How Do Pain Relievers Work? - George Zaidan

Translator: Ido Dekkers Reviewer: Ariana Bleau Lugo

Translator: Issyatul Mardiah Reviewer: Deera Army Pramana

Misalkan kamu ada di pantai, dan matamu kemasukan pasir.

Say you're at the beach, and you get sand in your eyes.

How do you know the sand is there?

Bagaimana kamu tahu ada pasir di sana?

You obviously can't see it, but if you are a normal, healthy human,

Jelas kamu tak bisa melihatnya, tapi jika kamu normal dan sehat,

kamu bisa merasakannya,

you can feel it,

that sensation of extreme discomfort, also known as pain.

sensasi tak nyaman yang ekstrim itu, dikenal juga sebagai nyeri.

Now, pain makes you do something,

Rasa nyeri memicu kamu untuk bertindak,

in this case, rinse your eyes until the sand is gone.

dalam hal ini, membilas matamu sampai pasir hilang.

Dan apa tandanya pasir sudah hilang?

And how do you know the sand is gone?

Exactly. Because there's no more pain.

Tepat. Saat sudah tak lagi terasa sakit.

There are people who don't feel pain.

Ada orang yang tidak bisa merasakan sakit.

Now, that might sound cool, but it's not.

Ini kedengarannya keren, tapi justru tidak.

If you can't feel pain, you could get hurt, or even hurt yourself

Jika tak bisa merasakan sakit, saat kamu terluka, sengaja ataupun tidak,

kamu tak akan menyadarinya.

and never know it.

Pain is your body's early warning system.

Sakit adalah sistem peringatan dini tubuhmu.

It protects you from the world around you, and from yourself.

Rasa sakit melindungimu dari lingkunganmu dan dari diri sendiri

Selagi tumbuh, kita memasang detektor rasa sakit di sebagian besar tubuh kita.

As we grow, we install pain detectors in most areas of our body.

These detectors are specialized nerve cells

Detektor-detektor tersebut adalah sel-sel saraf khusus

called nociceptors

yang disebut nosiseptor

that stretch from your spinal cord to your skin, your muscles, your joints,

yang tersebar mulai dari sumsum tulang belakang sampai kulitmu, otot, sendi,

your teeth and some of your internal organs.

gigi dan beberapa organ dalam tubuhmu.

Just like all nerve cells, they conduct electrical signals,

Seperti semua sel saraf, mereka mengalirkan sinyal listrik,

sending information from wherever they're located back to your brain.

mengirimkan informasi dari manapun mereka berada kembali ke otakmu.

But, unlike other nerve cells,

Tapi, tidak seperti sel-sel saraf lainnya,

nociceptors only fire if something happens that could cause

nosiseptor hanya aktif jika suatu kejadian berpotensi menimbulkan

atau tengah menimbulkan kerusakan.

or is causing damage.

So, gently touch the tip of a needle.

Coba sentuh ujung jarum dengan lembut.

kamu dapat merasakan logamnya, berkat sel-sel saraf yang biasa.

You'll feel the metal, and those are your regular nerve cells.

Tetapi kamu tidak akan merasa sakit.

But you won't feel any pain.

Now, the harder you push against the needle,

Jika kamu dorong jarumnya semakin keras,

the closer you get to the nociceptor threshold.

maka kamu semakin dekat ke ambang nosiseptor.

Push hard enough, and you'll cross that threshold

Dorong lebih keras lagi, maka kamu akan melampaui ambang itu

and the nociceptors fire,

dan nosiseptor jadi aktif,

telling your body to stop doing whatever you're doing.

menyuruh tubuhmu untuk menghentikan yang sedang kamu lakukan.

But the pain threshold isn't set in stone.

Tapi ambang nyeri tidak disetel dengan mutlak.

Beberapa zat kimia bisa mengatur nosiseptor, menurunkan ambang rasa sakit.

Certain chemicals can tune nociceptors, lowering their threshold for pain.

When cells are damaged, they and other nearby cells

Ketika sel-sel dirusak, mereka dan sel terdekat lainnya

memproduksi zat kimia pengatur ini dengan gencar,

start producing these tuning chemicals like crazy,

menurunkan ambang batas nosiseptor ke suatu titik sehingga

lowering the nociceptors' threshold to the point

where just touch can cause pain.

sentuhan biasa menyebabkan rasa sakit

Inilah awal munculnya obat pereda nyeri yang dijual bebas.

And this is where over-the-counter painkillers come in.

