Islamophobia killed my brother. Let's end the hate | Suzanne Barakat

Translator: Mutiasani Dianmarti Kusuma Reviewer: Gita Arimanda

Last year,

Tahun lalu,

three of my family members were gruesomely murdered

tiga anggota keluarga saya dibunuh secara brutal

in a hate crime.

dalam kejahatan berbasis SARA.

It goes without saying that it's really difficult

Sangat berat bagi saya

for me to be here today,

untuk berdiri di atas panggung ini,

but my brother Deah,

namun demi adik saya Deah,

his wife Yusor,

istrinya Yusor,

and her sister Razan

dan adiknya Razan

don't give me much of a choice.

saya tidak punya pilihan lain.

I'm hopeful that by the end of this talk you will make a choice,

Saya berharap setelah ini Anda dapat membuat sebuah pilihan,

and join me in standing up against hate.

dan bergabung bersama saya melawan kebencian.

It's December 27, 2014:

Tanggal 27 Desember 2014:

the morning of my brother's wedding day.

Pagi hari pernikahan adik saya.

He asks me to come over and comb his hair

Ia meminta saya untuk menyisir rambutnya

in preparation for his wedding photo shoot.

untuk persiapan mengambil foto pernikahan.

A 23-year-old, six-foot-three basketball, particularly Steph Curry, fanatic --

Pemuda berusia 23 tahun, tinggi 1,9 meter, penggemar berat Steph Curry --

(Laughter)

(Tertawa)

An American kid in dental school ready to take on the world.

Seorang calon dokter gigi Amerika yang siap mengabdi pada dunia.

When Deah and Yusor have their first dance,

Saat Deah dan Yusor berdansa untuk pertama kalinya,

I see the love in his eyes,

saya melihat cinta terpancar dari matanya,

her reciprocated joy,

kebahagiaan Yusor,

and my emotions begin to overwhelm me.

saya merasakan kebahagiaan yang tidak terkira ketika itu.

I move to the back of the hall and burst into tears.

Saya berjalan ke belakang aula, menangis terharu.

And the second the song finishes playing,

Saat lagu kedua selesai diputar,

Deah menghampiri saya,

he beelines towards me,

buries me into his arms

lalu memeluk

dan mengayun-ayun saya.

and rocks me back and forth.

Even in that moment,

Bahkan pada saat itu,

when everything was so distracting,

di tengah hiruk pikuk suasana,

he was attuned to me.

Deah memperhatikan saya.

He cups my face and says,

Ia memegang wajah saya dan berkata,

"Suzanne,

"Suzanne,

I am who I am because of you.

aku bisa menjadi diriku yang sekarang karenamu.

Terima kasih untuk segalanya.

Thank you for everything.

I love you."

Aku sayang padamu."

About a month later, I'm back home in North Carolina for a short visit,

Sebulan kemudian, saya berkunjung sebentar ke North Carolina,

and on the last evening, I run upstairs to Deah's room,

dan pada malam terakhir di rumah, saya naik ke atas, ke kamar Deah,

eager to find out how he's feeling being a newly married man.

penasaran ingin tahu perasaannya sebagai pengantin baru.

With a big boyish smile he says,

Sambil tersenyum lebar Deah berkata,

"Aku sangat bahagia. Aku mencintainya. Dia gadis luar biasa."

"I'm so happy. I love her. She's an amazing girl."

And she is.

Saya setuju dengannya.

At just 21, she'd recently been accepted to join Deah

Di usianya yang masih 21 tahun, Yusor diterima

at UNC dental school.

di jurusan yang sama dengan Deah: Kedokteran Gigi di UNC.

She shared his love for basketball, and at her urging,

Dia juga menyukai permainan basket, dan bahkan meminta Deah

they started their honeymoon off attending their favorite team of the NBA,

untuk mengawali bulan madu mereka dengan menonton tim NBA favorit mereka

the LA Lakers.

LA Lakers.

