Can a divided America heal? | Jonathan Haidt

Translator: Dewi Barnas Reviewer: Gita Arimanda

Chris Anderson: So, Jon, this feels scary.

Chris Anderson: Jon, ini menakutkan.

Jonathan Haidt: Yeah.

Jonathan Haidt: Ya.

CA: It feels like the world is in a place

CA: Rasanya seperti dunia saat ini

dalam kondisi yang sudah lama sekali tidak kita lihat.

that we haven't seen for a long time.

People don't just disagree in the way that we're familiar with,

Orang-orang tidak sekadar tidak setuju dengan cara yang biasa kita lihat,

on the left-right political divide.

akan perbedaan politik sayap kiri-kanan.

There are much deeper differences afoot.

Ada banyak perbedaan yang mendalam.

What on earth is going on, and how did we get here?

Apa yang sedang terjadi, dan bagaimana kita bisa sampai di sini?

JH: This is different.

JH: Ini berbeda.

There's a much more apocalyptic sort of feeling.

Ada perasaan seakan mau kiamat.

Survey research by Pew Research shows

Survei oleh Pew Research menunjukkan

that the degree to which we feel that the other side is not just --

bahwa perasaan kita terhadap pihak seberang bukan sekedar --

we don't just dislike them; we strongly dislike them,

bukan hanya tidak suka; tapi amat sangat tidak suka,

and we think that they are a threat to the nation.

dan menurut kita mereka adalah ancaman bagi bangsa ini.

Those numbers have been going up and up,

Makin banyak yang merasa demikian,

and those are over 50 percent now on both sides.

dan melebihi 50% pada kedua belah pihak.

People are scared,

Orang-orang ketakutan,

because it feels like this is different than before; it's much more intense.

karena rasanya berbeda dari sebelumnya; jauh lebih tegang.

Whenever I look at any sort of social puzzle,

Setiap kali saya mengamati teka-teki sosial,

I always apply the three basic principles of moral psychology,

saya selalu menerapkan tiga prinsip dasar psikologi moral,

and I think they'll help us here.

yang menurut saya bisa membantu kita.

So the first thing that you have to always keep in mind

Yang perlu Anda ingat

when you're thinking about politics

ketika memikirkan politik

is that we're tribal.

adalah bahwa manusia itu kesukuan.

We evolved for tribalism.

Kita berevolusi dalam kesukuan.

One of the simplest and greatest insights into human social nature

Salah satu pemikiran paling sederhana dan hebat tentang sifat manusia

is the Bedouin proverb:

adalah peribahasa Bedouin:

"Me against my brother;

"Aku melawan abangku;

me and my brother against our cousin;

aku dan abangku melawan sepupu kami;

me and my brother and cousins against the stranger."

aku, abangku dan para sepupu kami melawan orang asing."

And that tribalism allowed us to create large societies

Dan sifat kesukuan itu mengizinkan kita membangun komunitas masyarakat

and to come together in order to compete with others.

dan bersama-sama bersaing dengan suku lain.

That brought us out of the jungle and out of small groups,

Ia membawa kita keluar dari hutan dan keluar dari kelompok kecil,

but it means that we have eternal conflict.

tapi juga berarti kita selalu ada dalam konflik.

The question you have to look at is:

Dan pertanyaannya adalah:

What aspects of our society are making that more bitter,

Aspek apa dalam masyarakat kita yang membuatnya

and what are calming them down?

semakin parah dan apa yang bisa menenangkannya?

CA: That's a very dark proverb.

CA: Itu peribahasa yang sangat kelam.

You're saying that that's actually baked into most people's mental wiring

Yang Anda katakan adalah pada dasarnya

otak manusia diprogram seperti itu?

at some level?

JH: Oh, absolutely. This is just a basic aspect of human social cognition.

JH: Tentu saja. Ini hanyalah aspek dasar dari kesadaran sosial manusia.

But we can also live together really peacefully,

Tapi kita juga bisa hidup bersama dengan damai,

and we've invented all kinds of fun ways of, like, playing war.

kita menciptakan berbagai cara menyenangkan seperti main perang-perangan.

I mean, sports, politics --

Aktivitas olahraga, politik --

these are all ways that we get to exercise this tribal nature

adalah cara yang kita gunakan untuk mempraktikkan sifat kesukuan alamiah ini

without actually hurting anyone.

tanpa menyakiti siapa pun.

We're also really good at trade and exploration and meeting new people.

Kita juga ahli dalam berdagang dan mengeksplorasi dan bertemu orang baru.

So you have to see our tribalism as something that goes up or down --

Sifat kesukuan kita itu sifatnya naik-turun --

it's not like we're doomed to always be fighting each other,

kita tidak ditakdirkan untuk selalu bersengketa,

tapi kita tidak akan pernah mencapai perdamaian dunia.

but we'll never have world peace.

CA: The size of that tribe can shrink or expand.

CA: Ukuran suku itu bisa menyusut dan membesar.

JH: Right.

JH: Betul.

CA: The size of what we consider "us"

CA: Persepsi kita tentang apa itu "kita"

and what we consider "other" or "them"

dan apa itu "orang lain" atau "mereka"

can change.

bisa berubah.

And some people believed that process could continue indefinitely.

Dan ada orang yang percaya proses ini bisa berlangsung terus-menerus.

JH: That's right.

