What happened to the lost Kingdom of Kush? - Geoff Emberling

Translator: Dian Pusparani Reviewer: Reno Kanti Riananda

Along the Nile River, in what is now northern Sudan,

Di sepanjang Sungai Nil, di wilayah yang sekarang merupakan Sudan Utara,

lay the ancient civilization of Kush.

terdapat peradaban kuno Kush.

Though they were once conquered by a powerful neighbor,

Meski sempat ditaklukkan oleh kerajaan tetangga yang berkuasa,

the kings and queens of Kush would go on to successfully challenge

para raja dan ratu Kush kemudian berhasil menyaingi

two of the most dominant empires in history.

dua dari kerajaan-kerajaan paling dominan sepanjang sejarah.

From 1500 to 1100 BCE, Egypt controlled Kush,

Dari 1500 hingga 1100 SM, Mesir menguasai Kush,

introducing many Egyptian cultural and religious practices.

memperkenalkan banyak kebudayaan dan praktik keagamaan Mesir.

The civilization of Kush was more than a thousand years old at that time.

Saat itu peradaban Kush telah berusia lebih dari seribu tahun.

Its early capital city at Kerma had impressive temples, palaces, and houses,

Ibu kota awal yaitu Kerma memiliki banyak kuil, istana, dan rumah yang menakjubkan

including a massive mudbrick temple structure that had a chapel deep inside,

termasuk kuil bata lumpur masif yang memiliki kapel jauh di dalamnya,

reached by a long staircase at the center.

yang dapat dicapai lewat tangga panjang di tengah.

Rich gold mines helped the Kushites build a flourishing commercial network,

Tambang emas berlimpah membantu bangsa Kush

membangun jaringan komersil yang berkembang,

making bronze weapons and tools and trading materials like incense,

membuat senjata dan perkakas perunggu, dan perdagangan barang seperti dupa,

animal skins, ivory, and ebony wood from sub-Saharan Africa.

kulit hewan, gading, dan kayu eboni dari Afrika Sub-Sahara.

The tide started to change for Kush as Egypt descended into civil war.

Keadaan mulai berubah saat Mesir jatuh dalam perang saudara.

By 750 BCE, Egypt was divided into local kingdoms with fluctuating alliances.

Tahun 750 SM, Mesir terbelah menjadi kerajaan-kerajaan kecil

dengan aliansi yang tidak stabil.

The Kushite king Piankhy saw an opportunity.

Raja Kush, Piankhy, melihat sebuah peluang.

He led his navy, flanked by horsemen and archers,

Ia memimpin angkatan lautnya, diapit pasukan berkuda dan pemanah,

up the Nile to the gateway city of Khemenu.

ke hulu Sungai Nil menuju kota perbatasan; Khemenu.

As Piankhy’s army constructed siege ramps and battle towers,

Saat pasukan Phianky membangun benteng pengepungan dan menara tempur,

the city’s ruler sent his wives and daughters to negotiate—

penguasa kota mengirim para istri dan putri-putrinya untuk bernegosiasi—

not with Piankhy, but with the women of his royal household,

bukan dengan Piankhy, tetapi dengan para wanita di keluarga kerajaan,

later known as kandake,

kelak dikenal sebagai para Kandake,

who were extremely influential in military affairs and political succession.

yang sangat berpengaruh dalam urusan militer dan suksesi politik.

At the end of a long siege, Piankhy entered the conquered city

Di akhir operasi pengepungan yang panjang itu,

Piankhy memasuki kota yang telah ditaklukkan

and bitterly criticized the conditions in its stables.

dan dengan kesal mengkritik kondisi kandang kudanya.

From there, Piankhy and the Kushite forces

Dari sana, Piankhy dan pasukan bangsa Kush

conquered the Egyptian capital of Memphis.

menaklukkan ibu kota Mesir, Memphis.

Piankhy installed his sister, Amunirdis, as priestess of the great god Amun,

Piankhy mengangkat saudara perempuannya, Amunirdis,

sebagai pendeta dewa agung Amun di kota Thebes Mesir,

in the Egyptian city of Thebes,

and left other Kushite officials there before returning to live in Kush.

dan menempatkan pejabat bangsa Kush lain di sana sebelum kembali ke Kush.

