The data behind Hollywood's sexism | Stacy Smith

Translator: Bernadine Rosa Isabella Reviewer: Rizki Febriani

Hari ini, aku ingin memberitahu mengenai masalah sosial yang mendesak.

Nah, ini bukan tentang senjata nuklir,

bukan tentang imigrasi,

Today, I want to tell you about a pressing social issue.

dan bukan tentang malaria

Aku di sini untuk berbicara tentang film.

Now, it's not nuclear arms,

Film sangatlah penting.

it's not immigration,

and it's not malaria.

I'm here to talk about movies.

Dalam film, kita bisa sangat terhibur,

Now, in all seriousness, movies are actually really important.

dan kita juga bisa terbawa oleh ceritanya.

In film, we can be wildly entertained,

Bercerita sangatlah penting.

Suatu cerita dapat memberitahu apa yang dihargai masyarakat,

and we can also be transported through storytelling.

mereka memberi kita banyak pelajaran,

dan mereka berbagi serta melestarikan sejarah kita.

Storytelling is so important.

Stories tell us what societies value,

Cerita adalah hal yang luar biasa.

Tapi cerita tidak dapat memberi semua orang

they offer us lessons,

and they share and preserve our history.

kesempatan yang sama untuk muncul di dalamnya,

Stories are amazing.

khususnya bukan cerita

But stories don't give everyone

yang terkungkung dalam bentuk film Amerika.

the same opportunity to appear within them,

Dalam film, menariknya,

particularly not stories

perempuan masih terhapus dan terpinggirkan

compartmentalized in the form of American movies.

dalam banyak cerita kita.

In film, interestingly enough,

Dan aku pertama kali belajar ini sekitar 10 tahun yang lalu

females are still erased and marginalized

ketika aku melakukan studi tentang peran gender dalam film berperingkat G.

in a lot of our stories.

Sejak itu, kami telah melakukan lebih dari 30 investigasi.

And I learned this for the first time about 10 years ago

Timku lelah.

when I did my first study on gender role in G-rated films.

Dan aku telah mengabdikan hidupku

Since then, we've conducted more than 30 investigations.

sebagai peneliti dan aktivis

My team is tired.

untuk memerangi krisis inklusi

And I've committed my life

di Hollywood.

Karena itu, aku ingin memberitahu kalian mengenai krisis tersebut.

as researcher and activist

to fighting the inclusion crisis

Aku ingin bicara tentang ketidaksetaraan gender di film.

Aku ingin beritahu bagaimana ini dilestarikan,

in Hollywood.

So today, what I'd like to do is tell you about that crisis.

kemudian aku akan beritahu cara kita memperbaikinya.

I want to talk about gender inequality in film.

Namun, satu peringatan sebelum aku mulai:

I want to tell you how it is perpetuated,

and then I'm going to tell you how we're going to fix it.

dataku sungguh menyedihkan.

Jadi sebelumnya aku ingin minta maaf,

However, one caveat before I begin:

karena aku akan membuat kalian dalam suasana hati yang buruk.

my data are really depressing.

Tapi aku akan membahasnya di akhir,

So I want to apologize in advance,

dan aku akan memberikan hikmahnya

because I'm going to put you all in a really bad mood.

untuk memperbaiki kekacauan yang sudah kita alami

But I'm going to bring it up at the end,

untuk waktu yang sangat lama.

and I'm going to present a silver lining

Jadi, mari kita mulai dengan gawatnya situasi ini.

to fix this mess that we've been in

Setiap tahun, tim penelitiku memeriksa 100 film terlaris

for a very, very long time.

di Amerika Serikat.

So, let's start with the gravity of the situation.

Yang kami lakukan adalah melihat setiap karakter yang berbicara di layar.

Each year, my research team examines the top 100 grossing films

Sekarang, untuk masuk ke dalam salah satu penyelidikanku,

in the United States.

yang harus dilakukan seorang karakter adalah mengucapkan satu kata.

What we do is we look at every speaking or named character on-screen.

Ini merupakan hal yang mudah.

Now, to count in one of my investigations,

(Tertawa)

all a character has to do is say one word.