I mean, check out that form.

Coba lihat saja gayanya.

(Laughter)

(Tertawa)

Saya tidak akan pernah melupakan momen ketika saya duduk dengan Deah,

I'll never forget that moment sitting there with him --

how free he was in his happiness.

menyaksikan betapa dia sungguh bahagia.

My littler brother, a basketball-obsessed kid,

Adik saya, si penggemar berat basket,

had become and transformed into an accomplished young man.

sekarang sudah menjadi pria muda yang hebat.

He was at the top of his dental school class,

Nomor satu di kelasnya,

and alongside Yusor and Razan,

dan bersama Yusor dan Razan,

was involved in local and international community service projects

dia aktif dalam berbagai kegiatan sosial baik lokal maupun internasional.

dedicated to the homeless and refugees,

yang ditujukan untuk tuna wisma dan pengungsi,

including a dental relief trip they were planning

termasuk bakti sosial kedokteran gigi yang mereka rencakan

for Syrian refugees in Turkey.

untuk pengungsi Suriah di Turki.

Razan, at just 19,

Razan yang masih berusia 19 tahun,

used her creativity as an architectural engineering student

memanfaatkan keahliannya di bidang arsitektur

to serve those around her,

untuk membantu di lingkungannya,

making care packages for the local homeless,

antara lain dengan mendesain paket bantuan untuk tuna wisma.

among other projects.

That is who they were.

Begitulah mereka.

Standing there that night,

Malam itu,

I take a deep breath and look at Deah and tell him,

saya menarik napas panjang, menatap Deah dan berkata,

"I have never been more proud of you than I am in this moment."

"Aku sangat bangga padamu."

He pulls me into his tall frame,

Deah memeluk saya,

dan mengucapkan selamat tidur,

hugs me goodnight,

and I leave the next morning without waking him

dan keesokan harinya saya pergi tanpa membangunkannya

to go back to San Francisco.

untuk kembali ke San Francisco.

That is the last time I ever hug him.

Ternyata itu adalah kali terakhir saya memeluknya.

Ten days later, I'm on call at San Francisco General Hospital

Sepuluh hari kemudian, saya sedang bekerja di RS Umum San Francisco

when I receive a barrage of vague text messages expressing condolences.

ketika saya menerima banyak sekali SMS aneh berisi ucapan belasungkawa.

Confused, I call my father, who calmly intones,

Saya bingung, lalu saya menelepon Ayah saya,

yang dengan tenang berkata,

"There's been a shooting in Deah's neighborhood in Chapel Hill.

"Ada penembakan di perumahan Deah di Chapel Hill.

It's on lock-down. That's all we know."

Sekarang masih dibarikade. Hanya itu yang kita tahu."

I hang up and quickly Google, "shooting in Chapel Hill."

Seusai menelpon, saya langsung meng-google "Penembakan di Chapel Hill."

One hit comes up.

Sebuah artikel muncul.

Quote:

Di situ tertulis:

"Three people were shot in the back of the head

"Tiga orang tertembak di belakang kepala

and confirmed dead on the scene."

dan dipastikan meninggal seketika di TKP."

Something in me just knows.

Saat itu juga saya tahu.

I fling out of my chair and faint onto the gritty hospital floor,

Saya jatuh terjerembab ke lantai rumah sakit,

wailing.

menangis meraung-raung.

I take the first red-eye out of San Francisco,

Saya naik penerbangan pertama dari San Franciso,

numb and disoriented.

lemas dan kehilangan fokus.

I walk into my childhood home and faint into my parents' arms,

Saya berjalan ke dalam rumah dan jatuh ke pelukan kedua orang tua saya,

sobbing.

terisak-isak.

I then run up to Deah's room as I did so many times before,

Saya lalu berlari ke kamar Deah seperti biasanya,

just looking for him,

mencoba menemukan sosoknya,

only to find a void that will never be filled.

dan hanya menemukan kekosongan yang takkan pernah tergantikan.

