The “myth” of the boiling frog

Translator: Reviewer: Maria Nainggolan

Two frogs are minding their own business in the swamp when WHAM—

Dua katak sedang melakukan kegiatan mereka di rawa ketika HAP—

they’re kidnapped.

mereka diculik.

They come to in a kitchen, captives of a menacing chef.

Mereka datang ke dapur, menjadi tahanan seorang koki.

He boils up a pot of water and lobs one of the frogs in.

Dia mendidihkan air dan memasukkan satu katak ke dalamnya.

But it’s having none of this.

Tetapi itu tidak ada artinya.

The second its toes hit the scalding water it jumps right out the window.

Saat jarinya terkena air panas, dia melompat ke jendela.

The chef refills the pot, but this time he doesn’t turn on the heat.

Koki tersebut mengisi ulang panci, namun tidak memanaskannya.

He plops the second frog in, and this frog’s okay with that.

Dia memasukkan katak kedua, dan katak tersebut baik-baik saja.

The chef turns the heat on, very low, and the temperature of water slowly rises.

Koki tersebut mulai memanaskan air, sangat kecil, dan suhu air perlahan naik.

So slowly that the frog doesn’t notice.

Naik dengan perlahan, bahkan katak tidak menyadarinya.

In fact, it basks in the balmy water.

Faktanya, katak tersebut berada di air yang nyaman.

Only when the surface begins to bubble does the frog realize: it’s toast.

Ketika permukaan mulai bergelembung, barulah katak menyadarinya: ia terbakar.

What’s funny about this parable is that it’s not scientifically true... for frogs.

Yang lucu tentang perumpamaan ini ialah ini tidak benar secara ilmiah untuk katak.

In reality, a frog will detect slowly heating water and leap to safety.

Nyatanya, katak perlahan akan merasakan air yang memanas dan mengamankan diri.

Humans, on the other hand, are a different story.

Di sisi lain, manusia memiliki cerita yang berbeda.

We’re perfectly happy to sit in the pot and slowly turn up the heat,

Kita sangatlah senang untuk duduk di panci dan perlahan menyalakan panas,

all the while insisting it isn’t our hand on the dial,

sambil menyakinkan bahwa itu bukan perbuatan kita,

arguing about whether we can trust thermometers,

berdebat apakah kita bisa mempercayai termometer,

and questioning— even if they’re right, does it matter?

dan bertanya— bahkan jika mereka benar, apakah itu penting?

It does.

Ya, itu penting.

Since 1850, global average temperatures have risen by 1 degree Celsius.

Sejak 1850, suhu rata-rata global telah naik 1 derajat Celcius.

That may not sound like a lot, but it is.

Memang terkesan sedikit, tetapi itu banyak.

Why? 1 degree is an average.

Mengapa? 1 derajat adalah rata-ratanya.

Many places have already gotten much warmer than that.

Banyak tempat yang telah menjadi lebih panas daripada itu.

Some places in the Arctic have already warmed 4 degrees.

Beberapa tempat di Arktik telah menghangat 4 derajat.

If global average temperatures increase 1 more degree,

Jika suhu rata-rata global naik 1 derajat lagi,

the coldest nights in the Arctic might get 10 degrees warmer.

malam terdingin di Arktik mungkin menjadi 10 derajat lebih hangat.

The warmest days in Mumbai might get 5 degrees hotter.

Hari terpanas di Mumbai mungkin menjadi 5 derajat lebih panas.

So how did we get here?

Bagaimana bisa jadi begini?

Almost everything that makes modern life possible relies on fossil fuels:

Hampir semua yang berperan di kehidupan bergantung pada bahan bakar fosil:

coal, oil, and gas full of carbon from ancient organic matter.

batu bara, minyak, dan gas karbon berasal dari bahan fosil.

