The surprising origins of the word “lesbian” - Diane J. Rayor

Translator: Ryan Alfian Reviewer: Reno Kanti Riananda

More than 2,500 years ago,

Lebih dari 2.500 tahun yang lalu,

one of ancient Greece’s most celebrated popstars and erotic poets

salah satu bintang pop dan penyair erotis termasyhur dari Yunani kuno

enraptured listeners.

menawan hati pendengarnya.

In one legend, a prominent Athenian heard his nephew singing one of their songs

Menurut legenda, seorang tokoh penting di Athenia

mendengar keponakannya menyanyikan salah satu lagu tersebut,

and enjoyed it so much that he asked the boy to teach it to him—

dan sangat menikmatinya hingga meminta sang keponakan untuk mengajarinya—

“So that I may learn it and die,” he said.

“Agar aku dapat mempelajarinya sebelum mati,” ujarnya.

So, who was this revered figure?

Jadi, siapakah tokoh yang amat dikagumi ini?

Her name was Sappho.

Namanya adalah Sappho.

She lived on the Greek island of Lesbos around 600 BCE.

Dia tinggal di Pulau Lesbos, Yunani, sekitar tahun 600 SM.

Like other singer-songwriters of the time,

Seperti penyanyi dan pencipta lagu pada masanya,

she sang while playing the lyre,

dia bernyanyi sambil memainkan lira,

a stringed instrument from which the term “lyrics” is derived.

alat musik bersenar, yang menjadi asal-muasal dari istilah “lirik”.

But Sappho lyrics offered a uniquely intimate perspective

Namun, lirik Sappho memiliki perspektif unik dan intim

on love, passion, and longing.

tentang cinta, hasrat, dan kerinduan.

She’s the first on record to combine the words “bitter” and “sweet,” for instance,

Dia adalah orang pertama yang tercatat memadukan kata seperti “pahit” dan “manis”

to describe at once the thrills and devastations of romance.

untuk menggambarkan secara bersamaan keseruan dan penderitaan dari percintaan.

Sappho was an aristocrat thought to have married a man,

Sappho adalah seorang aristokrat yang diduga telah menikahi seorang pria,

though none of her surviving work mentions him.

meski tak satu pun karya Sappho menyinggung pria ini.

It does reference other family as well as festivals,

Namun, terdapat rujukan tentang pihak keluarga lain, festival,

colorful clothing, and growing old.

busana warna-warni, dan tentang menjadi tua.

But Sappho is best known for her lyrics about homoerotic desire for women.

Namun, Sappho terkenal karena liriknya tentang hasrat erotis ke sesama perempuan.

In one song, as her female companion departs tearfully, Sappho says,

Pada satu lagu, sedih ketika berpisah dengan teman perempuannya, Sappho berujar,

“let me remind you / ... the lovely times we shared.”

“Biarkan aku mengingatkanmu / ... pada waktu indah kita bersama.”

She describes flower garlands, perfumes, “and,” she says,

Dia menggambarkan tentang mahkota bunga, parfum, “dan,” dia berujar,

“on soft beds / ... you quenched your desire.”

“pada ranjang lembut / ... kau telah memuaskan hasratmu.”

In another, she describes a friend in a distant city,

Pada bagian lain, dia menjelaskan tentang seorang teman di kota yang jauh,

“Pacing far away, her gentle heart devoured by powerful desire,

“Berjalan menjauh, hatinya yang lembut dilahap oleh hasrat menggebu,

she remembers slender Atthis.”

dia teringat akan tubuh Atthis yang lampai.”

The word “Lesbian” means someone from Lesbos,

Kata “Lesbian” memiliki arti seseorang yang berasal dari Lesbos,

but, because of Sappho, it now also describes a woman who’s gay.

tetapi karena Sappho, Lesbian menjadi istilah untuk perempuan homoseksual.

In ancient Greece, the norm was for everyone to marry and have children.

Di masa Yunani kuno, setiap orang umumnya menikah dan mempunyai anak.

While men were usually permitted to have homosexual relationships

Meski laki-laki kadang diperbolehkan untuk memiliki hubungan homoseksual

based on their status, women weren’t.

karena perbedaan statusnya, tidak demikian halnya dengan perempuan.

But it appears that, on Lesbos at this time,

Namun, pada masa itu di Lesbos,

aristocratic women generally had more freedom.

wanita aristokrat umumnya lebih bebas.

Yet the details of Sappho’s life remain mysterious,

Namun, detail kehidupan Sappho tetap menjadi misteri,

partially because only fragments of her poetry survive.

karena hanya penggalan puisinya yang bertahan.