JH: Betul.

CA: Dan memang terjadi perluasan pemahaman kita tentang suku, selama beberapa waktu.

CA: And we were indeed expanding the sense of tribe for a while.

JH: So this is, I think,

JH: Jadi, menurut saya,

where we're getting at what's possibly the new left-right distinction.

ketika menemukan kemungkinan definisi baru sayap kiri dan kanan,

I mean, the left-right as we've all inherited it,

maksud saya, pemahaman sayap kiri dan kanan yang kita warisi,

comes out of the labor versus capital distinction,

lahir dari pembedaan tenaga kerja vs kapital,

and the working class, and Marx.

dan kelas pekerja, dan Marx.

But I think what we're seeing now, increasingly,

Tapi yang kita lihat sekarang, menurut saya,

is a divide in all the Western democracies

adalah semakin terpecahnya demokrasi Barat

between the people who want to stop at nation,

antara orang-orang yang tujuan akhirnya adalah negara,

the people who are more parochial --

dan orang-orang yang lebih religius --

and I don't mean that in a bad way --

dan saya tidak memandangnya negatif --

people who have much more of a sense of being rooted,

orang-orang yang lebih merasa memiliki akar,

they care about their town, their community and their nation.

peduli akan kota mereka, masyarakat mereka, bangsa mereka.

And then those who are anti-parochial and who --

Dan orang-orang yang tidak religius dan yang --

whenever I get confused, I just think of the John Lennon song "Imagine."

ketika bingung, saya suka memikirkan lagu "Imagine" John Lennon:

"Bayangkan tak ada negara, tak ada alasan untuk membunuh dan mati."

"Imagine there's no countries, nothing to kill or die for."

And so these are the people who want more global governance,

Dan orang-orang ini menginginkan lebih banyak pengaturan global,

they don't like nation states, they don't like borders.

mereka tidak suka negara-bangsa, mereka tidak suka perbatasan.

You see this all over Europe as well.

Kita melihat hal yang sama di Eropa.

There's a great metaphor guy -- actually, his name is Shakespeare --

Ada penyuka metafor yang hebat -- namanya Shakespeare --

ia menulis sepuluh tahun lalu di Inggris.

writing ten years ago in Britain.

He had a metaphor:

Metafora-nya seperti ini:

"Are we drawbridge-uppers or drawbridge-downers?"

"Kita mau menutup jembatan atau membuka jembatan?"

And Britain is divided 52-48 on that point.

Inggris terbagi pendapatnya 52-48.

And America is divided on that point, too.

Dan Amerika juga terpecah pendapatnya.

CA: And so, those of us who grew up with The Beatles

CA: Jadi kita-kita yang tumbuh besar di masa The Beatles

and that sort of hippie philosophy of dreaming of a more connected world --

dengan filosofi hippie yang memimpikan dunia yang lebih terhubung --

it felt so idealistic and "how could anyone think badly about that?"

rasanya begitu idealis dan "kenapa ada yang berpikir itu buruk?"

And what you're saying is that, actually,

Dan yang Anda katakan adalah bahwa saat ini

millions of people today feel that that isn't just silly;

jutaan orang merasa pemikiran seperti itu tidak hanya konyol;

it's actually dangerous and wrong, and they're scared of it.

tapi bahkan salah dan berbahaya, dan mereka merasa takut.

JH: I think the big issue, especially in Europe but also here,

JH: Menurut saya masalah besarnya, terutama di Eropa, tapi juga di AS,

is the issue of immigration.

adalah masalah imigrasi.

And I think this is where we have to look very carefully

Menurut saya sudah saatnya kita mencermati dengan teliti

at the social science about diversity and immigration.

tentang keragaman dan imigrasi dalam ilmu sosial.

Once something becomes politicized,

Ketika sesuatu dipolitisasi,

once it becomes something that the left loves and the right --

begitu suatu hal didukung sayap kiri sementara sayap kanan --

then even the social scientists can't think straight about it.

bahkan para peneliti ilmu sosial pun tidak pasti tentang hal ini.

Now, diversity is good in a lot of ways.

Ada banyak hal baik tentang keragaman.

It clearly creates more innovation.

Ia menghasilkan lebih banyak inovasi.

The American economy has grown enormously from it.

Ekonomi Amerika tumbuh besar karena keragaman.

Diversity and immigration do a lot of good things.

Keragaman dan imigrasi banyak membuahkan hal positif.

But what the globalists, I think, don't see,

Tapi yang tidak dilihat penganut paham globalis, menurut saya adalah,

what they don't want to see,

mereka tidak ingin melihat

is that ethnic diversity cuts social capital and trust.

bahwa keragaman etnis telah memangkas modal sosial dan kepercayaan.

There's a very important study by Robert Putnam,

Ada studi penting oleh Robert Putman

yang menulis "Bowling Alone,"

the author of "Bowling Alone,"

looking at social capital databases.

yang mempelajari tentang basis data modal sosial.

And basically, the more people feel that they are the same,

Pada dasarnya, semakin banyak orang yang merasa mereka adalah sama,

the more they trust each other,

semakin mereka percaya satu sama lain,

the more they can have a redistributionist welfare state.

dan semakin mungkin untuk negara meredistribusi kemakmuran.

Scandinavian countries are so wonderful

Negara-negara Skandinavia berhasil

karena mereka punya warisan sejarah sebagai negara-negara kecil dan homogen.

because they have this legacy of being small, homogenous countries.