Aspirin and ibuprofen

Aspirin dan ibuprofen

block production of one class of these tuning chemicals,

menghambat produksi salah satu kelompok zat kimia pengatur itu,

called prostaglandins.

yang disebut prostaglandin.

Mari kita pelajari bagaimana mekanismenya.

Let's take a look at how they do that.

When cells are damaged, they release a chemical called arachidonic acid.

Ketika sel-sel rusak, mereka melepaskan bahan kimia yang disebut asam arakidonat.

And two enzymes called COX-1 and COX-2

Dan dua enzim yang disebut COX-1 dan COX-2

convert this arachidonic acid into prostaglandin H2,

mengubah asam arakidonat ini menjadi prostaglandin H2,

which is then converted into a bunch of other chemicals

yang kemudian diubah menjadi sekelompok bahan kimia lain

that do a bunch of things,

yang melakukan banyak hal,

including raise your body temperature, cause inflammation

termasuk meningkatkan suhu tubuhmu, menyebabkan peradangan,

and lower the pain threshold.

dan menurunkan ambang nyeri.

Ingatlah, semua enzim memiliki sisi aktif.

Now, all enzymes have an active site.

That's the place in the enzyme where the reaction happens.

Yaitu tempat pada enzim di mana reaksi terjadi.

The active sites of COX-1 and COX-2

Sisi aktif pada COX-1 dan COX-2

fit arachidonic acid very cozily.

sangat cocok dengan asam arakidonat.

As you can see, there is no room to spare.

Lihat saja, tidak ada ruang tersisa.

Di sisi aktif inilah aspirin dan ibuprofen melakukan perannya.

Now, it's in this active site that aspirin and ibuprofen do their work.

So, they work differently.

Cara kerja keduanya berbeda.

Aspirin acts like a spine from a porcupine.

Aspirin bertindak seperti duri-duri landak.

It enters the active site and then breaks off,

Ia memasuki sisi aktif lalu patah,

meninggalkan setengah bagian di sana,

leaving half of itself in there,

totally blocking that channel and making it impossible

sepenuhnya memblokir saluran, sehingga mustahil

for the arachidonic acid to fit.

asam arakidonat bisa menempel.

This permanently deactivates COX-1 and COX-2.

Proses ini secara permanen menonaktifkan COX-1 dan COX-2.

Ibuprofen, di sisi lain,

Ibuprofen, on the other hand,

enters the active site,

memasuki sisi aktif,

but doesn't break apart or change the enzyme.

tapi tidak pecah ataupun mengubah enzim.

COX-1 and COX-2 are free to spit it out again,

COX-1 dan COX-2 bebas untuk keluar lagi,

but for the time that that ibuprofen is in there,

tapi ketika ibuprofen ada di sana,

the enzyme can't bind arachidonic acid, and can't do its normal chemistry.

enzim tak dapat mengikat asam arakidonat, dan tak bisa melanjutkan reaksi kimianya.

Tapi bagaimana aspirin dan ibuprofen tahu lokasi rasa sakit?

But how do aspirin and ibuprofen know where the pain is?

Well, they don't.

Yah, mereka tidak tahu.

Once the drugs are in your bloodstream,

Setelah obat ada dalam aliran darahmu,

they are carried throughout your body,

mereka terbawa ke seluruh tubuhmu,

and they go to painful areas just the same as normal ones.

dan mereka menjangkau baik daerah yang sakit maupun yang normal.

Jadi begitulah aspirin dan ibuprofen bekerja.

So that's how aspirin and ibuprofen work.

But there are other dimensions to pain.

Tetapi ada dimensi lain untuk rasa sakit.

Neuropathic pain, for example,

nyeri neuropatik, misalnya,

adalah rasa sakit yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf itu sendiri;

is pain caused by damage to our nervous system itself;

there doesn't need to be any sort of outside stimulus.

tidak melibatkan adanya stimulus luar apapun.

And scientists are discovering that the brain controls

Dan ilmuwan menemukan bahwa otak mengendalikan

bagaimana kita menanggapi sinyal rasa sakit.

how we respond to pain signals.

Misalnya, seberapa sakit yang dirasa dapat bergantung pada

For example, how much pain you feel can depend on

whether you're paying attention to the pain, or even your mood.

perhatian kamu terhadap rasa sakit itu, atau bahkan suasana hatimu.

Nyeri masih merupakan area penelitian aktif.

Pain is an area of active research.

If we can understand it better, maybe we can help people manage it better.

Jika kita memahaminya dengan lebih baik,

kita akan mengatasinya dengan lebih baik.