My journey to thank all the people responsible for my morning coffee | A.J. Jacobs

Translator: Ayudia Triwardhani Reviewer: Dwi Rahmawati

So, I don't like to boast,

Saya sebenarnya tidak suka pamer,

but I am very good at finding things to be annoyed about.

Tapi saya sangat ahli menemukan hal-hal yang sangat mengganggu.

It is a real specialty of mine.

Ini sungguh keahlian saya.

I can hear 100 compliments and a single insult,

Saya bisa mendengar seratus pujian dan sebuah cacian,

and what do I remember?

dan apa yang saya ingat?

The insult.

Satu cacian tersebut.

And according to the research, I'm not alone.

Dan berdasarkan penelitian, saya tidak sendiri.

Unfortunately, the human brain is wired to focus on the negative.

Sayangnya, otak manusia bekerja untuk fokus pada hal negatif.

Now, this might have been helpful when we were cave people,

Mungkin itu akan sangat berguna ketika kita adalah manusia primitif,

trying to avoid predators,

mencoba menghindar dari para pemangsa,

but now it's a terrible way to go through life.

tapi sekarang, itu cara yang buruk untuk menjalani hidup

It is a real major component of anxiety and depression.

Itu adalah bagian utama dari gangguan kecemasan dan depresi.

So how can we fight the brain's negative bias?

Jadi bagaimana caranya untuk melawan prasangka buruk dari pikiran kita?

According to a lot of research, one of the best weapons is gratitude.

Berdasarkan penelitian, salah satu senjata terbaik adalah rasa syukur.

So knowing this, I started a new tradition in our house a couple of years ago.

Setelah mengetahuinya, beberapa tahun lalu saya memulai tradisi baru di rumah.

Before a meal with my wife and kids,

Sebelum makan bersama istri dan anak saya,

I would say a prayer of thanksgiving.

saya akan mengucapkan doa untuk berterima kasih.

Prayer is not quite the right word.

Berdoa bukanlah kata yang tepat.

I'm agnostic, so instead of thanking God,

Saya seorang agnostik, jadi sebagai ganti terima kasih saya kepada Tuhan,

I would thank some of the people who helped make my food a reality.

Saya berterima kasih kepada orang-orang yang telah menyediakan makanan saya.

I'd say, "I'd like to thank the farmer who grew these tomatoes,

Saya akan bilang, "Terima kasih pada petani yang telah menanam tomat ini.

and the trucker who drove these tomatoes to the store,

dan pengemudi truk yang membawa tomat-tomat ini ke toko,

and the cashier who rang these tomatoes up."

dan kasir yang telah mencatat semua tomat-tomat ini."

And I thought it was going pretty well, this tradition.

Dan saya pikir tradisi ini akan berjalan dengan baik.

Lalu suatu hari, anak saya yang berumur 10 tahun berkata,

Then one day, my 10-year-old son said,

"You know, Dad, those people aren't in our apartment.

"Ayah, orang-orang itu tidak ada di apartemen kita.

They can't hear you.

Mereka tidak bisa dengar.

If you really cared, you would go and thank them in person."

Jika Ayah benar-benar peduli, seharusnya Ayah mengatakannya langsung."

And I thought, "Hmm. That's an interesting idea."

Dan saya pikir, "Hmm, ide yang menarik."

(Laughter)

(tawa)

Now I'm a writer, and for my books I like to go on adventures.

Sebagai seorang penulis, saya suka berpetualang untuk bahan buku-buku saya.

Go on quests.

Pergi dalam sebuah pencarian.

So I decided I'm going to take my son up on his challenge.

Jadi saya memutuskan untuk membawa anak saya menjalankan tantangan ini.

It seemed simple enough.

Terlihat cukup sederhana.

And to make it even simpler,

Dan untuk menyederhanakannya lagi,

I decided to focus on just one item.

Saya memutuskan untuk fokus pada satu hal saja.

An item I can't live without:

Saya tidak bisa hidup tanpa ini.

my morning cup of coffee.

Segelas kopi di pagi hari saya.

Well, it turned out to be not so simple at all.

Baiklah, ini jadi tidak sederhana sama sekali.

(Laughter)

(tawa)

This quest took me months.

Pencarian ini memakan waktu lama.

It took me around the world.

Membawa saya berkeliling dunia.

Because I discovered that my coffee would not be possible

Karena saya jadi tahu kalau kopi tidak akan ada

without hundreds of people I take for granted.

tanpa ratusan orang yang tidak saya pedulikan.