And that leads to a progressive welfare state,

Dan ini membawa mereka menjadi negara makmur yang progresif,

a set of progressive left-leaning values, which says,

dengan nilai-nilai progresif sayap kiri yang mengatakan,

"Drawbridge down! The world is a great place.

"Buka jembatan! Dunia ini adalah tempat yang hebat,

People in Syria are suffering -- we must welcome them in."

orang-orang di Suriah menderita -- kita harus menerima mereka."

And it's a beautiful thing.

Dan ini adalah suatu hal yang indah.

But if, and I was in Sweden this summer,

Saya ke Swedia musim panas lalu.

if the discourse in Sweden is fairly politically correct

Seandainya perbincangan di Swedia bisa dikatakan netral secara politik

and they can't talk about the downsides,

dan mereka tidak bisa membicarakan kerugiannya,

mereka akan membawa banyak orang ke negara mereka.

you end up bringing a lot of people in.

That's going to cut social capital,

Yang akan memangkas modal sosial,

it makes it hard to have a welfare state

sehingga sulit mempertahankan negara makmur

and they might end up, as we have in America,

dan seperti yang kita lihat di Amerika, negara mereka

with a racially divided, visibly racially divided, society.

dan masyarakatnya bisa sangat terbelah karena isu rasial.

So this is all very uncomfortable to talk about.

Ini adalah topik pembicaraan yang tidak nyaman.

But I think this is the thing, especially in Europe and for us, too,

Tapi menurut saya, inilah yang harus kita amati,

terutama di Eropa dan juga di AS.

we need to be looking at.

CA: You're saying that people of reason,

CA: Anda mengatakan bahwa seseorang yang rasional,

people who would consider themselves not racists,

orang yang menganggap diri mereka tidak rasis,

but moral, upstanding people,

yang merasa dirinya bermoral, berintegritas,

have a rationale that says humans are just too different;

punya rasionalisasi bahwa manusia begitu berbeda;

that we're in danger of overloading our sense of what humans are capable of,

bahwa bahaya untuk terlalu memikirkan tentang apa yang mampu dilakukan manusia,

by mixing in people who are too different.

dengan mencampur orang-orang yang terlalu berbeda.

JH: Yes, but I can make it much more palatable

JH: Ya, tapi saya bisa membuatnya lebih bisa dipahami

by saying it's not necessarily about race.

dengan mengatakan bahwa ini tidak harus tentang masalah ras saja.

It's about culture.

Ini adalah masalah budaya.

There's wonderful work by a political scientist named Karen Stenner,

Ada tulisan bagus oleh peneliti politik Karen Stenner,

who shows that when people have a sense

yang menunjukkan bahwa ketika orang

that we are all united, we're all the same,

merasa bersatu, bahwa kita semua sama,

there are many people who have a predisposition to authoritarianism.

banyak orang mempunyai kecenderungan pada otoritarianisme.

Those people aren't particularly racist

Mereka pada dasarnya tidak rasis

when they feel as through there's not a threat

ketika merasa tidak ada ancaman

to our social and moral order.

pada sistem sosial dan moral mereka.

But if you prime them experimentally

Tapi kalau Anda siapkan mereka

untuk berpikir kita semakin terpisah, semakin banyak perbedaan dalam masyarakat,

by thinking we're coming apart, people are getting more different,

then they get more racist, homophobic, they want to kick out the deviants.

mereka akan jadi lebih rasis, homofobik, mereka ingin mengenyahkan para penyimpang.

So it's in part that you get an authoritarian reaction.

Jadi pada satu sisi kita melihat reaksi otoritarian.

The left, following through the Lennonist line --

Sayap kiri, menggunakan logika Lennon tadi --

the John Lennon line --

logika John Lennon --

does things that create an authoritarian reaction.

melakukan hal-hal yang mendorong reaksi otoriter.

We're certainly seeing that in America with the alt-right.

Itulah yang kita lihat di Amerika yang cenderung sayap kanan.

We saw it in Britain, we've seen it all over Europe.

Kita melihatnya di Inggris, dan di seluruh Eropa.

But the more positive part of that

Tapi aspek positifnya adalah

is that I think the localists, or the nationalists, are actually right --

menurut saya orang-orang yang menganut paham nasionalis sesungguhnya benar --

that, if you emphasize our cultural similarity,

bahwa kalau kita menekankan kesamaan budaya kita,

then race doesn't actually matter very much.

ras sebenarnya tidak terlalu penting.

So an assimilationist approach to immigration

Jadi pendekatan asimilasi dalam imigrasi

bisa menyelesaikan banyak masalah kita.

removes a lot of these problems.

And if you value having a generous welfare state,

Dan kalau kita menginginkan negara makmur yang berlimpah,

you've got to emphasize that we're all the same.

kita harus menekankan bahwa kita semua sama.

CA: OK, so rising immigration and fears about that

CA: OK, jadi meningkatnya imigrasi dan ketakutan akan imigrasi

are one of the causes of the current divide.

adalah salah satu penyebab perpecahan saat ini.

What are other causes?

Apa penyebab lainnya?

JH: The next principle of moral psychology

JH: Prinsip psikologi moral berikutnya

is that intuitions come first, strategic reasoning second.

adalah intuisi muncul lebih dulu, baru rasionalisasi setelahnya.