His successors extended control all the way to the Nile Delta.

Penerusnya memperluas kendali sampai ke Delta Nil.

This was a high point for the Empire of Kush:

Ini adalah puncak Kekaisaran Kush:

trade thrived, and they built magnificent temples,

perdagangan berkembang pesat, dan mereka membangun kuil-kuil megah,

palaces, and pyramid tombs all along the Nile.

istana, dan makam piramida di sepanjang sungai Nil.

But the Assyrian army was approaching Egypt in its annual campaigns.

Namun, pasukan Asiria mendekati Mesir saat kampanye tahunannya.

When the Assyrians began to encroach on trade routes near Jerusalem,

Ketika Asiria mulai mengganggu jalur perdagangan di dekat Yerusalem,

the Kushite king Taharqo moved to stop them.

Raja Taharqo dari Kush tergerak untuk menghentikan mereka.

The Assyrians defeated him with the help of some rebelling Egyptian princes,

Ia dikalahkan oleh Asiria yang dibantu oleh para pangeran Mesir yang memberontak,

and drove him out of Egypt in the 7th century BCE.

dan tergusur dari Mesir pada abad ke-7 SM.

The Kushites continued to rule in their homeland for nearly 1,000 years

Bangsa Kush terus memerintah di tanah air mereka

selama hampir 1.000 tahun yang makmur dan inovatif.

that were prosperous and innovative.

They moved their capital farther south to the city of Meroe,

Mereka memindahkan ibu kota mereka jauh ke selatan, ke kota Meroe,

where they built temples to a new god called Apedemak.

tempat mereka membangun kuil untuk dewa baru bernama Apedemak.

They built new cities in the savannah south of the Sahara Desert,

Mereka membangun kota-kota baru di sabana sebelah selatan Gurun Sahara,

some of which contained huge reservoirs for water.

beberapa di antaranya memiliki penampungan air raksasa.

When the Roman Empire conquered Egypt in 31 BCE,

Ketika Kekaisaran Romawi menaklukkan Mesir di tahun 31 SM,

Kushite armies again traveled north, led by Queen Amanirenas.

pasukan bangsa Kush kembali ke utara, dipimpin Ratu Amanirenas.

She led them to success in battle against the Romans,

Dia memimpin mereka memenangkan pertempuran melawan Romawi,

capturing the bronze head of a statue of the Roman emperor Augustus,

merebut kepala patung perunggu Kaisar Romawi, Augustus,

and bringing it back to Kush.

dan membawanya kembali ke Kush.

They buried it under the doorway of a temple in the capital,

Kepala patung itu dikubur di depan pintu sebuah kuil di ibu kota,

so that worshippers would step on it as they crossed the threshold.

dengan tujuan untuk diinjak oleh mereka yang pergi berdoa ke kuil.

After brokering peace with the Romans, Kush continued to prosper.

Setelah berdamai dengan Romawi, Kush terus berkembang.

Over time, however, groups of people called the Noba raided from the west,

Namun seiring waktu, sekelompok orang yang disebut Noba menyerbu dari barat,

and trade routes were disrupted by the rising kingdom of Aksum.

dan jalur perdagangan terganggu oleh kebangkitan kerajaan Aksum.

Around 350 CE, the Aksumite king sacked Meroe,

Sekitar tahun 350 M, raja Aksumite menguasai Meroe,

effectively bringing Kushite rule to an end.

menandakan berakhirnya pemerintahan Kushite.

Since then, some have argued that Kush’s history has been overlooked

Sejak saat itu, terdapat argumen bahwa sejarah Kush telah diabaikan

by generations of European and American scholars

oleh cendekiawan Eropa dan Amerika dari generasi ke generasi,

who promoted the idea that Egypt was part of the origin of Western civilization,

yang mempromosikan gagasan bahwa Mesir adalah bagian asal mula peradaban Barat.

while Kush, as an African culture, was excluded.

Sementara Kush, yang merupakan kebudayaan Afrika, dikecualikan.

Today, there’s still much to learn about Kush—

Hingga kini, masih banyak hal yang perlu dipelajari tentang Kush—

including a writing system we haven’t deciphered fully.

termasuk sistem penulisan yang belum berhasil dipecahkan sepenuhnya.