So I would thank the trucker

Jadi, saya berterima kasih pada supir truk

who drove the coffee beans to the coffee shop.

yang mengantarkan biji-biji kopi ke toko kopi

But he couldn't have done his job without the road.

Tapi dia tidak akan bisa melakukan pekerjaannya tanpa jalanan.

So I would thank the people who paved the road.

Jadi, saya akan berterima kasih pada orang yang mengaspal jalan

(Laughter)

(tawa)

And then I would thank the people who made the asphalt for the pavement.

Lalu saya akan berterima kasih kepada orang yang telah mengaspal trotoar,

And I came to realize that my coffee,

dan saya akan menyadari bahwa kopi saya

like so much else in the world,

seperti banyak hal lain di dunia,

requires the combined work

membutuhkan kerja gabungan

of a shocking number of people from all walks of life.

orang-orang dari semua lapisan masyarakat.

Architects, biologists, designers, miners, goat herds,

Para arsitek, ahli biologi, desainer, penambang, penggembala kambing,

you name it.

siapa saja.

I decided to call my project

Saya memutuskan untuk menyebut proyek saya

"Thanks a Thousand."

"Terima kasih kepada ribuan orang"

Because I ended up thanking over a thousand people.

Karena saya jadi berterima kasih pada lebih dari ribuan orang

And it was overwhelming, but it was also wonderful.

dan itu sangat luar biasa, dan sangat indah

Because it allowed me to focus

karena hal itu membuat saya fokus

on the hundreds of things that go right every day,

pada ratusan hal yang berjalan semestinya, tiap harinya,

as opposed to the three or four that go wrong.

dibandingkan tiga atau empat hal yang salah.

And it reminded me of the astounding interconnectedness or our world.

Dan mengingatkan saya juga akan keterkaitan menakjubkan di dunia kita.

I learned dozens of lessons during this project,

Saya dapat banyak pelajaran dari proyek ini,

but let me just focus on five today.

tapi hari ini saya hanya akan fokus pada lima hal saja.

The first is: look up.

Pertama: lihat.

I started my trail of gratitude

Saya mengawali rangkaian terima kasih saya

by thanking the barista at my local coffee shop,

dengan berterima kasih pada barista di toko kopi lokal.

Joe Coffee in New York.

Joe Coffee di New York.

Her name is Chung,

Namanya Chung,

and Chung is one of the most upbeat people you will ever meet.

dan Chung adalah orang paling optimis yang pernah Anda temui.

Big smiler, enthusiastic hugger.

Senyum lebar, senang memeluk orang.

But even for Chung, being a barista is hard.

Tapi bahkan bagi Chung, jadi barista itu berat.

And that's because you are encountering people in a very dangerous state.

Dan itu karena Anda menghadapi orang yang dalam kondisi berbahaya.

(Laughter)

(tertawa)

You know what it is -- precaffeination.

Anda tahu apa itu -- pra-kafeinasi.

(Laughter)

(tertawa)

So, Chung has had people yell at her until she cried,

Jadi, Chung pernah menghadapi orang yang marah hingga dia menangis,

including a nine-year-old girl,

termasuk anak gadis berusia sembilan tahun,

who didn't like the whipped cream design that Chung did on her hot chocolate.

yang tidak suka dengan desain krim kocok buatan Chung di coklatnya.

So I thanked Chung,

Jadi saya berterima kasih pada Chung,

and she thanked me for thanking her.

dan dia berterima kasih pada saya, karena saya berterima kasih padanya.

I cut it off there.

Cukup sampai di sini.

I didn't want to go into an infinite thanking loop.

Saya tidak mau jadi lingkaran ucapan terima kasih.

(Laughter)

(tertawa)

But Chung said that the hardest part

Tapi Chung bilang yang paling sulit

is when people don't even treat her like a human being.

adalah saat orang bahkan tidak menganggapnya seperti manusia.

They treat her like a vending machine.

Mereka mengganggap dirinya seperti mesin.

So, they'll hand her their credit card

Jadi mereka menyerahkan kartu kreditnya

without even looking up from their phone.

tanpa mengalihkan perhatian dari teleponnya.

And while she's saying this, I'm realizing I've done that.

Dan saat dia bilang begitu, saya sadar saya juga melakukan hal itu.

I've been that a-hole.

Saya pernah jadi orang itu.

And at that moment, I pledged:

Dan saat itu, saya berjanji:

when dealing with people, I'm going to take those two seconds

saat berhadapan dengan orang lain, dua detik saya adalah

and look at them, make eye contact.

untuk melihat mereka, melakukan kontak mata.