You've probably heard the term "motivated reasoning"

Anda mungkin pernah dengar istilah "motivated reasoning"

or "confirmation bias."

atau "confirmation bias."

There's some really interesting work

Ada beberapa studi yang menarik

on how our high intelligence and our verbal abilities

tentang bagaimana intelejensia tinggi dan kemampuan verbal kita

might have evolved not to help us find out the truth,

telah berevolusi bukan untuk membantu kita menemukan kebenaran,

but to help us manipulate each other, defend our reputation ...

tapi untuk memanipulasi satu sama lain, menjaga reputasi kita.

We're really, really good at justifying ourselves.

Kita amat sangat ahli dalam menjustifikasi diri sendiri.

And when you bring group interests into account,

Dan ketika Anda membawa kepentingan kelompok,

so it's not just me, it's my team versus your team,

masalahnya bukan lagi saya, tapi kelompok saya vs kelompok Anda.

whereas if you're evaluating evidence that your side is wrong,

Sebaliknya apabila Anda mengevaluasi bukti bahwa kelompok Anda salah,

we just can't accept that.

kita tidak bisa menerimanya.

So this is why you can't win a political argument.

Inilah kenapa kita tak bisa menang dalam debat politik.

If you're debating something,

Ketika berdebat tentang suatu hal,

you can't persuade the person with reasons and evidence,

Anda tidak bisa meyakinkan seseorang dengan alasan dan bukti,

because that's not the way reasoning works.

karena bukan begitu cara kita berpikir.

So now, give us the internet, give us Google:

Dengan internet, kita mencari di Google:

"I heard that Barack Obama was born in Kenya.

"Saya dengar Barack Obama lahir di Kenya.

Let me Google that -- oh my God! 10 million hits! Look, he was!"

Coba di-Google -- Ya Tuhan! 10 juta hasil! Itu memang benar!"

CA: So this has come as an unpleasant surprise to a lot of people.

CA: Ini adalah kejutan yang tidak menyenangkan bagi banyak orang.

Social media has often been framed by techno-optimists

Media sosial seringkali digambarkan oleh para optimis teknologi

as this great connecting force that would bring people together.

sebagai sebuah kekuatan penghubung hebat yang akan menyatukan kita.

And there have been some unexpected counter-effects to that.

Dan sudah ada beberapa dampak sebaliknya yang tidak kita kira.

JH: That's right.

JH: Betul.

Itulah kenapa saya begitu terpikat oleh pemikiran yin-yang

That's why I'm very enamored of yin-yang views

of human nature and left-right --

tentang sifat alamiah manusia --

that each side is right about certain things,

masing-masing yakin mereka benar tentang hal tertentu,

but then it goes blind to other things.

tapi menutup mata pada hal-hal lain.

And so the left generally believes that human nature is good:

Sayap kiri umumnya percaya bahwa sifat alami manusia itu baik:

bring people together, knock down the walls and all will be well.

menyatukan orang-orang, menghapus batas dan semua akan baik.

The right -- social conservatives, not libertarians --

Sayap kanan -- kelompok konservatif, bukan libertarian --

social conservatives generally believe people can be greedy

kelompok konservatif pada umumnya percaya bahwa manusia bisa menjadi tamak

and sexual and selfish,

dan seksual dan egois,

and we need regulation, and we need restrictions.

dan kita butuh peraturan, kita butuh batasan.

So, yeah, if you knock down all the walls,

Jadi kalau kita menghancurkan dinding yang ada,

allow people to communicate all over the world,

semua orang bisa berkomunikasi di seluruh dunia,

you get a lot of porn and a lot of racism.

hasilnya adalah pornografi dan rasisme.

CA: So help us understand.

CA: Bantu saya memahami ini.

These principles of human nature have been with us forever.

Sifat alamiah manusia ini sudah ada pada kita sejak dulu.

What's changed that's deepened this feeling of division?

Apa yang berubah, sehingga memperburuk perasaan terpecah ini?

JH: You have to see six to ten different threads all coming together.

JH: Ada 6-10 alasan yang mencuat bersamaan.

I'll just list a couple of them.

Saya akan menyebutkan beberapa di antaranya.

So in America, one of the big -- actually, America and Europe --

Di Amerika -- di Amerika dan Eropa --

one of the biggest ones is World War II.

salah satu penyebab terbesar adalah Perang Dunia II.

There's interesting research from Joe Henrich and others

Ada riset menarik yang dilakukan Joe Henrich dkk

that says if your country was at war,

yang mengatakan bahwa ketika negara Anda sedang perang,

especially when you were young,

terutama ketika Anda masih muda,

then we test you 30 years later in a commons dilemma

dan mereka menguji Anda 30 tahun setelahnya dalam commons dilemma

or a prisoner's dilemma,

atau prisoner's dilemma,

you're more cooperative.

Anda akan lebih kooperatif.

Because of our tribal nature, if you're --

Karena sifat kesukuan Anda --

my parents were teenagers during World War II,

ketika orangtua saya masih remaja semasa Perang Dunia II,

and they would go out looking for scraps of aluminum

mereka membantu mencari sisa-sisa aluminium

to help the war effort.

untuk membantu dalam perang.

I mean, everybody pulled together.

Semua orang bersatu padu.