Investigation and autopsy reports eventually revealed

Hasil investigasi dan laporan otopsi

menjabarkan kronologi kejadian hari itu.

the sequence of events.

Deah had just gotten off the bus from class,

Deah baru saja turun bus dari kampus,

Razan was visiting for dinner,

sementara Razan sedang berkunjung untuk makan malam

already at home with Yusor.

bersama Yusor di rumah.

As they began to eat, they heard a knock on the door.

Saat santap malam dimulai, terdengar suara pintu diketuk.

When Deah opened it,

Ketika Deah membuka pintu,

their neighbor proceeded to fire multiple shots at him.

seorang tetangga pria langsung menembak membabi buta ke arahnya.

According to 911 calls,

Berdasarkan rekaman telepon 911,

the girls were heard screaming.

Razan dan Yusor terdengar berteriak.

The man turned towards the kitchen and fired a single shot into Yusor's hip,

Penembak berjalan ke arah dapur dan menembak Yusor di panggul,

membuatnya tak dapat bergerak.

immobilizing her.

He then approached her from behind,

Dari belakang ia mendekati Yusor

pressed the barrel of his gun against her head,

menempelkan senjatanya ke kepala Yusor,

and with a single bullet, lacerated her midbrain.

dan dengan satu peluru, menembus otak Yusor.

He then turned towards Razan, who was screaming for her life,

Ia lalu berjalan ke arah Razan, yang berteriak minta ampun,

and, execution-style, with a single bullet

dan layaknya mengeksekusi mati, menembakkan satu peluru

to the back of the head,

ke bagian belakang kepala,

killed her.

menembak mati Razan.

On his way out,

Sambil berjalan keluar,

he shot Deah one last time -- a bullet in the mouth --

ia menembak Deah sekali lagi,

dengan sebuah peluru di mulut.

for a total of eight bullets:

Total ada 8 peluru:

two lodged in the head,

2 di kepala

two in his chest

2 di dada

and the rest in his extremities.

dan sisanya di kaki dan tangannya.

Deah, Yusor and Razan were executed

Deah, Yusor, dan Razan dibunuh

in a place that was meant to be safe: their home.

di tempat yang harusnya aman:

rumah mereka sendiri.

For months, this man had been harassing them:

Sudah berbulan-bulan pria ini mengganggu mereka:

knocking on their door,

mengetuk pintu rumah,

brandishing his gun on a couple of occasions.

mengacungkan pistolnya beberapa kali.

His Facebook was cluttered with anti-religion posts.

Akun Facebooknya penuh dengan posting berbau anti agama.

Yusor benar-benar merasa terganggu oleh pria ini.

Yusor felt particularly threatened by him.

As she was moving in,

Ketika Yusor pindah ke situ,

he told Yusor and her mom that he didn't like the way they looked.

pria ini mengungkapkan ketidaksukaannya akan penampilan Yusor dan ibunya.

In response, Yusor's mom told her to be kind to her neighbor,

Tapi ibu Yusor meminta Yusor untuk tetap ramah pada pria itu,

that as he got to know them,

karena lama-kelamaan,

he'd see them for who they were.

pria tersebut akan mengenal mereka lebih baik.

I guess we've all become so numb to the hatred

Mungkin kita sudah mati rasa akan kebencian,

that we couldn't have ever imagined it turning into fatal violence.

hingga kita tidak menyangka kebencian bisa berubah menjadi kekerasan yang mematikan.

The man who murdered my brother turned himself in to the police

Pria itu menyerahkan diri ke polisi

tak lama setelah pembunuhan itu,

shortly after the murders,

saying he killed three kids,

ia mengaku telah membunuh tiga orang,

execution-style,

dengan cara eksekusi mati,

over a parking dispute.

karena permasalahan parkir.