Because it reminds you, you're dealing with a human being

Karena itu mengingatkan Anda, kalau Anda berhadapan dengan manusia

who has family and aspirations

yang punya keluarga dan aspirasi

and embarrassing high school memories.

dan kenangan sekolah yang memalukan.

And that little moment of connection

Dan momen terhubung sesaat itu

is so important to both people's humanity and happiness.

sangat penting bagi kemanusiaan dan kebahagiaan dua orang itu.

Alright, second lesson was:

Baik, pelajaran kedua adalah:

smell the roses. And the dirt. And the fertilizer.

Cium bunga mawar. Dan tanah. Dan juga pupuknya.

After Chung, I thanked this man.

Setelah Chung, saya berterima kasih pada orang ini.

This is Ed Kaufmann.

Dia adalah Ed Kaufmann.

And Ed is the one who chooses which coffee they serve at my local coffee shop.

dan Ed adalah orang yang memilih kopi yang akan disajikan di toko kopi lokal.

He goes around the world, to South America, to Africa,

Dia pergi ke seluruh dunia, dari Amerika Utara, hingga Afrika,

finding the best coffee beans.

mencari biji kopi terbaik.

So I thanked Ed.

Jadi terima kasih Ed.

And in return, Ed showed me how to taste coffee like a pro.

Dan sebagai balasannya, Ed mengajarkan cara mencicipi kopi seperti ahli.

And it is quite a ritual.

Dan jadi semacam ritual.

You take your spoon and you dip it in the coffee

Ambil sendokmu, lalu celupkan ke dalam kopi

and then you take a big, loud slurp.

lalu kau menyeruput dengan keras.

Almost cartoonishly loud.

Nyaris sekeras film animasi.

This is because you want to spray the coffee all over your mouth.

Semua karena kau ingin kopi tersebar ke seluruh mulut Anda.

You have taste buds in the side of your cheeks,

Anda memiliki indra pengecap di sisi pipi Anda,

in the roof of your mouth,

di langit mulut Anda,

you've got to get them all.

semua harus merasakannya.

So Ed would do this

Jadi Ed akan melakukan ini

and he would --

dan dia akan --

his face would light up and he would say,

wajahnya bersinar dan bilang,

"This coffee tastes of Honeycrisp apple

"Kopi ini terasa seperti apel ranum

and notes of soil and maple syrup."

dengan sedikit rasa tanah dan sirup mapel."

And I would take a sip and I'd say,

Dan saya menyesapnya dan bilang,

"I'm picking up coffee.

"Aku dapat kopi.

(Laughter)

(tertawa)

It tastes to me like coffee."

Rasanya seperti kopi bagiku."

(Laughter)

(tertawa)

But inspired by Ed, I decided to really

Tapi terinspirasi Ed, saya memutuskan untuk benar-benar

let the coffee sit on my tongue for five seconds --

membiarkan kopi di lidah saya selama lima detik --

we're all busy, but I could spare five seconds,

kita semua sibuk, tapi saya bisa meluangkan lima detik,

and really think about the texture and the acidity and the sweetness.

dan benar-benar berpikir tentang tekstur dan keasaman dan rasa manisnya.

And I started to do it with other foods.

Dan saya mulai melakukan itu pada makanan lain.

And this idea of savoring is so important to gratitude.

Dan ide untuk meresapi sangat penting untuk rasa syukur

Psychologists talk about how gratitude

Psikolog berkata bahwa rasa syukur

is about taking a moment and holding on to it as long as possible.

adalah tentang meluangkan waktu dan merasakannya selama mungkin.

And slowing down time.

Dan memperlambat waktu.

So that life doesn't go by in one big blur, as it often does.

Sehingga hidup tidak berlalu begitu saja, seperti yang sering terjadi.

Number three is:

Nomor tiga adalah:

find the hidden masterpieces all around you.

temukan karya besar tersembunyi di sekitar Anda.

Now, one of my favorite conversations during this year

Nah, salah satu percakapan favorit saya sepanjang tahun ini

was with the guy who invented my coffee cup lid.

adalah dengan orang yang menciptakan tutup wadah kopi saya.

And until this point,

Hingga saat ini,

I had given approximately zero thought to coffee cup lids.

saya tidak pernah memikirkan tentang tutup wadah kopi.