And so then these people go on,

Dan mereka bersama-sama

they rise up through business and government,

bangkit di sektor bisnis dan pemerintah,

they take leadership positions.

dan mengambil posisi pemimpin.

They're really good at compromise and cooperation.

Mereka ahli dalam berkompromi dan bekerja sama.

They all retire by the '90s.

Mereka semua pensiun tahun 90an.

So we're left with baby boomers by the end of the '90s.

Sehingga di akhir 90an, yang ada di posisi ini adalah para baby boomers.

And their youth was spent fighting each other within each country,

Dan masa muda mereka dihabiskan berperang satu sama lain dalam negara masing-masing

in 1968 and afterwards.

dari tahun 1968 seterusnya.

The loss of the World War II generation, "The Greatest Generation,"

Hilangnya generasi Perang Dunia II, "Generasi Terhebat,"

is huge.

adalah tragedi besar.

So that's one.

Ini satu penyebabnya.

Another, in America, is the purification of the two parties.

Penyebab lainnya, di Amerika, adalah purifikasi dua partai.

There used to be liberal Republicans and conservative Democrats.

Dulu kita punya Partai Republik yang liberal

dan Partai Demokrat yang konservatif.

So America had a mid-20th century that was really bipartisan.

Amerika sangat bipartisan di pertengahan abad ke-20.

But because of a variety of factors that started things moving,

Tapi karena banyak hal, ini mulai berubah

by the 90's, we had a purified liberal party and conservative party.

dan di tahun 90an, kita punya partai liberal dan partai konservatif.

Sekarang, orang-orang di kedua partai ini sangat berbeda,

So now, the people in either party really are different,

and we really don't want our children to marry them,

dan kita tidak ingin anak-anak kita menikahi mereka,

which, in the '60s, didn't matter very much.

yang mana di tahun 60an, ini bukan persoalan besar.

So, the purification of the parties.

Itulah purifikasi partai.

Third is the internet and, as I said,

Yang ketiga adalah internet, dan seperti sudah saya katakan,

it's just the most amazing stimulant for post-hoc reasoning and demonization.

ini adalah stimulan paling spektakuler untuk mencari alasan dan menyalahkan.

CA: The tone of what's happening on the internet now is quite troubling.

CA: Nada bicara orang-orang di internet cukup meresahkan.

I just did a quick search on Twitter about the election

Saya baru saja melakukan pencarian Twitter tentang pemilu

and saw two tweets next to each other.

dan saya melihat dua tweet berdekatan.

One, against a picture of racist graffiti:

Yang satu, di bawah gambar grafiti bernada rasis:

"This is disgusting!

"Ini menjijikkan!

Ugliness in this country, brought to us by #Trump."

Keburukan di negara ini, dibawakan oleh #Trump."

And then the next one is:

Dan yang berikutnya:

"Crooked Hillary dedication page. Disgusting!"

"Halaman untuk Hillary yang korup. Menjijikkan!"

So this idea of "disgust" is troubling to me.

Pemikiran tentang "jijik" ini meresahkan bagi saya.

Because you can have an argument or a disagreement about something,

Karena kita bisa setuju atau tidak setuju tentang sesuatu hal,

you can get angry at someone.

Anda bisa marah terhadap seseorang.

Disgust, I've heard you say, takes things to a much deeper level.

Anda mengatakan bahwa perasaan jijik itu jauh lebih mendalam.

JH: That's right. Disgust is different.

JH: Betul. Perasaan jijik itu berbeda.

Anger -- you know, I have kids.

Marah -- Anda tahu,

They fight 10 times a day,

anak-anak saya berkelahi 10 kali sehari,

and they love each other 30 times a day.

dan mereka saling menyayangi 30 kali sehari.

You just go back and forth: you get angry, you're not angry;

Begitu seterusnya: mereka marah, lalu tidak marah;

you're angry, you're not angry.

marah, tidak marah.

But disgust is different.

Tapi jijik itu berbeda.

Disgust paints the person as subhuman, monstrous,

Perasaan jijik itu menggambarkan objeknya lebih rendah daripada manusia, monster,

deformed, morally deformed.

cacat, cacat secara moral.

Disgust is like indelible ink.

Jijik itu tidak bisa dihapus.

There's research from John Gottman on marital therapy.

Ada riset yang dilakukan John Gottman tentang terapi pernikahan.

If you look at the faces -- if one of the couple shows disgust or contempt,

Apabila Anda lihat wajah mereka -- apabila salah seorang terlihat jijik atau benci,

that's a predictor that they're going to get divorced soon,

itu indikasi bahwa mereka akan segera bercerai.

whereas if they show anger, that doesn't predict anything,

Tapi apabila mereka terlihat marah, itu tidak memprediksi apa pun,

because if you deal with anger well, it actually is good.

karena kalau Anda bisa mengatasi amarah, ini sesuatu yang baik.

So this election is different.

Pemilu ini berbeda.

Donald Trump personally uses the word "disgust" a lot.

Donald Trump sendiri banyak menggunakan kata "jijik."