Sejauh ini, kami telah melihat 800 film,

dari 2007 hingga 2015,

This is a very low bar.

membuat katalog dari karakter di layar dalam jenis kelamin, ras, etnis,

(Laughter)

Thus far, we've looked at 800 movies,

LGBT dan karakter penyandang disabilitas.

from 2007 to 2015,

cataloguing every speaking character on-screen for gender, race, ethnicity,

Mari kita lihat beberapa tren yang bermasalah.

LGBT and characters with a disability.

Pertama, perempuan masih terlihat absen di layar dalam sebuah film.

Let's take a look at really some problematic trends.

Di 800 film dan 35.205 karakter yang berbicara

First, females are still noticeably absent on-screen in film.

kurang dari sepertiga dari semua peran diberikan pada perempuan.

Across 800 movies and 35,205 speaking characters,

Kurang dari sepertiga!

Tidak ada perubahan dari 2007 sampai 2015,

less than a third of all roles go to girls and women.

dan jika dibandingkan hasilnya

dengan sampel kecil fim dari tahun 1946 sampai 1955,

Less than a third!

There's been no change from 2007 to 2015,

tidak ada perubahan selama lebih dari setengah abad.

and if you compare our results

to a small sample of films from 1946 to 1955,

Lebih dari setengah abad!

Tapi kita setengah dari populasi.

there's been no change in over a half of a century.

Sekarang, kalau kita lihat data ini secara terpilah,

yang menjadi fokus hari ini,

Over half of a century!

But we're half of the population.

hal ini menjadi lebih bermasalah.

Now, if we look at this data intersectionally,

Di antara 100 film teratas tahun lalu,

which has been a focus of today,

48 film tidak menampilkan satu karakter kulit hitam atau orang Afrika-Amerika,

the picture becomes even more problematic.

tidak satu pun.

Across the top 100 films of just last year,

70 film tidak punya karakter orang Asia atau orang Asia-Amerika

48 films didn't feature one black or African-American speaking character,

yang merupakan perempuan.

Tidak ada.

not one.

84 film tidak menampilkan satu karakter perempuan yang menyandang disabilitas.

70 films were devoid of Asian or Asian-American speaking characters

Dan 93 film tidak punya karakter perempuan yang lesbian, biseksual, atau transgender.

that were girls or women.

None.

Eighty-four films didn't feature one female character that had a disability.

Ini bukan kurangnya representasi.

And 93 were devoid of lesbian, bisexual or transgender female speaking characters.

Ini adalah penghapusan,

dan aku menyebutnya epidemi yang tak terlihat.

This is not underrepresentation.

Ketika kita beralih dari prevalensi ke protagonis,

This is erasure,

and I call this the epidemic of invisibility.

ceritanya masih tetap bermasalah.

Dari 100 film tahun lalu,

Now, when we move from prevalence to protagonist,

hanya 32 yang ada pemeran utama perempuan atau ada yang mendorong aksi itu.

the story is still problematic.

Hanya 3 dari 100 film

Out of a hundred films last year,

menampilkan perempuan yang terpinggirkan menjalankan sebuah cerita,

only 32 featured a female lead or colead driving the action.

dan hanya satu perempuan

Only three out of a hundred films

yang berusia 45 tahun atau lebih pada saat filmnya rilis di teater.

featured an underrepresented female driving the story,

Sekarang mari kita lihat penggambarannya.

and only one diverse woman

Selain angka yang baru saja kalian lihat,

that was 45 years of age or older at the time of theatrical release.

perempuan jauh lebih mungkin diseksualisai di dalam film

Now let's look at portrayal.

dibandingkan rekan laki-laki mereka.

Faktanya, mereka 3 kali lebih mungkin

In addition to the numbers you just saw,

females are far more likely to be sexualized in film

tampil dalam pakain yang terbuka,

setengah telanjang,

dan mereka cenderung bertubuh kurus.

than their male counterparts.

Matter of fact, they're about three times as likely

Terkadang dalam animasi, perempuan sangat kurus

to be shown in sexually revealing clothing,

sampai ukuran pinggang mereka mendekati lingkar lengan atas.

partially naked,

and they're far more likely to be thin.

Now, sometimes, in animation, females are so thin

(Tertawa)

Kami ingin bilang bahwa para perempuan ini tidak punya ruang untuk rahim

that their waist size approximates the circumference of their upper arm.

atau organ internal lainnya.