The police issued a premature public statement that morning,

Pagi itu polisi mengeluarkan pernyataan prematur,

echoing his claims without bothering to question it

yang isinya sama dengan pengakuan pria itu,

or further investigate.

tanpa interogasi atapun pemeriksaan lebih lanjut.

It turns out there was no parking dispute.

Padahal ternyata tidak ada permasalahan parkir.

There was no argument.

Tidak ada pelanggaran.

No violation.

Tidak ada kekerasan.

But the damage was already done.

Tapi sudah terlambat.

In a 24-hour media cycle,

Dalam waktu 24 jam, kasus ini sudah dilaporkan

the words "parking dispute" had already become the go-to sound bite.

oleh media sebagai "permasalahan parkir."

I sit on my brother's bed and remember his words,

Saya duduk di tempat tidur Deah dan teringat kata-katanya,

the words he gave me so freely and with so much love,

kata-kata yang terlontar begitu saja dengan penuh kasih sayang,

"I am who I am because of you."

"Aku bisa menjadi diriku yang sekarang karenamu."

That's what it takes for me to climb through my crippling grief

Itulah yang memberi saya kekuatan untuk bangkit dari kesedihan

and speak out.

dan berbicara.

Saya tidak akan membiarkan berita kematian keluarga saya dikecilkan

I cannot let my family's deaths be diminished to a segment

that is barely discussed on local news.

ke segmen berita yang bahkan tidak dibahas oleh media lokal.

They were murdered by their neighbor because of their faith,

Mereka dibunuh oleh tetangga mereka karena agama mereka,

because of a piece of cloth they chose to don on their heads,

karena selembar kain yang mereka kenakan di atas kepala,

because they were visibly Muslim.

karena mereka jelas-jelas tampak sebagai Muslim.

Some of the rage I felt at the time

Di antaranya yang membuat saya begitu marah ketika itu

was that if roles were reversed,

adalah seandainya kami bertukar tempat,

and an Arab, Muslim or Muslim-appearing person

seandainya seorang Arab, Muslim, atau orang yang tampak seperti Muslim

had killed three white American college students execution-style,

membunuh tiga mahasiswa kulit putih Amerika dengan brutal,

in their home,

di rumah mereka sendiri,

what would we have called it?

kita sebut apa?

A terrorist attack.

Serangan teroris.

When white men commit acts of violence in the US,

Tapi saat orang kulit putih melakukan kekerasan di Amerika,

they're lone wolves,

mereka bekerja sendiri,

mentally ill

sakit jiwa,

or driven by a parking dispute.

atau lepas kendali karena permasalahan parkir.

I know that I have to give my family voice,

Saya tahu saya harus berbicara untuk keluarga saya,

and I do the only thing I know how:

saya melakukan cara satu-satunya yang saya tahu:

I send a Facebook message to everyone I know in media.

saya mengirim pesan Facebook ke semua orang yang saya kenal

dan bekerja di media massa.

A couple of hours later,

Beberapa jam kemudian,

in the midst of a chaotic house overflowing with friends and family,

ketika rumah kami ramai didatangi saudara dan teman,

our neighbor Neal comes over, sits down next to my parents

tetangga kami Neal menghampiri orang tua saya dan duduk di sebelah mereka

and asks, "What can I do?"

dan bertanya, "Apa yang bisa saya bantu?"

Neal had over two decades of experience in journalism,

Neal adalah jurnalis dengan pengalaman lebih dari 20 tahun,

but he makes it clear that he's not there in his capacity as journalist,

namun ia tidak bertanya dalam kapasitasnya sebagai wartawan,

but as a neighbor who wants to help.

melainkan sebagai tetangga yang ingin menolong.

I ask him what he thinks we should do,

Saya meminta pendapatnya

given the bombardment of local media interview requests.

mengenai banyaknya permintaan wawancara dari media lokal.

He offers to set up a press conference at a local community center.

Ia menawarkan diri untuk menggelar konferensi pers

di gedung serbaguna setempat.