When we burn fossil fuels,

Ketika membakar bahan bakar fosil,

we release carbon dioxide that builds up in our atmosphere,

dihasilkanlah karbon dioksida yang memenuhi atmosfer,

where it remains for hundreds or even thousands of years,

di mana ia tinggal selama ratusan bahkan ribuan tahun,

letting heat in, but not out.

membuat panas masuk, tetapi tidak keluar.

The heat comes from sunlight, which passes through the atmosphere to Earth,

Panas berasal dari cahaya matahari, yang lewat melalui atmosfer ke Bumi,

where it gets absorbed and warms everything up.

di mana ia akan diserap dan memanaskan semuanya.

Warm objects emit infrared radiation, which should pass back out into space,

Benda hangat memancarkan radiasi infrared, yang harusnya kembali ke udara,

because most atmospheric gases don’t absorb it.

karena kebanyakan dari gas-gas di atmoser tidak menyerapnya.

But greenhouse gases— carbon dioxide and methane—

Tetapi, gas rumah kaca— karbon dioksida dan metana—

do absorb infrared wavelengths.

menyerap gelombang inframerah.

So when we add more of those gases to the atmosphere,

Jadi, ketika kita menambahkan gas-gas terssebut ke atmosfer,

less heat makes it back out to space, and our planet warms up.

lebih sedikit panas yang kembali ke udara, dan planet kita akan memanas.

If we keep emitting greenhouse gases at our current pace,

Jika kita tetap menghasilkan gas rumah kaca dengan kecepatan saat ini,

scientists predict temperatures will rise 4 degrees

para ilmuwan memprediksi suhu akan naik 4 derajat

from their pre-industrial levels by 2100.

dari tingkat pra-industri pada tahun 2100.

They’ve identified 1.5 degrees of warming—

Mereka telah mengidentifikasi 1.5 derajat pemanasan—

global averages half a degree warmer than today’s—

rata-rata global setengah derajat lebih panas dari sekarang—

as a threshold beyond which the negative impacts of climate change

sebagai ambang batas yang berdampak negatif bagi perubahan iklim

will become increasingly severe.

akan menjadi semakin parah.

To keep from crossing that threshold,

Agar tidak melewati ambang batas tersebut,

we need to get our greenhouse gas emissions down to zero

kita harus menurunkan emisi gas rumah kaca hingga nol

as fast as possible.

secepat mungkin.

Or rather, we have to get emissions down to what's called net zero,

Atau, kita harus membuat emisi turun sampai dengan yang disebut nol-bersih,

meaning we may still be putting some greenhouse gases into the atmosphere,

yang berarti gas rumah kaca masih bisa berada di atmosfer,

but we take out as much as we put in.

tetapi kita harus membuang sebanyak yang kita taruh.

This doesn’t mean we can just keep emitting and sequester all that carbon—

Ini bukan berarti kita dapat tetap menghasilkan dan mengambil semua karbon–

we couldn’t keep up with our emissions through natural methods,

kita tidak bisa menjaga emisi tersebut melalui metode alami,

and technological solutions would be prohibitively expensive

dan penggunaan teknologi sebagai solusi sangatlah mahal

and require huge amounts of permanent storage.

dan membutuhkan jumlah penyimpanan permanen yang besar.

Instead, while we switch from coal, oil, and natural gas

Daripada itu, saat kita beralih dari batu bara, minyak, dan gas alam

to clean energy and fuels, which will take time,

ke energi dan bahan bakar bersih, yang mana akan membutuhkan waktu,

we can mitigate the damage by removing carbon from the atmosphere.

kita dapat mengurangi kerusakan dengan mengeluarkan karbon dari atmosfer.

Jumping out of the proverbial pot isn’t an option,

Keluar dari perumpaan panci tersebut bukanlah sebuah pilihan,

but we can do something the frogs can’t:

tetapi kita bisa melakukan apa yang katak tidak bisa lakukan:

reach over, and turn down the heat.

mencapainya, dan mematikan panasnya.