(Laughter)

(Tertawa)

We like to say that these gals have no room for a womb

Tapi serius,

teori menyarankan, penelitian menegaskan,

or any other internal organ.

paparan tubuh ideal kurus dan konten objektifikasi

(Laughter)

dapat menyebabkan ketidakpuasan tubuh, internalisasi tubuh ideal kurus

Now, all joking aside,

theories suggest, research confirms,

dan objektifikasi diri di antara penonton perempuan.

exposure to thin ideals and objectifying content

can lead to body dissatisfaction, internalization of the thin ideal

Jelas, apa yang kita lihat di layar

dan yang ada di sekitar kita,

and self-objectification among some female viewers.

mereka tidak sama.

Mereka tidak sama!

Faktanya, jika kita hidup di dunia layar,

Obviously, what we see on-screen

kita akan menghadapi krisis populasi.

and what we see in the world,

they do not match.

They do not match!

Jadi, setelah aku menyadari pola-pola ini,

Matter of fact, if we lived in the screen world,

Aku ingin mencari tahu,

dan ternyata ada 2 penyebab ketidaksetaraan di layar:

we would have a population crisis on our hands.

gender pembuat konten dan persepsi penonton yang salah.

So, as soon as I recognized these patterns,

I wanted to find out why,

Mari kita bongkar hal itu.

and it turns out that there are two drivers to inequality on-screen:

Jika kalian ingin mengubah pola yang baru kubicarakan,

content creator gender and misperceptions of the audience.

maka kalian perlu merekrut sutradara perempuan.

Ternyata, sutradara perempuan

Let's unpack them really quick.

dikaitkan dengan, dalam film pendek dan indie,

If you want to change any of the patterns I just talked about,

all you have to do is hire female directors.

lebih banyak perempuan di layar,

Turns out, the female directors

lebih banyak pemeran utama perempuan,

are associated with, in terms of short films and indie films,

lebih banyak cerita dengan perempuan di atas 40 tahun atau lebih di layar,

more girls and women on-screen,

yang menurutku merupakan kabar baik untuk kerumunan ini.

more stories with women in the center,

Lebih banyak yang terpinggirkan --

more stories with women 40 years of age or older on-screen,

(Tertawa)

Maaf.

which I think is good news for this crowd.

(Tertawa)

Maaf tiada penyesalan.

More underrepresented --

Karakter yang kurang terwakili dalam hal ras dan etnis,

(Laughter)

dan yang paling penting,

Sorry.

(Laughter)

lebih banyak perempuan bekerja di belakang kamera

Sorry but not sorry.

dalam peran utama produksi.

More underrepresented characters in terms of race and ethnicity,

Jawaban mudah untuk masalah yang baru kita bicarakan.

and most importantly,

more women working behind the camera

Atau benar begitu?

Sebenarnya tidak.

in key production roles.

800 film, 2007-2015,

Easy answer to the problems that we just talked about.

886 sutradara.

Or is it?

Hanya 4,1 persen perempuan.

It's actually not.

800 films, 2007-2015,

Hanya 3 orang kulit hitam atau Afrika-Amerika,

886 directors.

dan hanya satu perempuan Asia.

Only 4.1 percent are women.

Jadi mengapa begitu sulit

Only three are African-American or black,

untuk punya sutradara perempuan

and only one woman was Asian.

jika mereka adalah bagian dari solusi?

So why is it so difficult

Nah, untuk menjawab pertanyaan itu,

kami melakukan penelitian.

to have female directors

Kami mewawancarai banyak orang dalam industri

if they're part of the solution?

dan bertanya pada mereka mengenai sutradara.

Well, to answer this question,

Ternyata, baik eksekutif pria maupun perempuan,

we conducted a study.

We interviewed dozens of industry insiders

ketika mereka memikirkan sutradara

mereka akan pikir seorang pria.

and asked them about directors.

Mereka menganggap ciri kepemimpinan

Turns out, both male and female executives,

bersifat maskulin.

when they think director,

Jadi ketika mereka akan mempekerjakan sutradara

they think male.

They perceive the traits of leadership

yang memimpin kru, memipin sebuah kapal

to be masculine in nature.

menjadi seorang visioner atau Jenderal Patton,

So when they're going to hire a director

semua hal yang kita dengar --

pikiran dan ide mereka berpikir pria.

to command a crew, lead a ship,

be a visionary or be General Patton,

Persepsi mereka akan sutradara atau seorang pemimpin

all the things that we've heard --

tidak sesuai dengan persepsi seorang perempuan.

their thoughts and ideations pull male.