Even now I don't have the words to thank him.

Saya tak tahu bagaimana saya bisa berterima kasih padanya.

"Just tell me when, and I'll have all the news channels present," he said.

"Tentukan waktunya, dan aku akan mengundang semua stasiun berita," katanya.

He did for us what we could not do for ourselves

Neal membantu kami melakukan sesuatu yang tidak bisa kami lakukan sendiri

in a moment of devastation.

di saat sulit.

I delivered the press statement,

Saya memberi pernyataan pers,

still wearing scrubs from the previous night.

masih memakai baju operasi malam sebelumnya.

And in under 24 hours from the murders,

Dan dalam 24 jam sejak pembunuhan itu,

I'm on CNN being interviewed by Anderson Cooper.

saya diwawancarai oleh Anderson Cooper dari CNN.

The following day, major newspapers --

Hari berikutnya, surat kabar ternama --

including the New York Times, Chicago Tribune --

termasuk the New York Times, Chicago Tribune --

published stories about Deah, Yusor and Razan,

memberitakan tentang Deah, Yusor dan Razan,

allowing us to reclaim the narrative

sehingga kami dapat mengklarifikasi kejadian

and call attention the mainstreaming of anti-Muslim hatred.

dan menyoroti kebencian terhadap Muslim yang mulai dianggap umum.

These days,

Saat ini,

it feels like Islamophobia is a socially acceptable form of bigotry.

sepertinya fobia Islam telah menjadi bentuk fanatisme yang diterima masyarakat.

We just have to put up with it and smile.

Orang muslim hanya dapat bersabar dan tersenyum.

The nasty stares,

Tatapan benci,

the palpable fear when boarding a plane,

rasa takut yang kentara saat naik pesawat,

the random pat downs at airports that happen 99 percent of the time.

pemeriksaan acak di bandara yang hampir 99% terjadi.

It doesn't stop there.

Tidak hanya itu saja.

We have politicians reaping political and financial gains off our backs.

Ada politisi yang memanfaatkan situasi ini untuk kepentingannya.

Here in the US,

Di Amerika,

we have presidential candidates like Donald Trump,

kita punya capres seperti Donald Trump,

casually calling to register American Muslims,

yang dengan santai menghimbau pendataan Muslim Amerika,

and ban Muslim immigrants and refugees from entering this country.

melarang imigran dan pengungsi muslim untuk memasuki AS.

It is no coincidence that hate crimes rise

Bukan kebetulan bahwa kejahatan SARA meningkat

in parallel with election cycles.

seiring dengan siklus pemilihan umum.

Just a couple months ago, Khalid Jabara,

Beberapa bulan lalu, Khalid Jabara,

seorang warga AS keturunan Lebanon beragama Kristen,

a Lebanese-American Christian,

was murdered in Oklahoma by his neighbor --

dibunuh di Oklahoma oleh tetangganya--

a man who called him a "filthy Arab."

oleh seorang pria yang memanggilnya "orang Arab menjijikkan."

This man was previously jailed for a mere 8 months,

Pria ini sebelumnya dipenjara selama hanya 8 bulan,

after attempting run over Khalid's mother with his car.

setelah mencoba menabrak ibunda Khalid dengan mobilnya.

Chances are you haven't heard Khalid's story,

Mungkin Anda belum pernah mendengar berita tentang Khalid,

because it didn't make it to national news.

karena kisahnya tidak diberitakan di media nasional.

The least we can do is call it what it is:

Namun paling tidak kita bisa menyebutnya sebagaimana mestinya:

a hate crime.

kejahatan SARA.

The least we can do is talk about it,

Setidaknya kita bisa mendiskusikannya,

because violence and hatred doesn't just happen in a vacuum.

karena kekerasan dan kebencian tidak terjadi begitu saja.

