How to recover from activism burnout | Yana Buhrer Tavanier

Translator: Prameswari Rahmanu Reviewer: Ade Indarta

In the summer of 2017,

Di musim panas 2017,

a woman was murdered by her partner in Sofia.

seorang wanita dibunuh oleh pasangannya di Sofia.

The woman, let's call her "V,"

Wanita itu, sebut saja V,

was beaten for over 50 minutes

dipukuli selama lebih dari 50 menit

before she died.

sebelum dia meninggal.

The morning after,

Pagi esok harinya,

her neighbors told the press that they heard her screams,

tetangganya berkata pada media mereka mendengar teriakannya,

but they didn't intervene.

tetapi mereka tidak ikut campur.

You see, in Bulgaria and many other societies,

Di Bulgaria dan banyak masyarakat lain,

domestic violence is typically seen as a private matter.

kekerasan rumah tangga biasanya dianggap hal pribadi.

Neighbors, however, are quick to react to any other kind of noise.

Tetapi tetangga cepat bereaksi pada suara berisik lainnya.

We wanted to expose and affect the absurdity of this.

Kami ingin mengekspos dan mempengaruhi fenomena absurd ini.

So we designed an experiment.

Jadi, kami membuat eksperimen.

We rented the apartment just below V's for one night.

Kami menyewa apartemen satu malam tepat di bawah apartemen V.

And at 10pm,

Pada pukul 22.00,

Maksim, the artist in our group,

Maksim, artis kelompok kami,

sat on the drum set we had assembled in the living room

duduk di seperangkat drum yang kami pasang di ruang keluarga...

and started beating it.

dan mulai memainkannya.

Ten seconds.

Sepuluh detik.

Thirty seconds.

Tiga puluh detik.

Fifty seconds.

Lima puluh detik.

A minute.

Satu menit.

A light came on in the hallway.

Lampu dihidupkan di koridor.

One minute and 20 seconds.

Satu menit 20 detik.

A man was standing at the door, hesitant to press the bell.

Seorang pria berdiri di pintu, tetapi ragu untuk menekan bel pintu.

One minute and 52 seconds.

Satu menit 52 detik.

The doorbell rang,

Bel pintu berbunyi.

a ring that could have saved a life.

Bel yang bisa menyelamatkan nyawa.

"Beat." is our project exploring the ominous silence

Beat adalah proyek kami yang mengeksplorasi sunyi yang kelam

surrounding domestic violence.

pada kekerasan rumah tangga.

We filmed the experiment, and it became instantly viral.

Kami merekam eksperimen ini dan langsung menjadi viral.

Our campaign amplified the voices of survivors

Kampanye kami menguatkan suara para korban

who shared similar stories online.

yang membagikan kisah yang sama secara daring.

It equipped neighbors with specific advice,

Dilengkapi dengan saran khusus bagi tetangga

and many committed to taking action.

dan banyak yang berkomitmen melakukan sesuatu.

In a country where every other week,

Di negara saat setiap minggu

the ground quietly embraces the body of a woman

tanah memeluk dengan sunyi badan seorang perempuan

murdered by a partner or a relative,

yang dibunuh pasangan atau kerabatnya,

we were loud,

suara kami keras

and we were heard.

dan kami didengar.

I am an activist,

Saya seorang aktivis

passionate about human rights innovation.

yang memperjuangkan inovasi hak asasi manusia.

I lead a global organization for socially engaged creative solutions.

Saya memimpin organisasi global untuk solusi kreatif dan sosial.

In my work, I think about how to make people care and act.

Di bidang saya, saya berpikir tentang cara membuat orang peduli dan bertindak.

I am here to tell you that creative actions can save the world,

Saya katakan aksi kreatif dapat menyelamatkan dunia.

creative actions and play.

Aksi dan permainan kreatif.

I know it is weird to talk about play and human rights in the same sentence,

Saya tahu rasanya aneh bicara soal bermain dan hak asasi manusia bersamaan,

but here is why it's important.

tetapi inilah pentingnya.