Perannya tidak sesuai,

The perception of director or a leader

yang konsisten dengan banyak penelitian di arena psikologis.

is inconsistent with the perception of a woman.

Faktor kedua yang berkontribusi terhadap ketidaksetaraan di layar

The roles are incongruous,

adalah persepsi penonton yang salah.

which is consistent with a lot of research in the psychological arena.

Aku tidak perlu memberitahu kalian:

50 persen orang yang pergi ke bioskop dan membeli tiket

Second factor contributing to inequality on-screen

adalah perempuan di negara ini.

is misperceptions of the audience.

Benar?

I don't need to tell this crowd:

Tapi kita tidak dianggap sebagai penonton yang layak dan menguntungkan.

50 percent of the people that go to the box office and buy tickets

are girls and women in this country.

Selanjutnya, ada beberapa kesalahan persepsi

Right?

But we're not perceived to be a viable or financially lucrative target audience.

tentang apakah perempuan dapat membuka film.

membuka film artinya jika perempuan menjadi peran utama,

Further, there's some misperceptions

maka tidak akan ada keuntungan

about whether females can open a film.

sedangkan jika pria jadi peran utama maka akan ada keuntungan.

Open a film means that if you place a female at the center,

Persepsi ini sebenarnya bersifat keuntungan.

it doesn't have the return on investment

Ya kan?

that if you place a male at the center of a story does.

Terutama setelah kesuksesan waralaba film

seperti “The Hunger Games,”

This misperception is actually costly.

“Pitch Perfect”

atau film indie kecil, “Star Wars: The Force Awakens.”

Right?

Especially in the wake of franchise successes

like "The Hunger Games,"

Analisis ekonomi kita menunjukkan bahwa gender dari peran utama

"Pitch Perfect"

or that small little indie film, "Star Wars: The Force Awakens."

tidak berperan dalam keberhasilan ekonomi di Amerika Serikat.

Tapi apa yang berperan?

Our own economic analyses show that gender of the lead character

Biaya produksi sendiri

atau bersamaan dengan seberapa luas sebuah film didistribusikan di negara ini.

doesn't play a role in economic success in the United States.

But what does?

Production costs alone

Ini bukan gender dari peran utama.

or in conjunction with how widely a film is distributed in this country.

Jadi pada titik ini, kita semua cukup tertekan.

Tak ada yang berubah dalam 50 tahun.

It's not the gender of the lead character.

Sedikit sutradara perempuan ada di belakang kamera

So at this point, we should all be sufficiently depressed.

dan industri hiburan tidak mempercayai kita sebagai penonton.

No change in 50 years,

Nah, aku bilang akan ada hikmahnya,

few female directors working behind the camera

dan memang ada.

and the entertainment industry does not trust us as an audience.

Sebenarnya ada solusi sederhana dan nyata

untuk memperbaiki masalah ini

Well, I told you there would be a silver lining,

yang melibatkan pencipta konten,

and there is.

eksekutif, dan konsumen

There are actually simple and tangible solutions

seperti orang-orang di ruangan ini.

to fixing this problem

Mari kita bicarakan.

that involve content creators,

Yang pertama kusebut “tambahkan saja lima.”

executives and consumers

Tahukah kalian jika kita melihat 100 film teratas tahun depan

like the individuals in this room.

dan cukup menambah 5 karakter perempuan yang berbicara di layar

Let's talk about a few of them.

The first is what I call "just add five."

untuk setiap fillm itu,

maka akan tercipta norma baru.

Did you know if we looked at the top 100 films next year

Jika kita melakukan ini selama 3 tahun berturut-turut,

and simply added five female speaking characters on-screen

kita akan berada pada kesetaraan gender

untuk pertama kalinya dalam lebih dari setengah abad.

to each of those films,

it would create a new norm.

If we were to do this for three contiguous years,

Pendekatan ini menguntungkan karena berbagai alasan.

we would be at gender parity

for the first time in over a half of a century.

Pertama? Ini tidak menghilangkan pekerjaan bagi aktor pria.

Amit-amit.

Now, this approach is advantageous for a variety of reasons.

(Tertawa)

One? It doesn't take away jobs for male actors.

Dua, karena hemat biaya. Ini tidak memakan banyak biaya.

Heaven forbid.