In ancient times, however, so much of it persisted

Di masa lampau, puisi-puisinya terus bertahan

that it seemed it would last forever.

sehingga tampaknya akan abadi.

Admirers performed Sappho cover songs and committed her poetry

Pengagum Sappho telah menyanyikan lagu dan mengabadikan puisi Sappho

to papyrus, parchment, and pottery.

di atas papirus, perkamen, dan gerabah.

Three centuries after Sappho’s death,

Tiga abad setelah kematian Sappho,

a Greek author declared that her words would endure

penulis Yunani menyatakan tulisan Sappho akan terus ada

“as long as ships sail from the Nile.”

“selama perahu masih berlayar di Sungai Nil.”

Another century later,

Satu abad kemudian,

the Library of Alexandria housed nine scrolls of her work,

Perpustakaan Iskandariyah menyimpan sembilan gulungan karya Sappho,

numbering over 10,000 lines.

yang berisi lebih dari 10.000 baris.

But natural forces eroded the collection.

Namun, bencana alam mengikis koleksi ini.

And monks, tasked with preserving ancient writing,

Dan biarawan yang ditugaskan untuk memelihara tulisan kuno,

likely neglected or destroyed her work.

mungkin mengabaikan atau menghancurkan karya Sappho.

One 2nd century Christian leader called Sappho

Salah satu pemimpin Nasrani abad ke-2 menyebut Sappho sebagai

“a whore who sang about her own licentiousness.”

“pelacur yang bernyanyi tentang kerendahan moral dirinya sendiri”.

Later, a Pope and Archbishop ordered her poetry burned.

Setelah itu, Paus dan Uskup Agung memerintahkan untuk membakar puisi Sappho.

Almost all of it had vanished by the Middle Ages.

Hampir semuanya telah musnah pada Abad Pertengahan.

Then, about a century ago,

Lalu, sekitar seabad lalu,

people began rediscovering Sappho’s poetry—

masyarakat mulai menemukan kembali puisi Sappho—

in locations like an ancient Egyptian garbage dump.

di lokasi seperti tempat pembuangan sampah Mesir kuno.

Now, we have around 700 lines,

Sekarang, kita mempunyai sekitar 700 baris,

representing less than 10% of Sappho’s total known work.

mewakili kurang dari 10% dari karya Sappho yang diketahui.

We only have one complete poem of hers.

Kita hanya memiliki satu puisi utuh dari karya Sappho.

About a dozen others are substantial, but most are mere fragments.

Sekitar puluhan lainnya substansial, tetapi kebanyakan hanya berupa penggalan.

New pieces of Sappho’s songs probably will be found.

Bagian baru dari lagu Sappho mungkin akan ditemukan.

Some may already be sitting in museum archives,

Beberapa mungkin telah ada di arsip museum,

to be revealed when technology allows scholars

yang akan terungkap ketika teknologi telah memungkinkan peneliti

to read through scrolls too fragile to unroll.

membaca gulungan yang terlalu rapuh untuk dibuka.

What we are currently left with is an incomplete record—

Yang kita miliki sekarang adalah catatan yang tidak lengkap—

and many historical rumors.

dan banyak rumor sejarah.

Ovid insisted that Sappho fell in love with a ferryman

Ovid bersikeras Sappho jatuh cinta dengan seorang pengusaha kapal feri,

and, upon being rejected, leapt from a cliff to her death.

dan setelah cintanya ditolak, ia bunuh diri dengan melompat dari tebing.

Another tale asserts that she ran a girls’ school

Kisah lain menyebutkan bahwa Sappho mengelola sekolah putri,

and those mentioned in her poems were merely students

dan orang-orang yang disebut dalam puisinya adalah para murid

for whom she felt platonic affection.

yang menyayanginya secara platonik.

Current consensus is that these stories,

Konsensus saat ini, kisah-kisah tersebut,

which ridicule Sappho or deny her work’s homoeroticism,

yang memperolok atau menyangkal karya erotis sesama jenis Sappho,

are probably all untrue artifacts of misogyny and homophobia.

mungkin adalah artefak yang keliru tentang misogini dan homofobia.

Despite the distortions of the intervening millennia,

Meskipun terdapat distorsi dengan intervensi ribuan tahun,

Sappho’s words reach across time and resonate today.

perkataan Sappho telah melintasi waktu dan digaungkan hingga saat ini.

More than 2,000 years ago, she wrote:

Lebih dari 2.000 tahun lalu, dia menulis:

“I say someone in another time will remember us”

“Menurutku ada orang di waktu lain yang akan mengingat kita”

And, thankfully, we do.

Dan sekarang kita mengingatnya.