But I loved talking to this inventor, Doug Fleming,

Tapi saya senang berbicara dengan penemu ini, Doug Fleming,

because he was so passionate.

karena dia sangat bersemangat.

And the blood and sweat and tears he put into this lid,

Dan darah, keringat, dan air mata dia tuangkan pada tutup ini,

and that I had never even considered.

dan saya tidak pernah menganggapnya.

He says a bad lid can ruin your coffee.

Dia bilang, tutup yang buruk bisa merusak kopi Anda.

That it can block the aroma,

Bisa menghalangi wanginya,

which is so important to the experience.

yang sangat penting untuk pengalaman.

So he -- he's very innovative.

Jadi dia -- dia sangat inovatif.

He's like the Elon Musk of coffee lids.

Dia seperti Elon Musk-nya tutup kopi.

(Laughter)

(tertawa)

So he designed this lid that's got an upside-down hexagon

Jadi dia merancang tutup yang memiliki segi enam terbalik

so you can get your nose right in there and get maximum aroma.

jadi Anda bisa menempatkan hidung tepat di sana dan menghirup wangi maksimal.

And so I was delighted talking to him,

Dan saya bahagia berbicara dengannya,

and it made me realize there are hundreds of masterpieces all around us

dan saya membuat saya sadar, ada ratusan karya besar di sekitar kita

that we totally take for granted.

yang tidak kita pedulikan.

Like the on-off switch on my desk lamp has a little indentation for my thumb

Seperti tombol nyala di lampu meja yang punya lekukan untuk jempol

that perfectly fits my thumb.

sehingga bisa pas untuk jempol saya.

And when something is done well,

Dan saat sesuatu bekerja dengan baik,

the process behind it is largely invisible.

proses di baliknya kemungkinan tidak terlihat.

But paying attention to it

Tapi dengan memperhatikannya

can tap into that sense of wonder and enrich our lives.

dapat membuat penasaran dan memperkaya hidup kita.

Number four is: fake it till you feel it.

Nomor empat adalah: berpura-pura hingga Anda merasakannya.

By the end of the project, I was just in a thanking frenzy.

Di akhir projek ini, saya jadi mesin terima kasih.

So I was -- I would get up and spend a couple hours,

Jadi saya bangun dan menghabiskan berjam-jam,

I'd write emails, send notes,

saya menulis email, mengirim pesan,

make phone calls, visit people

menelepon, mengunjungi orang

to thank them for their role in my coffee.

berterima kasih atas peran mereka pada kopi saya.

And some of them, quite honestly --

Dan beberapa dari mereka -- jujur saja --

not that into it.

tidak terlalu senang.

They would be like, "What is this?

Mereka seperti, "Apa sih ini?

Is this a pyramid scheme, what do you want, what are you selling?"

apa ini seperti MLM, apa yang kau mau, apa yang kau jual?"

But most people were surprisingly moved.

Tapi sebagian besar secara mengagetkan justru tersentuh.

I remember, I called the woman who does the pest control

Saya ingat, saya menelepon wanita ini yang mengontrol hama

for the warehouse where my coffee is served --

di gudang tempat kopi saya disajikan --

I'm sorry -- where my coffee is stored.

maaf -- kopi saya disimpan.

And I said,

Dan saya bilang,

"This may sound strange,

"ini mungkin terdengar aneh,

but I want to thank you for keeping the bugs out of my coffee."

tapi aku ingin berterima kasih sudah menjaga serangga dari kopi saya."

And she said, "Well, that does sound strange,

Dan dia bilang, "Memang sih, terdengar aneh,

but you just made my day."

tapi kau baru saja membuatku bahagia."

And it was like an anti-crank phone call.

Dan itu seperti telepon anti tipuan.

And it didn't just affect her, it affected me.

Dan bukan hanya mempengaruhi dia, tapi juga mempengaruhi saya.

Because I would wake up every morning in my default mood, which is grumpiness,

Karena saya bangun setiap pagi dengan mood tetap, yaitu menggerutu,

but I would force myself to write a thank-you note

tapi saya akan memaksa diri untuk menulis pesan terima kasih

and then another and then another.

lalu menulisnya lagi dan lain.

And what I found was that if you act as if you're grateful,

Dan kesimpulannya, jika Anda bersikap seakan-akan Anda bersyukur,

you eventually become grateful for real.

pada akhirnya Anda akan benar-benar bersyukur.

The power of our actions to change our mind is astounding.

Kekuatan dari sikap kita bisa mengubah pikiran kita sangat menakjubkan.