Tiga, ini membangun sistem untuk artis.

(Laughter)

Dan empat, ini memanusiakan proses produksi.

Two, it's actually cost-effective. It doesn't cost that much.

Mengapa? karena hal ini memastikan bahwa ada perempuan di lokasi syuting.

Three, it builds a pipeline for talent.

Solusi kedua adalah untuk artis terkenal.

And four, it humanizes the production process.

Artis papan atas bisa membuat tuntutan dalam kontrak mereka,

Why? Because it makes sure that there's women on set.

terutama yang bekerja dalam film-film Hollywood terbesar.

Second solution is for A-list talent.

Bagaimana jika para artis papan atas

A-listers, as we all know, can make demands in their contracts,

menambahkan klausa ekuitas atau pelengkap inklusi

particularly the ones that work on the biggest Hollywood films.

dalam kontrak mereka?

What if those A-listers

Apa maksudnya?

simply added an equity clause or an inclusion rider

Kalian mungkin tidak tahu

Tapi film panjang yang khas

memiliki 40 sampai 45 karakter yang berbicara.

into their contract?

Now, what does that mean?

Aku berpendapat hanya 8 sampai 10 karater

Well, you probably don't know

but the typical feature film

yang relevan dengan ceritanya.

has about 40 to 45 speaking characters in it.

Kecuali film “Avengers.” Benar?

I would argue that only 8 to 10 of those characters

Beberapa lagi di “Avengers.”

are actually relevant to the story.

Sekitar 30 peran yang tersisa,

tidak ada alasan mengapa peran kecil tersebut

Except maybe "Avengers." Right?

A few more in "Avengers."

tidak dapat menandingi atau mencerminkan demografi

tempat cerita itu berlangsung.

The remaining 30 or so roles,

there's no reason why those minor roles

Pelengkap ekuitas oleh artis papan atas dalam kontrak mereka

can't match or reflect the demography

dapat menetapkan bahwa peran tersebut

of where the story is taking place.

mencerminkan dunia tempat kita tinggal.

An equity rider by an A-lister in their contract

Tidak ada alasan mengapa sebuah perusahaan,

can stipulate that those roles

studio, atau perusahaan produksi

reflect the world in which we actually live.

tidak dapat mengadopsi bahasa kontrak yang sama

Now, there's no reason why a network,

dalam proses negosiasi mereka.

a studio or a production company

Solusi ketiga:

ini untuk industri hiburan,

cannot adopt the same contractual language

khususnya Hollywood,

in their negotiation processes.

untuk mengadopsi aturan Rooney

Third solution:

ketika melakukan praktik perekrutan sutradara.

this would be for the entertainment industry,

Hollywood in particular,

Sekarang di NFL, aturan Rooney menetapkan

to adopt the Rooney Rule

jika sebuah tim ingin merekrut pelatih dari luar organisasi,

when it comes to hiring practices around directors.

yang perlu mereka lakukan adalah wawancara calon yang kurang terwakili.

Now, in the NFL, the Rooney Rule stipulates

Prinsip yang sama dapat diterapkan pada film-film Hollywood.

that if a team wants to hire a coach from outside the organization,

what they have to do is interview an underrepresented candidate.

Bagaimana caranya?

Pada film-film teratas,

para eksekutif dan agen dapat memastikan

The exact same principle can apply to Hollywood films.

bahwa perempuan dan orang kulit berwana tidak hanya ada dalam daftar pertimbangan,

How?

Well, on these top films,

executives and agents can make sure

tapi mereka juga diwawancara untuk pekerjaan itu.

that women and people of color are not only on the consideration list,

Orang mungkin berkata,

mengapa ini penting.

Karena ini mengekspos atau memperkenalkan eksekutif pada sutradara perempuan

but they're actually interviewed for the job.

Now, one might say,

yang mungkin menjadi mangsa praktik perekrutan eksklusif.

why is this important?

Because it exposes or introduces executives to female directors

Solusi keempat

adalah untuk konsumen seperti aku dan kamu.

who otherwise fall prey to exclusionary hiring practices.

Jika kita ingin banyak film oleh, untuk, dan tentang perempuan,

kita harus mendukung mereka.

The fourth solution

is for consumers like me and you.

Ini mungkin berarti pergi ke teater independen

dibanding pergi ke bioskop.