Not long after coming back to work,

Tak lama setelah kembali bekerja,

I'm the senior on rounds in the hospital,

saat saya bertugas sebagai dokter jaga senior,

when one of my patients looks over at my colleague,

salah seorang pasien melirik ke teman sejawat saya,

gestures around her face and says, "San Bernardino,"

memberi isyarat dan berkata, "San Bernardino,"

referencing a recent terrorist attack.

mengacu pada serangan teroris yang belum lama ini terjadi.

Here I am having just lost three family members to Islamophobia,

Padahal saya baru saja kehilangan 3 anggota keluarga karena fobia Islam,

having been a vocal advocate within my program

dan menjadi aktivis yang lantang menyuarakan bagaimana mengatasi

on how to deal with such microaggressions,

tindakan penindasan serupa,

and yet --

meski demikian --

silence.

tak ada yang bersuara.

I was disheartened.

Saya merasa patah semangat.

Humiliated.

Dipermalukan.

Days later rounding on the same patient,

Beberapa hari kemudian, pasien yang sama

she looks at me and says,

melihat ke arah saya dan berkata,

"Your people are killing people in Los Angeles."

"Orang-orang sepertimu membunuh orang-orang di Los Angeles."

I look around expectantly.

Saya melihat sekitar, mengharap pembelaan.

Again:

Lagi-lagi:

silence.

tak ada yang bersuara.

I realize that yet again,

Saya menyadari bahwa lagi-lagi,

I have to speak up for myself.

saya harus membela diri saya sendiri.

I sit on her bed and gently ask her,

Saya duduk di tempat tidurnya lalu bertanya dengan ramah,

"Have I ever done anything but treat you with respect and kindness?

"Tidakkah saya selalu memperlakukan Anda dengan hormat dan ramah?"

Have I done anything but give you compassionate care?"

"Tidakkah saya selalu merawat Anda dengan penuh perhatian?"

She looks down and realizes what she said was wrong,

Ia menunduk, menyadari bahwa yang ia katakan salah,

and in front of the entire team,

dan di depan semua orang,

she apologizes and says,

ia meminta maaf dan berkata,

"I should know better. I'm Mexican-American.

"Saya seharusnya sadar. Saya orang Amerika keturunan Meksiko.

I receive this kind of treatment all the time."

Dan saya selalu mendapat perlakuan serupa."

Many of us experience microaggressions on a daily basis.

Kebanyakan kita mengalami penindasan setiap hari.

Odds are you may have experienced it,

Mungkin Anda pernah mengalaminya,

whether for your race,

apakah itu karena ras Anda,

gender,

jender,

sexuality

orientasi seksual,

or religious beliefs.

atau kepercayaan beragama.

We've all been in situations where we've witnessed something wrong

Kita semua pernah menjadi saksi atas sesuatu yang salah

and didn't speak up.

tapi diam saja.

Maybe we weren't equipped with the tools to respond in the moment.

Mungkin karena kita merasa tidak siap untuk merespon pada saat itu.

Maybe we weren't even aware of our own implicit biases.

Mungkin karena kita tidak sadar akan bias kita sendiri.

We can all agree that bigotry is unacceptable,

Mungkin kita semua setuju bahwa sikap fanatisme tidak dapat diterima,

but when we see it,

tapi ketika kita menyaksikannya,

we're silent,

kita diam saja,

because it makes us uncomfortable.

karena ia membuat kita tak nyaman.

But stepping right into that discomfort

Sebetulnya, rasa tidak nyaman itu

means you are also stepping into the ally zone.

mengindikasikan bahwa kita telah masuk zona kawan.

There may be over three million Muslims in America.

Ada lebih dari 3 juta muslim di Amerika.

That's still just one percent of the total population.

Itu adalah 1% dari keseluruhan populasi.

Martin Luther King once said,

Martin Luther King pernah berkata,

"In the end,

"Pada akhirnya,

we will remember not the words of our enemies,

bukan ucapan lawan yang kita ingat,

but the silence of our friends."

melainkan diamnya kawan kita."