So, often we think that thought changes behavior,

Jadi, kita sering berpikir bahwa pikiran mengubah sikap,

but behavior very often changes our thought.

tapi bersikap rutin bisa mengubah pikiran kita.

And finally, the last lesson I want to tell you about is:

Dan akhirnya, pelajaran terakhir yang ingin saya sampaikan adalah:

practice six degrees of gratitude.

latih enam derajat dari bersyukur.

And every place, every stop on this gratitude trail

Dan setiap tempat, setiap perhentian dari rangkaian terima kasih

would give birth to 100 other people that I could thank.

bisa melahirkan 100 orang lain yang membuat saya berterima kasih.

So I went down to Colombia to thank the farmers who grow my coffee beans.

Jadi saya ke Kolombia untuk berterima kasih pada petani yang menanam biji kopi.

And it was in a small mountain town,

Dan letaknya di kota kecil di pegunungan,

and I was driven there along these curvy, cliffside roads.

dan saya diantar ke sana melalui jalan berkelok di sisi tebing.

And every time we went around a hairpin turn

Dan setiap kali kami melalui tikungan tajam

the driver would do the sign of the cross.

supirnya akan memberikan tanda untuk menyebrang.

And I was like, "Thank you for that.

Dan saya jadi, "Terima kasih untuk itu.

(Laughter)

(tertawa)

But can you do that while keeping your hands on the wheel?

Tapi bisakah kau lakukan itu dengan tangan tetap di setir?

Because I am terrified."

Karena saya ketakutan."

But we made it.

Tapi kami berhasil.

And I met the farmers, the Guarnizo brothers.

Dan saya bertemu para petani, Guarnizo bersaudara.

It's a small farm, they make great coffee,

Di sebuah pertanian kecil, mereka membuat kopi yang enak,

they're paid above fair-trade prices for it.

dan mereka dibayar di atas harga dagang yang adil untuk itu.

And they showed me how the coffee is grown.

Dan mereka menunjukkan bagaimana cara kopi ditanam.

The bean is actually inside this fruit called the coffee cherry.

Bijinya sebenarnya ada di dalam buah yang disebut ceri kopi.

And I thanked them.

Dan saya berterima kasih pada mereka.

And they said, "Well, we couldn't do our job

Dan mereka bilang, "Yah, kami tidak bisa bekerja

without 100 other people."

tanpa bantuan 100 orang lain."

The machine that depulps the fruit is made in Brazil,

Mesin yang mengupas buah kopi adalah buatan Brazil,

and the pickup truck they drive around the farm,

dan truk pick up yang digunakan sekitar pertanian,

that is made from parts from all over the world.

terbuat dari berbagai bagian dari seluruh dunia.

In fact, the US exports steel to Colombia.

Faktanya, Amerika mengekspor baja ke Kolombia.

So I went to Indiana, and I thanked the steel makers.

Jadi saya ke Indiana, dan berterima kasih pada pembuat baja.

And it just drove home

Dan membuat saya tersadar

that it doesn't take a village to make a cup of coffee.

bahwa untuk membuat kopi bukan hanya melibatkan satu kampung

It takes the world to make a cup of coffee.

tapi melibatkan seluruh dunia untuk membuat segelas kopi.

And this global economy, this globalization,

Dan dengan ekonomi global ini, globalisasi ini,

it does have downsides.

tentu saja ada kerugian.

But I believe the long-term upsides are far greater,

Tapi saya yakin bahwa keuntungan jangka panjang jauh lebih besar,

that progress is real.

dan kemajuannya nyata.

We have made improvements in the last 50 years,

Kita sudah banyak maju dalam 50 tahun terakhir,

poverty worldwide has gone down.

kemiskinan dunia sudah berkurang.

And that we should resist the temptation

Dan kita harus tahan dari godaan

to retreat into our silos.

untuk kembali ke silo kita.

And we should resist this upsurge

Dan kita harus menahan kenaikan

in isolationism and jingoism.

dari isolasionisme dan jingoisme.

Which brings me to my final point.

Yang membawa saya ke poin terakhir.

Which is my hope that we use gratitude as a spark to action.

Jadi harapan saya bahwa kita menggunakan rasa syukur jadi dorongan untuk bersikap.

Some people worry that gratitude has a downside.

Sebagian orang khawatir berterima kasih punya sisi buruk.

That we'll be so grateful, that we'll be complacent.

Bahwa jika kita berterima kasih, kita akan cepat puas.

We'll be so, "Oh, everything's wonderful, I'm so grateful."