More and more, we fear that we can't win this.

Makin lama, kami takut kami tak bisa memenangkan ini.

Campaigns feel dull,

Kampanye terasa usang,

messages drown,

pesan-pesan tenggelam,

people break.

orang berhenti.

Numerous studies, including a recent one published by Columbia University,

Banyak penelitian, termasuk yang terbaru dirilis oleh Columbia University

show that burnout and depression are widespread amongst activists.

menunjukkan kelelahan dan depresi dialami hampir semua aktivis.

Years ago, I myself was burned out.

Bertahun-tahun lalu, saya sendiri kelelahan.

In a world of endless ways forward, I felt at my final stop.

Di dunia di mana tidak ada cara untuk maju, saya merasa buntu.

So what melts fear or dullness or gloom?

Jadi, apa yang menghancurkan keusangan dan kesuraman?

Play.

Bermain.

From this very stage, psychiatrist and play researcher Dr. Stuart Brown

Dari tahap ini, psikiater dan peneliti permainan Dr. Stuart Brown berkata,

said that nothing lights up the brain like play,

tak ada yang menyulut otak seperti bermain

and that the opposite of play is not work,

dan kebalikan bermain tidak akan berhasil,

it's depression.

yaitu depresi.

So to pull out of my own burnout,

Jadi, untuk keluar dari kelelahan saya,

I decided to turn my activism into what I call today "play-tivism."

saya putuskan mengubah aktivisme saya menjadi yang saya sebut "play-tivism".

(Laughter)

(Tawa)

When we play, others want to join.

Saat kita bermain, yang lain akan bergabung.

Today, my playground is filled with artists,

Kini, arena permainan saya dipenuhi seniman,

techies and scientists.

ahli komputer dan ilmuwan.

We fuse disciplines in radical collaboration.

Kami menggabungkan keilmuan dalam kolaborasi radikal.

Together, we seek new ways to empower activism.

Bersama, kami mencari cara baru untuk memberdayakan aktivisme.

Our outcomes are not meant to be playful,

Hasil kami tidak harus menyenangkan,

but our process is.

tetapi proses kami begitu.

To us, play is an act of resistance.

Bagi kami, bermain adalah tindakan perlawanan.

For example, "Beat.," the project I talked about earlier,

Misalnya, Beat, proyek yang saya ceritakan sebelumnya,

is a concept developed by a drummer and a software engineer

memiliki konsep yang dikembangkan drumer dan engineer perangkat lunak

who didn't know each other two days before they pitched the idea.

yang tak kenal satu sama lain dua hari sebelum mereka munculkan ide itu.

"Beat." is the first winner in our lab series

"Beat." adalah pemenang pertama serial lab kami

where we pair artists and technologists to work on human rights issues.

di mana kami memasangkan seniman dan teknolog untuk isu hak asasi manusia.

Other winning concepts include a pop-up bakery

Konsep pemenang lainnya termasuk toko roti pop-up

that teaches about fake news through beautiful but horrible-tasting cupcakes --

yang mengajarkan berita bohong melalui kue cantik tetapi rasanya tak enak...

(Laughter)

(Tawa)

or a board game that puts you in the shoes of a dictator

atau permainan papan yang menjadikan Anda diktator

so you get to really grasp the range of tools and tactics of oppression.

sehingga Anda memahami jangkauan alat dan taktik opresi.

We did our first lab just to test the idea,

Kami melakukan lab pertama hanya untuk mengetes ide,

to see where it cracks and if we can make it better.

melihat kapan bisa berhasil, apa kami bisa buat lebih baik.

Today, we are so in love with the format that we put it all online

Kini, kami sangat suka format di mana kami membuat semuanya online

for anyone to implement.

agar siapa pun bisa menerapkannya.

I cannot overstate the value of experimentation in activism.

Saya tak bisa menggemborkan nilai eksperimentasi dalam aktivisme.

