22 billion kilograms of cheese a year,

Kini, seluruh dunia memproduksi sekitar 22 miliar kilogram keju dalam setahun,

shipped and consumed around the globe.

dikirim dan dikonsumsi di seluruh dunia.

But 10,000 years after its invention,

Tapi, 10.000 tahun setelah ditemukan,

local farms are still following in the footsteps of their Neolithic ancestors,

petani lokal masih mengikuti jejak leluhur dari era Neolitik,

hand crafting one of humanity’s oldest and favorite foods.

membuat makanan tertua dan favorit manusia dengan tangan.