He's very germ-sensitive, so disgust does matter a lot --

Dia sensitif terhadap kuman, jadi jijik itu sangat penting --

more for him, that's something unique to him --

terutama pada dirinya, ini adalah sesuatu yang khas Trump --

but as we demonize each other more,

tapi semakin kita mengutuk satu sama lain

and again, through the Manichaean worldview,

menggunakan sudut pandang Manichaean,

pemikiran bahwa dunia ini adalah pertarungan antara kekuatan baik dan jahat

the idea that the world is a battle between good and evil

as this has been ramping up,

seperti yang berkembang saat ini,

we're more likely not just to say they're wrong or I don't like them,

kita tidak hanya cenderung menyebut mereka salah

dan kita tidak menyukai mereka,

but we say they're evil, they're satanic,

tapi kita menyebut mereka jahat, setan,

they're disgusting, they're revolting.

bahwa mereka menjijikkan.

And then we want nothing to do with them.

Jadi kita tidak mau berurusan dengan mereka.

And that's why I think we're seeing it, for example, on campus now.

Dan menurut saya, itulah kenapa kita menyaksikan ini di kampus-kampus.

We're seeing more the urge to keep people off campus,

Kita melihat ada keinginan untuk menjauhkan mereka dari kampus,

silence them, keep them away.

membungkam mereka, menjauhkan mereka.

I'm afraid that this whole generation of young people,

Saya khawatir jika pengalaman pertama generasi muda

if their introduction to politics involves a lot of disgust,

dengan politik melibatkan banyak perasaan jijik,

they're not going to want to be involved in politics as they get older.

mereka tidak akan ingin terlibat dalam politik ketika mereka dewasa.

CA: So how do we deal with that?

CA: Jadi bagaimana kita mengatasinya?

Disgust. How do you defuse disgust?

Jijik. Bagaimana kita meredakan rasa jijik?

JH: You can't do it with reasons.

JH: Anda tidak bisa menggunakan alasan.

I think ...

Menurut saya...

Saya mempelajari rasa jijik bertahun-tahun,

I studied disgust for many years, and I think about emotions a lot.

dan saya banyak memikirkan tentang emosi.

And I think that the opposite of disgust is actually love.

Dan menurut saya lawan dari jijik adalah kasih sayang.

Love is all about, like ...

Kasih sayang itu seperti ...

Disgust is closing off, borders.

Kalau jijik membangun dan menutup perbatasan,

Love is about dissolving walls.

rasa kasih sayang melebur dinding perbatasan itu.

So personal relationships, I think,

Jadi menurut saya, hubungan personal

are probably the most powerful means we have.

mungkin adalah alat terkuat yang kita punya.

You can be disgusted by a group of people,

Anda mungkin merasa jijik akan sekelompok orang,

tapi kemudian Anda bertemu dengan satu orang

but then you meet a particular person

and you genuinely discover that they're lovely.

dan menemukan bahwa ternyata mereka orang baik.

And then gradually that chips away or changes your category as well.

Perlahan itu akan mengikis atau mengubah kategorisasi Anda.

The tragedy is, Americans used to be much more mixed up in the their towns

Tragisnya, warga AS zaman dulu hidup lebih beragam di kota-kota mereka

by left-right or politics.

dari segi politik sayap kiri-kanan.

Kini perbedaan itu jadi perpecahan moral yang besar

And now that it's become this great moral divide,

there's a lot of evidence that we're moving to be near people

sehingga banyak bukti menunjukkan kita cenderung berada di sekitar

who are like us politically.

orang-orang yang pandangan politiknya mirip.

It's harder to find somebody who's on the other side.

Lebih sulit menemukan orang yang berbeda pandangan.

So they're over there, they're far away.

Mereka ada di sana, jauh sekali.

It's harder to get to know them.

Lebih sulit mengenal mereka.

CA: What would you say to someone or say to Americans,

CA: Apa pesan Anda pada mereka,

atau warga AS pada umumnya,

people generally,

tentang apa yang harus kita pahami tentang satu sama lain

about what we should understand about each other

that might help us rethink for a minute

yang bisa membantu kita untuk merefleksikan kembali

this "disgust" instinct?

insting kita untuk merasa jijik?

JH: Yes.

JH: Ya.

A really important thing to keep in mind --

Yang penting untuk diingat --

there's research by political scientist Alan Abramowitz,

ada riset oleh peneliti politik Alan Abramowitz,

showing that American democracy is increasingly governed

yang menunjukkan bahwa demokrasi di Amerika semakin diarahkan

by what's called "negative partisanship."

oleh sesuatu yang disebut "partisan negatif."

That means you think, OK there's a candidate,

Yang berarti kita berpikir, ada seorang kandidat,

kita suka kandidat ini, dan kita memilihnya di pemilu.

you like the candidate, you vote for the candidate.

But with the rise of negative advertising

Tapi dengan meningkatnya promosi negatif

and social media and all sorts of other trends,

dan media sosial dan segala tren baru,

increasingly, the way elections are done

semakin sering yang terjadi adalah

is that each side tries to make the other side so horrible, so awful,

masing-masing pihak berusaha menggambarkan pihak lawan

dengan sangat buruk dan mengerikan,

that you'll vote for my guy by default.

sehingga Anda mau tak mau memilih kandidat saya.

And so as we more and more vote against the other side

Dan kita semakin sering memilih karena tidak suka pihak lawan,

and not for our side,

alih-alih karena suka kandidat kita,

you have to keep in mind that if people are on the left,

Anda harus ingat apabila seseorang ada di sayap kiri,

mereka berpikir, "Aku dulu berpikir pendukung Partai Republik itu buruk,

they think, "Well, I used to think that Republicans were bad,

tapi sekarang Donald Trump membuktikannya.

but now Donald Trump proves it.