So what made my neighbor Neal's allyship so profound?

Jadi kenapa dukungan Neal menjadi sangat berarti?

A couple of things.

Beberapa hal.

He was there as a neighbor who cared,

Ia di sana sebagai tetangga yang peduli,

but he was also bringing in his professional expertise and resources

dan ia juga menawarkan keahlian dan sumber dayanya

when the moment called for it.

pada saat dibutuhkan.

Others have done the same.

Ada orang-orang yang yang melakukan hal yang sama.

Larycia Hawkins drew on her platform

Larycia Hawkins,

seorang profesor Afrika-Amerika pertama di Wheaton College

as the first tenured African-American professor at Wheaton College

menggunakan hijab sebagai bentuk solidaritas

to wear a hijab in solidarity

with Muslim women who face discrimination every day.

dengan wanita muslim yang mengalami diskriminasi setiap hari.

As a result, she lost her job.

Sebagai akibatnya, ia kehilangan pekerjaan.

Within a month,

Dalam waktu sebulan,

she joined the faculty at the University of Virginia,

ia bergabung dengan University of Virginia

where she now works on pluralism, race, faith and culture.

dimana ia sekarang bekerja di bidang pluralisme, ras, kepercayaan, dan budaya.

Reddit cofounder, Alexis Ohanian,

Co-founder Reddit, Alexis Ohanian,

demonstrated that not all active allyship needs to be so serious.

menunjukan bahwa bentuk dukungan tidak melulu harus serius.

He stepped up to support a 15-year-old Muslim girl's mission

Ia mendukungan untuk seorang gadis muslim berusia 15 tahun

to introduce a hijab emoji.

dengan membuat emoji hijab.

(Laughter)

(Tertawa)

It's a simple gesture,

Bentuk dukungan yang sederhana,

but it has a significant subconscious impact

namun dampaknya sangat besar

on normalizing and humanizing Muslims,

dalam menormalisasi dan memanusiakan orang Islam,

including the community as a part of an "us"

menjadikan komunitas Muslim sebagai bagian dari "kita"

instead of an "other."

dan bukan "mereka."

The editor in chief of Women's Running magazine

Kepala redaksi majalah Women's Running

just put the first hijabi to ever be on the cover of a US fitness magazine.

menampilkan wanita berhijab pertama di sampul majalah kebugaran Amerika.

These are all very different examples

Ini adalah beberapa contoh

of people who drew upon their platforms and resources

dimana orang-orang menggunakan posisi dan sumber daya mereka

in academia, tech and media,

di bidang akademis, teknologi, dan media

to actively express their allyship.

untuk menyatakan dukungan mereka.

What resources and expertise do you bring to the table?

Keahlian dan sumber daya apa yang Anda miliki?

Are you willing to step into your discomfort

Apa Anda bersedia keluar dari zona nyaman

and speak up when you witness hateful bigotry?

dan angkat bicara ketika menyaksikan aksi fanatik?

Will you be Neal?

Bisakah Anda seperti Neal?

Many neighbors appeared in this story.

Banyak tetangga yang muncul dalam kisah ini.

And you, in your respective communities, all have a Muslim neighbor,

Dan dalam lingkungan Anda, Anda semua memiliki tetangga muslim,

colleague

teman sejawat,

or friend your child plays with at school.

atau teman sekolah anak-anak Anda.

Reach out to them.

Rangkul mereka.

Let them know you stand with them in solidarity.

Biarkan mereka tahu bahwa Anda ada di sisi mereka.

It may feel really small,

Mungkin rasanya kecil,

but I promise you it makes a difference.

tapi percayalah, itu sangat berarti.

Nothing will ever bring back Deah, Yusor and Razan.

Tidak ada yang bisa mengembalikan Deah, Yusor, dan Razan.

But when we raise our collective voices,

Namun jika kita angkat bicara bersama-sama,

that is when we stop the hate.

kita bisa menghentikan kebencian.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)