If we want to see more films by, for and about women,

Atau ini mungkin berarti melihat sampai ke bawah

we have to support them.

It may mean going to the independent theater chain

untuk menemukan film yang disutradarai oleh perempuan.

instead of the multiplex.

Atau itu mungkin menulis cek dan mendanai sebuah film,

Or it might mean scrolling down a little further online

terutama oleh sutradara perempuan dari latar belakang yang kurang terwakili.

to find a film by a female director.

Or it may be writing a check and funding a film,

Benar?

Kita perlu tulis, telepon, dan kirim email ke perusahaan

particularly by a female director from an underrepresented background.

yang membuat dan mendistribusikan film,

dan kita perlu mengunggah di akun medial sosial

Right?

ketika kita ingin melihat representasi inklusif,

We need to write, call and email companies

perempuan di layar,

that are making and distributing films,

dan yang paling penting, perempuan di belakang kamera.

and we need to post on our social media accounts

when we want to see inclusive representation,

Kita perlu membuat suara kita didengar dan uang kita berguna.

women on-screen,

and most importantly, women behind the camera.

Kita memiliki kemampuan untuk mengubah dunia dalam hal ini.

We need to make our voices heard and our dollars count.

Amerika Serikat dan isinya,

Now, we actually have the ability to change the world on this one.

khususnya film,

telah menangkap imajinasi penonton di seluruh dunia.

The US and its content,

Di seluruh dunia.

films in particular,

Ini artinya industri film punya akses luar biasa

have captured the imaginations of audiences worldwide.

untuk mendistribusikan cerita tentang kesetaraan

Worldwide.

So that means that the film industry has unprecedented access

di seluruh dunia.

Bayangkan apa yang akan terjadi

to be able to distribute stories about equality

jika industri film menyelaraskan nilainya

dengan apa yang ditampilkan di layar.

all around the world.

Ini dapat mendorong inklusi

Imagine what would happen

dan dukungan terhadap perempuan,

if the film industry aligned its values

with what it shows on-screen.

orang kulit berwarna,

komunitas LGBT,

It could foster inclusion

penyandang disabilitas,

and acceptance for girls and women,

dan banyak orang di seluruh dunia.

people of color,

the LGBT community,

Hal yang perlu dilakukan film industri adalah melepaskan senjata rahasianya,

individuals with disabilities,

and so many more around the world.

yaitu bercerita.

The only thing that the film industry has to do is unleash its secret weapon,

Sekarang di awal pembicaraan ini,

Aku bilang bahwa film --

and that's storytelling.

dapat membawa kita,

tapi aku berpendapat bahwa film dapat mengubah kita.

Now, at the beginning of this talk,

I said that films --

that they can actually transport us,

Tidak satu pun dari kita di ruangan ini

but I would like to argue that films, they can transform us.

tumbuh atau mengalami lanskap bercerita

dengan karakter perempuan,

None of us in this room

have grown up or experienced a storytelling landscape

tak satu pun dari kita,

karena jumlahnya tidak berubah.

with fully realized female characters,

Apa yang akan terjadi jika generasi penonton selanjutnya

none of us,

tumbuh dengan realita layar yang sama sekali berbeda?

because the numbers haven't changed.

What would happen if the next generation of audiences

Apa yang akan terjadi?

Nah, aku di sini untuk memberitahumu

grew up with a whole different screen reality?

bahwa ini tidak hanya mengubah apa yang kita lihat di layar

tapi aku tidak sabar itu sampai di sini.

What would happen?

Well I'm here to tell you today

that it's not only possible to change what we see on-screen

Jadi, mari kita sepakat untuk mengambil tindakan

but I am impatient for it to get here.

untuk memberantas epidemi tembus pandang.

So let's agree to take action today

Dan mari kita sepakat untuk mengambil aksi

untuk menyetujui bahwa penonton Amerika dan penonton global

to eradicate the epidemic of invisibility.

menuntut dan pantas mendapatkan lebih.

And let's agree to take action today

Dan mari kita sepakati hari ini

to agree that US audiences and global viewers

bahwa generasi penonton selanjutnya,

demand and deserve more.

And let's agree today

mereka pantas untuk melihat cerita

that the next generation of viewers and audiences,

yang tidak pernah bisa kita lihat.

Terima kasih.

(Tepuk tangan)

that they deserve to see the stories

we were never able to see.

Thank you.

(Applause)