And now every Republican, I can paint with all the things

Dan sekarang saya melihat setiap pendukung Partai Republik

that I think about Trump."

seperti Trump."

And that's not necessarily true.

Namun ini tidak sepenuhnya benar.

They're generally not very happy with their candidate.

Umumnya mereka tidak terlalu senang dengan kandidat mereka.

This is the most negative partisanship election in American history.

Ini adalah pemilu partisan paling negatif dalam sejarah Amerika.

So you have to first separate your feelings about the candidate

Jadi pertama, Anda harus memisahkan perasaan Anda tentang kandidat

from your feelings about the people who are given a choice.

dengan perasaan Anda tentang orang-orang yang memilih.

And then you have to realize that,

Lalu Anda harus menyadari bahwa

karena kita semua tinggal dalam dunia moral yang berbeda --

because we all live in a separate moral world --

the metaphor I use in the book is that we're all trapped in "The Matrix,"

metafora yang saya gunakan adalah bahwa kita semua terjebak dalam "The Matrix,"

or each moral community is a matrix, a consensual hallucination.

atau bahwa setiap komunitas moral adalah sebuah matrix, halusinasi bersama.

And so if you're within the blue matrix,

Jadi kalau Anda ada di dalam matrix biru,

everything's completely compelling that the other side --

kita dibuat untuk berpikir bahwa pihak lawan adalah --

they're troglodytes, they're racists, they're the worst people in the world,

terbelakang layaknya manusia gua, rasis, orang terparah di dunia,

and you have all the facts to back that up.

dan Anda punya semua fakta yang mendukung pendapat tersebut.

But somebody in the next house from yours

Tapi tetangga Anda

is living in a different moral matrix.

tinggal dalam matrix moral yang berbeda.

They live in a different video game,

Mereka tinggal dalam video game yang berbeda,

and they see a completely different set of facts.

dan mereka melihat fakta-fakta yang berbeda.

And each one sees different threats to the country.

Masing-masing melihat ancaman yang berbeda terhadap negara ini.

And what I've found from being in the middle

Yang saya lihat ketika berada di tengah-tengah

and trying to understand both sides is: both sides are right.

dan berusaha memahami kedua pihak adalah: kedua pihak benar.

There are a lot of threats to this country,

Ada banyak ancaman di negara ini,

and each side is constitutionally incapable of seeing them all.

dan masing-masing tidak mampu melihatnya secara keseluruhan.

CA: So, are you saying that we almost need a new type of empathy?

CA: Jadi, Anda mengatakan bahwa kita agaknya membutuhkan empati jenis baru?

Empathy is traditionally framed as:

Secara tradisional, empati itu dijelaskan sbb:

"Oh, I feel your pain. I can put myself in your shoes."

"Saya bisa membayangkan diri saya di posisi Anda."

And we apply it to the poor, the needy, the suffering.

Kita menerapkannya pada kaum miskin, orang yang membutuhkan, yang menderita.

We don't usually apply it to people who we feel as other,

Tapi bukan pada orang yang kita anggap lawan,

or we're disgusted by.

atau orang yang membuat kita merasa jijik.

JH: No. That's right.

JH: Ya, betul.

CA: What would it look like to build that type of empathy?

CA: Akan seperti apa seandainya kita membangun empati seperti ini?

JH: Actually, I think ...

JH: Sebenarnya, menurut saya ...

Empathy is a very, very hot topic in psychology,

Empati adalah topik hangat dalam studi psikologi,

and it's a very popular word on the left in particular.

dan ini adalah kata yang sangat populer terutama di sayap kiri.

Empathy is a good thing, and empathy for the preferred classes of victims.

Empati adalah hal baik, dan untuk berempati pada korban yang kita sukai.

So it's important to empathize

Adalah penting untuk berempati

with the groups that we on the left think are so important.

dengan kelompok yang menurut kita di sayap kiri, adalah penting.

That's easy to do, because you get points for that.

Dan ini gampang dilakukan, karena Anda dipuji ketika melakukannya.

But empathy really should get you points if you do it when it's hard to do.

Tapi harusnya, Anda hanya dipuji ketika empati itu sulit dilakukan.

And, I think ...

Dan menurut saya ...

You know, we had a long 50-year period of dealing with our race problems

Anda tahu, selama 50 tahun kita berkutat dengan masalah ras

and legal discrimination,

dan diskriminasi legal di AS,

and that was our top priority for a long time

dan ini sudah lama menjadi prioritas utama kita

and it still is important.

dan masih sangat penting sampai sekarang.

But I think this year,

Tapi tahun ini, menurut saya,

I'm hoping it will make people see

saya harap orang-orang bisa melihat

that we have an existential threat on our hands.

bahwa ada ancaman yang selalu ada di tangan kita.

Our left-right divide, I believe,

Saya yakin bahwa perbedaan sayap kiri dan kanan

is by far the most important divide we face.

adalah perpecahan paling penting yang pernah kita hadapi.

We still have issues about race and gender and LGBT,

Masih ada masalah ras, jender, dan LGBT,

but this is the urgent need of the next 50 years,

tapi masalah ini sifatnya mendesak untuk 50 tahun ke depan,

and things aren't going to get better on their own.

dan situasi tidak akan membaik dengan sendirinya.