Kita akan menjadi, "Oh, semuanya indah, aku sangat bersyukur."

Well, it turns out, the opposite is true.

Nah yang terjadi justru sebaliknya.

The research shows

Penelitian menunjukkan bahwa

that the more grateful you are, the more likely you are to help others.

semakin Anda bersyukur, besar kemungkinan Anda akan menolong orang lain.

When you're in a bad state,

Saat Anda dalam kondisi buruk,

you're often more focused on your own needs.

Anda sering fokus pada kebutuhan diri sendiri.

But gratitude makes you want to pay it forward.

Tapi rasa syukur membuat Anda ingin membalasnya.

And I experienced this personally.

Dan saya pribadi mengalaminya.

I mean, I'm not Mother Teresa,

Saya bukan Bunda Teresa,,

I'm still a selfish bastard a huge amount of the time.

seringnya saya masih sering jadi orang egois.

But I'm better than I was before this project.

Tapi saya lebih baik dibanding saat sebelum proyek ini.

And that's because it made me aware

Dan itu karena proyek ini membuat saya sadar

of the exploitation on the supply chain.

akan eksploitasi dari rantai pasokan.

It reminded me that what I take for granted

Mengingatkan saya bahwa yang buat saya biasa saja

is not available to millions of people around the world.

tidak tersedia untuk jutaan orang di dunia.

Like water.

Seperti air.

Coffee is 98.8 percent water.

Kopi terdiri dari 98,8 persen air.

So I figured I should go and thank the people at the New York reservoir,

Jadi saya pikir saya perlu berterima kasih pada orang di reservoir New York,

hundreds of them, who provide me water,

ratusan orang yang menyediakan air untuk saya,

and this miracle that I can turn a lever and get safe water.

dan keajaiban di mana saya bisa memutar keran dan dapat air bersih.

And that millions of people around the world don't have this luxury

Dan jutaan orang di dunia, tidak punya kemewahan ini

and have to walk hours to get safe water.

dan harus jalan berjam-jam demi air bersih.

It inspired me to see what I could do to help people get more access,

Saya jadi terinspirasi untuk mencari cara untuk membantu orang mendapatkan akses,

and I did research and found a wonderful group

jadi saya melakukan penelitian dan bertemu kelompok hebat

called Dispensers for Safe Water.

bernama Dispenser untuk Air Bersih.

And I got involved.

Dan saya bergabung.

And I'm not expecting the Nobel Prize committee

Dan saya tidak berharap komite Penghargaan Nobel

to knock down my door,

mengetuk pintu saya,

but it's a baby step, it's a little something.

tapi ini sebuah langkah kecil, sesuatu yang kecil.

And it's all because of gratitude.

Dan semua berkat rasa syukur.

And it's why I encourage people, friends, family,

Dan inilah mengapa saya mendorong orang, teman, keluarga,

to follow gratitude trails of their own.

untuk mengikuti rangkaian terima kasih mereka sendiri.

Because it's a life-transforming experience.

Karena ini adalah pengalaman yang mengubah hidup.

And it doesn't have to be coffee.

Dan tidak perlu dalam bentuk kopi.

It could be anything.

Bisa dalam bentuk apapun.

It could be a pair of socks, it could be a light bulb.

Bisa dari sepasang kaos kaki, bisa dari lampu.

And you don't have to go around the world, you can just do a little gesture,

Dan Anda tidak perlu ke seluruh dunia, bisa melalui sikap sederhana,

like make eye contact or send a note to the designer of a logo you love.

seperti kontak mata atau mengirim pesan ke desainer logo yang Anda suka

It's more about a mindset.

Ini lebih mengenai pola pikir.

Being aware of the thousands of people involved in every little thing we do.

Sadar bahwa ada ribuan orang terlibat pada setiap hal kecil yang kita lakukan.

Remembering that there's someone in a factory

Ingat bahwa ada seseorang di pabrik

who made the fabric for the chairs you're sitting in right now.

yang membuat kain dari kursi yang Anda duduki sekarang.

That someone went into a mine and got the copper for this microphone

Bahwa ada orang yang pergi ke tambang untuk menggali tembaga untuk mic ini

so that I could say my final thank you,

sehingga saya bisa mengucapkan terima kasih terakhir saya,

which is to thank you.

yaitu terima kasih pada Anda.

Thank you a thousand for listening to my story.

Terima kasih ribuan kali telah mendengarkan kisah saya.

(Applause)

(tepuk tangan)

(Cheering)

(bersorak)