We can only win if we are not afraid to lose.

Kita hanya bisa menang jika tak takut kalah.

When we play, we learn.

Saat kita bermain, kita belajar.

A recent study published by Stanford University

Studi terbaru yang dipublikasikan Stanford University

about the science of what makes people care

soal pengetahuan yang membuat orang peduli

reconfirms what we have been hearing for years:

mengonfirmasi apa yang kami dengar selama ini:

opinions are changed not from more information

opini tidak berubah dari lebih banyak informasi,

but through empathy-inducing experiences.

tetapi melalui pengalaman yang menggugah empati.

So learning from science and art,

Dengan belajar dari ilmu pengetahuan dan kesenian,

we saw that we can talk about global armed conflict through light bulbs,

kami tahu kami bisa bicarakan konflik bersenjata global melalui bohlam

or address racial inequality in the US

atau menyasar ketidaksetaraan rasial di Amerika Serikat

through postcards,

melalui kartu pos,

or tackle the lack of even one single monument of a woman in Sofia

atau mengatasi kurangnya bahkan nihilnya monumen wanita di Sofia

by flooding the city with them,

dengan membanjiri jalanan dengan wanita,

and, with all these works,

dan dengan semua usaha ini,

to trigger dialogue, understanding and direct action.

memicu dialog, pemahaman, dan aksi langsung.

Sometimes, when I talk about taking risks and trying and failing

Kadang saat saya bicara soal mengambil risiko, mencoba, dan gagal,

in the context of human rights,

dalam konteks hak asasi manusia,

I meet raised eyebrows,

saya mendapat alis yang naik,

eyebrows that say, "How irresponsible,"

yang berkata, "Sangat tak bertanggung jawab,"

or, "How insensitive."

atau, "Sangat tidak sensitif."

People often mistake play for negligence.

Orang kadang salah mengira bermain sebagai keacuhan.

It is not.

Bukan.

Play doesn't just grow our armies stronger or spark better ideas.

Bermain tidak hanya membuat kami kuat atau memunculkan ide lebih baik.

In times of painful injustice,

Di masa ketidakadilan menyakiti,

play brings the levity we need to be able to breathe.

bermain memberikan yang kita butuhkan untuk bernafas.

When we play, we live.

Saat kita bermain, kita hidup.

I grew up in a time

Saya tumbuh dalam waktu

when all play was forbidden.

di mana semua permainan dilarang.

My family's lives were crushed by a communist dictatorship.

Kehidupan keluarga saya dihancurkan kediktatoran komunis.

For my aunt, my grandfather, my father,

Bagi bibi, kakek, dan ayah saya,

we always held two funerals:

kami selalu membuat dua pemakaman.

one for their bodies,

Satu untuk tubuh mereka,

but, years before that,

tetapi jauh sebelum itu,

one for their dreams.

satu untuk mimpi mereka.

Some of my biggest dreams are nightmares.

Beberapa mimpi terbesar saya adalah mimpi buruk.

I have a nightmare that one day all the past will be forgotten

Saya punya mimpi buruk suatu hari nanti semua masa lalu dilupakan

and new clothes will be dripping the blood of past mistakes.

dan baju baru akan meneteskan darah dari kesalahan masa lalu.

I have a nightmare

Saya punya mimpi buruk

that one day the lighthouses of our humanity will crumble,

suatu hari nanti semua mercusuar kemanusiaan akan runtuh,

corroded by acid waves of hate.

dikorosi oleh gelombang asam kebencian.

But way more than that,

Tetapi jauh lebih dari itu,

I have hope.

saya punya harapan.

Dalam perjuangan kita demi keadilan dan kemerdekaan,

In our fights for justice and freedom,

I hope that we play,

saya berharap kita bermain...

and that we see the joy and beauty of us playing together.

dan kita dapat melihat kegembiaraan dan keindahan kita bermain bersama.

That's how we win.

Itu cara kita untuk menang.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)