So we're going to need to do a lot of institutional reforms,

Kita harus melakukan banyak reformasi institusi,

and we could talk about that,

dan kita bisa membicarakannya,

but that's like a whole long, wonky conversation.

tapi ini adalah pembicaraan panjang dan melelahkan.

But I think it starts with people realizing that this is a turning point.

Tapi menurut saya ini dimulai dengan orang-orang

menyadari bahwa ini adalah titik balik.

And yes, we need a new kind of empathy.

Kita memerlukan empati jenis baru.

We need to realize:

Kita perlu menyadari:

this is what our country needs,

ini yang dibutuhkan negara kita:

and this is what you need if you don't want to --

dan ini yang kita butuhkan jika kita tidak ingin --

Raise your hand if you want to spend the next four years

Angkat tangan Anda jika Anda ingin menghabiskan 4 tahun ke depan

as angry and worried as you've been for the last year -- raise your hand.

semarah dan sekhawatir setahun terakhir -- angkat tangan.

So if you want to escape from this,

Kalau Anda ingin lepas dari masalah ini,

read Buddha, read Jesus, read Marcus Aurelius.

bacalah Buddha, bacalah Jesus, bacalah Marcus Aurelius.

They have all kinds of great advice for how to drop the fear,

Semuanya punya nasehat baik untuk melepaskan ketakutan,

reframe things,

menata ulang,

stop seeing other people as your enemy.

berhenti melihat orang lain sebagai musuh.

There's a lot of guidance in ancient wisdom for this kind of empathy.

Ada banyak panduan dalam kebijaksanaan kuno

tentang empati jenis ini.

CA: Here's my last question:

CA: Pertanyaan terakhir saya:

Personally, what can people do to help heal?

Secara individu, apa yang bisa dilakukan orang-orang untuk kembali pulih?

JH: Yeah, it's very hard to just decide to overcome your deepest prejudices.

JH: Sangat sulit untuk memutuskan Anda ingin mengalahkan prasangka terdalam Anda.

And there's research showing

Dan ada riset yang menunjukkan bahwa

that political prejudices are deeper and stronger than race prejudices

prasangka politik lebih mendalam dan lebih kuat daripada prasangka rasial

in the country now.

di AS saat ini.

So I think you have to make an effort -- that's the main thing.

Jadi menurut saya, Anda harus berusaha -- itu yang utama.

Make an effort to actually meet somebody.

Berusaha untuk bertemu dengan seseorang.

Everybody has a cousin, a brother-in-law,

Setiap orang punya sepupu, saudara ipar,

somebody who's on the other side.

seseorang di sisi berlawanan.

So, after this election --

Jadi, setelah pemilu ini --

wait a week or two,

tunggu satu atau dua minggu,

because it's probably going to feel awful for one of you --

karena salah satu dari Anda mungkin akan merasa sangat menderita --

but wait a couple weeks, and then reach out and say you want to talk.

tunggulah beberapa minggu, kemudian hubungi mereka dan ajak bicara.

And before you do it,

Dan sebelum Anda melakukannya,

bacalah buku Dale Carnegie, "Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain"

read Dale Carnegie, "How to Win Friends and Influence People" --

(Laughter)

(Tertawa)

I'm totally serious.

Saya serius.

You'll learn techniques if you start by acknowledging,

Anda bisa belajar caranya, apabila Anda mulai dengan mengakui,

if you start by saying,

mulai dengan mengatakan,

"You know, we don't agree on a lot,

"Kita tidak setuju tentang banyak hal,

but one thing I really respect about you, Uncle Bob,"

tapi satu hal yang kuhormati darimu, Paman Bob,"

or "... about you conservatives, is ... "

atau "...dari kelompok konservatif adalah..."

And you can find something.

Anda bisa menemukan sesuatu.

If you start with some appreciation, it's like magic.

Kalau Anda mulai dengan menghargai, mudah saja.

This is one of the main things I've learned

Ini adalah salah satu hal utama yang saya pelajari

that I take into my human relationships.

dan saya gunakan dalam hubungan pribadi saya.

I still make lots of stupid mistakes,

Saya masih melakukan banyak kesalahan.

but I'm incredibly good at apologizing now,

tapi sekarang saya jadi sangat ahli meminta maaf,

and at acknowledging what somebody was right about.

dan mengakui bahwa orang lain benar.

And if you do that,

Dan jika Anda melakukannya,

then the conversation goes really well, and it's actually really fun.

percakapan akan mengalir dengan baik, dan sebenarnya menyenangkan.

CA: Jon, it's absolutely fascinating speaking with you.

CA: Jon, sungguh menarik berdiskusi dengan Anda.

It really does feel like the ground that we're on

Benar-benar terasa seakan tanah yang kita pijak

is a ground populated by deep questions of morality and human nature.

penuh dengan pertanyaan mendalam tentang moral dan sifat alamiah manusia.

Your wisdom couldn't be more relevant.

Pengetahuan yang Anda bagi hari ini sangat relevan.

Thank you so much for sharing this time with us.

Terima kasih telah membagi waktu Anda bersama kami.

JH: Thanks, Chris.

JH: Terima kasih, Chris.

JH: Thanks, everyone.

JH: Terima kasih semuanya.

(Applause)

(Tepuk tangan)